Laporan ICCT: Toyota, Nissan, Honda, dan Suzuki Dinilai Lamban di Pasar EV Dunia
Honda dan Nissan mengungguli Toyota dalam visi strategis. Namun, tidak dalam kinerja teknologi, sehingga masing-masing hanya menempati posisi ke-16 dan ke-17. Sayangnya, Suzuki menempati peringkat terakhir, dengan skor keseluruhan nol.
Produsen otomotif Jepang dinilai tertinggal dibandingkan Tesla (Amerika Serikat) dan BYD (China) dalam aspek peralihan ke kendaraan listrik dengan selisih besar.
Toyota, Honda, Nissan, Mazda, dan Suzuki, seluruhnya dinilai lamban dalam peringkat laporan Global Automaker Rating 2022 dari International Council on Clean Transportation (ICCT), dikutip Nikkei Asia,baru-baru ini.
-
Kapan Toyota mulai memasukkan teknologi elektrifikasi ke mobil-mobil nya di Indonesia? Sebagai bagian dari Multi Pathway Strategy untuk berkontribusi menekan emisi karbon, Toyota telah menjadi pionir kendaraan elektrifikasi di Indonesia, dengan memasukkan teknologi elektrifikasi sejak tahun 2009.
-
Apa itu motor listrik? Motor listrik, yang sering disebut sebagai "molis", adalah jenis kendaraan bermotor yang menggunakan energi listrik untuk menggerakkan komponennya.
ICCT pernah melakukan penelitian yang berperan dalam membongkar skandal tes emisi diesel palsu Volkswagen pada 2015.
Nah, Laporan baru ICCT itu menilai, 20 produsen kendaraan ringan teratas berdasarkan penjualan global. Skor keseluruhan dipecah menjadi 10 metrik yang mencakup tiga bidang: dominasi pasar, kinerja teknologi, dan visi strategis.
©2019 Merdeka.com
Hasilnya, merek-merek Jepang gagal meraih pangsa penjualan kendaraan listrik (EV) signifikan, meski Nissan Leaf sukses di awal.
Sebaliknya, Tesla dan BYD berhasil memimpin sebagian besar pertumbuhan pasar EV di Amerika dan China.
Toyota dianggap sebagai kelas menengah dalam performa teknologi dengan rata-rata jarak tempuh 400 km untuk kendaraan listriknya.
Namun, hal tersebut tidak dapat mengalahkan produsen mobil lain dalam pangsa penjualan, cakupan kelas, dan investasi, sehingga Toyota hanya dapat meraih peringkat ke-15 secara keseluruhan.
Honda dan Nissan mengungguli Toyota dalam visi strategis. Namun, tidak dalam kinerja teknologi, sehingga masing-masing hanya menempati posisi ke-16 dan ke-17.
Sayangnya, Suzuki menempati peringkat terakhir, dengan skor keseluruhan nol. Sebab hanya menawarkan kendaraan sport hybrid plug-in (PHEV) tanpa memiliki satu pun model kendaraan listrik berbasis baterai (BEV).
Laporan tersebut juga menyorot kebijakan pemerintah Jepang yang dinilai kurang efektif, sehingga memengaruhi lambatnya perkembangan EV di pasar domestik Jepang.
Namun, laporan ICCT menyebutkan, kelima produsen mobil Jepang tersebut sebenarnya mampu mendapat peringkat lebih tinggi jika mereka mengumumkan target dan rencana investasi yang lebih kuat.
Satu-satunya produsen non-Jepang yang masuk dalam kategori “lamban” secara keseluruhan adalah Tata Motors (India), meski perusahaan tersebut mendapat skor kinerja teknologi relatif tinggi.
Tesla dan BYD Memimpin
©2023 REUTERS/Tingshu Wang
Peringkat pertama dan kedua di laporan ini adalah Tesla dan BYD, yang memimpin pasar EV global.
Tesla mendapat skor tinggi dalam hal dominasi pasar, kinerja teknologi, dan visi strategis. Namun, kurang mendapat poin dalam cakupan segmen karena modelnya terbatas pada tiga segmen mobil penumpang teratas.
Sementara, BMW menempati posisi ketiga secara keseluruhan. Karena dinilai berhasil dalam kinerja teknologi, menggunakan 100 persen listrik terbarukan di semua lokasi produksi, dan mengharuskan pemasok baterai untuk melakukan hal sama.
Disusul oleh Volkswagen di posisi keempat dengan model ID.5 yang populer dengan jarak tempuh 503 km.
“Mengingat skandal Dieselgate baru terjadi 7 tahun yang lalu, sungguh luar biasa melihat VW muncul sebagai pemimpin dalam transisi ke kendaraan 100 persen tanpa emisi,” kata Rachel Muncrief, Direktur Eksekutif ICCT
Reporter Magang: Vallerie Dominic