Meningkatkan Kemajuan ASEAN dalam 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea
Korea Selatan, meskipun membutuhkan waktu hingga 50 tahun, memahami bahwa Indonesia dan ASEAN adalah kunci vital bagi kawasan Asia Tenggara. Selain menjadi mitra strategis dan dinamis, Korea Selatan dan Indonesia (serta ASEAN), juga merupakan teman positif dalam situasi global yang semakin tidak menentu.
Indonesia dan Korea Selatan pada tahun 2023 akan memasuki peringatan 50 tahun hubungan diplomatik. Hal ini menandai perjalanan diplomatik yang panjang bagi dinamika hubungan kedua negara.
Banyak hal atau peristiwa yang terjadi tidak hanya untuk kepentingan kedua negara. Tetapi juga untuk negara-negara di sekitarnya dari hubungan diplomatik ini. Usia 50 atau 50 tahun adalah usia yang tidak muda, tetapi juga tidak terlalu tua. Usia ini banyak disebut sebagai usia yang cukup dewasa dan bijaksana bagi sebagian orang.
-
Kapan Malaysia merdeka? Negara monarki konstitusional ini baru memperoleh kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957.
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Apa pengertian dari Kurikulum Merdeka? Kurikulum Merdeka adalah aturan atau rencana pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Dalam kurikulum ini, pendidik diberikan keleluasaan untuk memberikan konten pembelajaran yang beragam agar lebih optimal dalam penyampaiannya. (Foto/@pixabay.com) Dengan berbagai macam materi pembelajaran, diharapkan peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep serta menguatkan kompetensinya dalam berbagai bidang.
-
Apa itu Kurikulum Merdeka? Kurikulum merdeka adalah metode pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat.
Begitu juga dengan hubungan diplomatik bilateral, tentunya angka usia ini dapat menjadi pondasi penting bagi masa depan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan untuk masa yang akan datang.
Memasuki usia 50 tahun, diplomasi kedua negara berlangsung dinamis. Sejak didirikan secara resmi pada tahun 1973, Indonesia-Korea Selatan telah berkembang pesat menjadi bukan hanya mitra, tetapi mitra yang sangat strategis. Pada tahun 2006, dimulainya babak baru Indonesia-Korea Selatan sebagai mitra strategis, dan kemudian dilanjutkan pada tahun 2017 menjadi mitra dagang komprehensif dengan ditandatanganinya Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA).
Hal ini berarti Indonesia dan Korea Selatan adalah teman sebaya dan dalam beberapa hal, memiliki tingkat yang sama dalam hal diplomasi dan kebijakan. Hal tersebut bisa menjadi kekuatan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan di masa depan.
Tak hanya itu, Indonesia dan Korea Selatan juga kerap ditemui di berbagai forum atau kelompok multilateral. Indonesia dan Korea Selatan dipertemukan kembali pada organisasi kelompok negara-negara kekuatan menengah, yaitu Meksiko-Indonesia-Korea-Turkiye-Australia atau MIKTA, kelompok 20 atau G20, dan juga mekanisme di forum ASEAN seperti ASEAN+3 dan The East Asia Summit.
Korea Selatan, melalui Indonesia, juga berupaya membina hubungan strategis dengan negara-negara di kawasan tempat Indonesia berada, yaitu kawasan Asia Tenggara, khususnya dengan negara-negara ASEAN. ASEAN sangat strategis karena merupakan dinamo penggerak regional terbesar kedua di dunia setelah Uni Eropa. Korea Selatan memahami dengan sangat baik hal ini sehingga strategi Korea Selatan di ASEAN melalui Indonesia adalah sangat strategis sehingga dapat meningkatkan jejak Korea Selatan di Indonesia.
Memasuki peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Korea Selatan, ada banyak hal yang telah ditempuh Korea Selatan untuk mempertahankan kemajuan dan pertumbuhan, tidak hanya bagi Korea Selatan tetapi juga ASEAN secara keseluruhan. Kebijakan ‘New Southern Policy’ Korea Selatan adalah langkah utama dan yang paling jelas bagi Korea Selatan dalam hubungan bilateral dengan Indonesia dan ASEAN.
Kebijakan ini memastikan bahwa kemajuan pertumbuhan dan kemajuan disajikan di negara mitra, seperti Indonesia dan ASEAN, oleh Korea Selatan. Kendati demikian, kebijakan strategis Korea Selatan untuk negara mitranya di selatan tergolong baru.
