All-New Mazda2 punya rem pintar cegah tabrakan
Menggunakan near-infrared laser sensor di kaca depan yang berfungsi membaca kondisi jalan.
Melalui media test drive di Sentul, PT Mazda Motor Indonesia (MMI) ingin membuktikan kemampuan All-new Mazda2 kepada jurnalis. Berbagai rintangan diaplikasikan untuk menguji kecepatan, ketangguhan, kelincahan dan berbagai fitur pada All-new Mazda2.
-
Apa yang menjadi ciri khas mesin Mazda? Mazda dikenal mesin rotary. Keberhasilan Mazda dalam mengembangkan teknologi mesin rotary membantu mereka memperluas kehadiran global mereka.
-
Bagaimana Mazda mengatasi tantangan di era 1990-an? Walaupun Mazda telah berhasil dengan mesin rotary, perusahaan menghadapi sejumlah tantangan pada tahun 1990-an. Krisis ekonomi di Jepang dan persaingan yang ketat mendorong Mazda untuk berinovasi. Mazda kemudian memperkenalkan teknologi baru seperti Skyactiv untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan kinerja kendaraan.
-
Kapan Mazda mulai memproduksi kendaraan roda tiga? Pada tahun 1931, Toyo Cork Kogyo meluncurkan kendaraan roda tiga pertamanya, Mazda Go.
-
Kapan roket ZQ-2 Y2 diluncurkan? Mengutip Ecoticias, Rabu (18/9), China telah mengumumkan peluncuran sukses roket ZQ-2 Y2, roket pertama di dunia yang menggunakan kombinasi bahan bakar metana cair dan oksigen cair.
-
Siapa pendiri perusahaan yang kemudian menjadi cikal bakal Mazda? Pada tanggal 30 Januari 1920, Jujiro Matsuda mendirikan Toyo Cork Kogyo Co., Ltd., yang kemudian menjadi cikal bakal Mazda.
Salah satu fitur canggih yang disematkan ke All-new Mazda2 adalah Smart City Brake Support (SCBS). Fitur yang merupakan bagian dari elemen i-Activsense ini mampu mencegah risiko terjadinya tabrakan pada kecepatan rendah.
Menggunakan near-infrared laser sensor di kaca depan yang berfungsi membaca kondisi jalan. Sistem ini akan bekerja apabila pengemudi tidak mengaplikasikan rem saat terlalu dekat dengan kendaraan di depannya.
"Terkadang pengendara sering tidak fokus saat berada di kecepatan rendah, kecelakaan pun tak bisa terhindarkan. Menurut penelitian, 60 persen kecelakaan dari arah belakang justru terjadi di bawah kecepatan 30 kilometer per jam," ucap Astrid Ariani Wijana, Senior Marketing Manager MMI.
Otosia berkesempatan membuktikan fitur rem pintar ini. Mobil kami dikondisikan berhenti sejauh empat meter dari objek yang akan ditabrak. Kami pun diperintahkan untuk melepas pedal gas dan tidak menginjak rem sama sekali. Mencapai jarak sekitar 50 centimeter dari objek, seketika mobil secara otomatis melakukan pengereman penuh.
(kpl/fid/sdi)(mdk/otosia)