Presiden Toyota Mainkan Strategi Agresif: Pangkas Emisi Karbon 50 Persen di 2035!
Toyota adalah perussahaan otomotif terbesar di dunia bersama VW Group (Jerman). Pada tahun lalu, TMC menjual 10,48 juta unit kendaraan di seluurh dunia dan menguasai sekitar 13 persen pangsa pasar.
Di bawah presiden baru, Toyota Motor Corporation (TMC) memainkan strategi agresif di kendaraan elektrifikas.
Koji Sato, Chief Executive Officer (CEO) TMC yang baru per 1 April 2023, berencana mempercepat upaya dekarbonisasi dengan memangkas jumlah emisi karbon setiap mobil baru yang dijual Toyota di seluruh dunia.
-
Bagaimana mobil listrik jenis PHEV bekerja? Prinsipnya sama dengan HEV, tapi lebih canggih dari sisi baterai. Sebab daya baterainya dapat diisi ulang di charging station, selain memanfaatkan energi kinetis dari hasil pengereman.
-
Kapan Toyota mulai memasukkan teknologi elektrifikasi ke mobil-mobil nya di Indonesia? Sebagai bagian dari Multi Pathway Strategy untuk berkontribusi menekan emisi karbon, Toyota telah menjadi pionir kendaraan elektrifikasi di Indonesia, dengan memasukkan teknologi elektrifikasi sejak tahun 2009.
-
Apa yang memengaruhi penggunaan energi mobil listrik? Namun, ada beberapa faktor yang memengaruhi konsumsi energi mobil listrik yang perlu dipahami agar jangkauan dan kinerjanya dapat dioptimalkan.
Targetnya, emisi karbon setiap mobil Toyota berkurang lebih dari 50 persen pada 2035 dibandingkan tahun produksi 2019.
“Kami akan mempromosikan peralihan dari mobil bertenaga bensin ke
kendaraan hybrid, kendaraan listrik, dan lain-lain,” kata Koji Sato, dikutip dari Nikkei Asia, baru-baru ini.
Raksasa otomotif asal Jepang ini mengejar rencana elektrifikasi otomotif dengan pendekatan 'multi-pathway' sambil mempertimbangkan kondisi regional. Prioritas utamanya, pengurangan emisi karbon dengan menggalakkan peralihan ke kendaraan bertenaga listrik (EV).
Toyota adalah perussahaan otomotif terbesar di dunia bersama VW Group (Jerman). Pada tahun lalu, TMC menjual 10,48 juta unit kendaraan di seluurh dunia dan menguasai sekitar 13 persen pangsa pasar.
Rencananya, Toyota akan mempromosikan model EV, PHEV, dan FCEV di negara-negara maju. Sementara di pasar negara berkembang, rasio penjualan HEV (hybrid) akan ditingkatkan.
Pembangkit Listrik Energi Terbarukan
©2021 Merdeka.com
Toyota menetapkan target pengurangan emisi karbon berdasarkan standar "Well-to-Wheel". Standar tersebut mencakup gas CO2 yang dihasilkan dalam produksi bahan bakar.
Meski mobil listrik tidak ada emisi karbonnya, beberapa di antaranya masih menggunakan listrik yang diproduksi dari pembangkit berbahan bakar fosil. Karena penggunaan bahan bakar non-fosil tidak dapat dilakukan oleh Toyota saja, produsen mobil ini akan mendukung
upaya masyarakat untuk mempercepat pengenalan sumber energi terbarukan.
Toyota telah berjuang untuk mengurangi emisi karbon lebih dari 33 persen periode 2019-2030. Ini kontribusinya pada komitmen Jepang terhadap "netralitas karbon" yang mana Negara Sakura ini menargetkan pengurangan efek gas rumah kaca menjadi "nol bersih" pada 2050.
Maka itu, Sato memutuskan Toyota harus lebih mempercepat upayanya dengan menetapkan target sementara sebelum 2050.
Proses pencapaian target baru tersebut dilakukan dengan mengerahkan upaya di seluruh rantai pasoknya, yang melibatkan upaya pengurangan pada tahap produksi, logistik, dan operasi lainnya.
Selain itu, Toyota akan mempromosikan penggunaan sumber energi terbarukan dan hidrogen di pabriknya.
Pabrikan lain juga melakukan hal serupa. Nissan Motor berusaha untuk mengurangi emisi karbon per mobil baru sebesar 90 persen pada 2050
Sedangkan General Motors asal Amerika Serikat bermaksud mengurangi jumlah emisi dari semua produk dan aktivitas bisnisnya di seluruh dunia menjadi nol bersih pada 2040.
Administrasi Presiden Amerika Serikat Joe Biden memutuskan bahwa lebih separuh kendaraan baru yang dijual di AS harus menjadi kendaraan listrik pada 2030.
Reporter magang: Vallerie Dominic