Toyota Yakin Indonesia Perlu Mobil Hybrid di Tengah Tren EV
Toyota yakin bahwa mencapai netralitas karbon memerlukan kombinasi dari berbagai teknologi, termasuk hybrid yang perlu mendapat dukungan dari pemerintah.
Perdebatan mengenai pemberian insentif untuk mobil hybrid masih terus berlangsung. Usulan kebijakan ini mendapatkan tanggapan beragam dari berbagai pihak. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, kembali mengajukan rencana untuk memberikan insentif bagi mobil hybrid dari pemerintah, meskipun jumlahnya tidak sebesar subsidi untuk Battery Electric Vehicle (BEV). Hal ini bertujuan agar lebih banyak masyarakat beralih dari kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil murni.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Tenggono Chuandra Phoa, menyatakan bahwa Periklindo menolak penerapan insentif untuk mobil hybrid. Ia berpendapat bahwa bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh mobil hybrid sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah.
Dalam konteks ini, Anton Jimmi Suwandy, yang menjabat sebagai Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM), memberikan pandangannya mengenai kemungkinan insentif untuk mobil hybrid. Ia menegaskan bahwa Toyota berkomitmen untuk mencapai visi yang sejalan dengan pemerintah, yaitu menuju carbon neutral.
Selain itu, Toyota telah meluncurkan berbagai produk yang ramah lingkungan dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik. “Intinya, Toyota berupaya mencapai carbon neutral, sejalan dengan pemerintah dan tujuan global lainnya. Kami berfokus pada pengurangan emisi dan ketergantungan pada impor bahan bakar. Selama produk yang dihasilkan memiliki emisi yang lebih rendah dan penggunaan bahan bakar yang efisien, serta dengan tren terbaru yang mendukung penggunaan bahan bakar fleksibel dan produk lokal, saya rasa hal ini patut mendapat dukungan dari pemerintah,” ujar Anton di Jakarta pada Jumat (7/9/2024).
Adopsi Seluruh Teknologi
Anton menjelaskan bahwa Toyota telah memproduksi mobil hybrid di Indonesia, termasuk Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid dan Toyota Yaris Cross HEV. Di samping itu, ada juga produk yang dapat menggunakan bahan bakar fleksibel, seperti biodiesel dan bioetanol.
Lebih lanjut, Anton mengungkapkan bahwa Indonesia tidak mungkin beralih sepenuhnya ke BEV dalam waktu dekat. Oleh karena itu, diperlukan kombinasi antara BEV, hybrid, plug-in hybrid, dan bahan bakar fleksibel. Toyota mendukung penerapan berbagai teknologi yang dapat mengurangi emisi dan mencapai netralitas karbon, termasuk kendaraan listrik.
"Kita bertujuan untuk mencapai emisi yang carbon neutral. Menurut saya, penting untuk mengadopsi berbagai teknologi agar tujuan ini tercapai. Mempertimbangkan 100 persen kendaraan listrik baterai (BEV) di Indonesia tampaknya tidak realistis. Oleh karena itu, perlu ada kombinasi antara BEV, kendaraan hibrida, plug-in hybrid, dan juga bahan bakar fleksibel yang sedang populer saat ini. Dengan adanya semua teknologi ini, emisi dapat dikurangi dan industri otomotif pun akan mengalami perkembangan," ujarnya.