Kita juga bisa berpikir sejenak, apakah harus menunggu hingga 50 tahun sebelum Korea Selatan memastikan langkah diplomatik strategis bagi Indonesia dan ASEAN? Tentu hal ini juga merupakan kritik besar terhadap Korea Selatan, yang juga jelas merupakan negara dan bagian dari Asia.
Mengapa perlu waktu yang lama untuk merangkul kebijakan semacam itu yang dapat memahami kemajuan progresif bagi Korea Selatan dan Asia Tenggara melalui mekanisme seperti Kebijakan ‘New Southern Policy’ Korea Selatan? Selain itu, Korea Selatan dan mayoritas negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, adalah sesama negara yang terpengaruh oleh Konfusianisme, yang merupakan negara-negara yang secara budaya dipengaruhi oleh gagasan dan pemahaman Konfusius.
Korea Selatan harus bisa lebih tegas dalam memupuk hubungan dengan Asia Tenggara, khususnya ASEAN karena hal ini dapat menjadi keuntungan bagi Korea Selatan. Hal ini perlu untuk digelorakan karena perbedaan budaya antar negara tidak sebesar perbedaan budaya antara negara-negara Dunia Barat dan Timur.
Selama 50 tahun terakhir, Korea Selatan, melalui Indonesia, telah tumbuh tidak hanya menjadi mitra strategis ASEAN tetapi juga mitra dialog dalam tiga pilar komunitas ASEAN. Indonesia, sebagai negara terbesar di kawasan, memiliki kunci khusus untuk dipegang guna menciptakan hubungan yang komprehensif dan holistik dengan Korea Selatan di Asia Tenggara.
Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia juga mendapatkan banyak pertumbuhan dari investasi Korea Selatan yang diinvestasikan. Tidak hanya keuntungan bagi Indonesia, negara-negara ASEAN juga bisa mendapatkan keuntungan dari investasi yang diinvestasikan, seperti diversifikasi produk dan penyerapan tenaga kerja dari proses ekspor yang dilakukan oleh perusahaan Korea Selatan dari Indonesia. Seperti Samsung dan ekspor peralatan elektroniknya, LG dan ekspor kulkasnya, serta Hyundai dengan mobil konvensional dan listriknya.
Hal ini membuktikan bahwa Korea Selatan sangat tertarik untuk mengembangkan dan membuat kemajuan secara komprehensif di negara-negara ASEAN, melalui apa yang telah dilakukan Korea Selatan di Indonesia, melalui diplomasi bilateral dan hubungan ekonomi.
Korea Selatan melalui Indonesia memutuskan untuk masuk dan merangkul pasar yang lebih luas di panggung global karena Korea Selatan juga membutuhkan kapasitas untuk memenuhi kepentingan mereka, namun melalui apa yang dijelaskan sebelumnya, kepentingan ini saling menguntungkan bagi Korea Selatan, Indonesia, dan umumnya ASEAN.
Kemudian, tidak hanya itu, Korea Selatan melalui Indonesia juga tertarik dan mengupayakan ekosistem kendaraan listrik di ASEAN untuk dijalankan melalui basis produksi yang dibangun di wilayah Indonesia. Seperti, Karawang diatur untuk menjadi basis produksi kendaraan listrik dan baterainya.
Hal ini tentu tidak hanya membuat Indonesia, tetapi juga negara-negara ASEAN memiliki daya saing yang semakin meningkat. Hal ini dapat diamati sebagai langkah strategis Korea Selatan, yang tidak hanya bekerja sama dengan Indonesia tetapi juga dengan negara-negara ASEAN pada saat yang sama melalui dinamika dan kemajuan hubungan diplomatik bilateral dengan Indonesia.
Korea Selatan, meskipun membutuhkan waktu hingga 50 tahun, memahami bahwa Indonesia dan ASEAN adalah kunci vital bagi kawasan Asia Tenggara. Selain menjadi mitra strategis dan dinamis, Korea Selatan dan Indonesia (serta ASEAN), juga merupakan teman positif dalam situasi global yang semakin tidak menentu seperti saat ini.
Asia Tenggara, dan lebih luas lagi Asia-Pasifik, dan bahkan Indo-Pasifik adalah cakupan yang penting, tidak hanya bagi Korea Selatan tetapi juga Indonesia dan ASEAN. Oleh karena itu, hubungan berbasis kemajuan harus selalu dijaga dan dicari selama 50 tahun ke depan, atau bahkan dilampaui, oleh Korea Selatan dan Indonesia, untuk mendukung tidak hanya hubungan bilateral tetapi juga multilateral, seperti di kawasan Asia Tenggara.
(mdk/noe)