Selain Vs Argentina, Indonesia Vs Thailand Juga Sengit di Industri Mobil Listrik
Pada segmen mobil penumpang, produksi Indonesia bahkan melebihi produksi Thailand pada tahun 2014. Baru-baru ini telah melampaui Thailand hingga 2 kali lipat.
Julukan Detroit Asia identik dengan Thailand. Ini akibat merek-merek otomotif dunia membangun pabriknya di Negeri Gajah Putih ini pada 1960-an.
Namun, kini posisi Thailand sebagai "Detroit Asia" terancam oleh tetangganya, Indonesia. Terutama saat RI memanfaatkan sumber daya mineralnya untuk peralihan ke kendaraan listrik (EV) dan kendaraan energi baru lainnya
-
Dimana merek mobil China lainnya akan masuk di Indonesia? Produsen mobil China kini memperluas pasarnya ke berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Setelah kehadiran Wuling, DFSK, Chery, dan BYD di Indonesia, banyak merek mobil China lainnya yang dikabarkan akan menyusul untuk memasuki pasar otomotif Tanah Air.
-
Siapa yang mengecam langkah Amerika Serikat dalam melarang penggunaan perangkat lunak dan perangkat keras China dalam kendaraan otonom? Di sisi lain, pemerintah Tiongkok mengecam langkah ini dan menyatakan bahwa AS telah memperluas definisi keamanan nasional secara tidak adil.
-
Apa saja merek mobil China yang sudah hadir di Indonesia? Setelah kehadiran Wuling, DFSK, Chery, dan BYD di Indonesia, banyak merek mobil China lainnya yang dikabarkan akan menyusul untuk memasuki pasar otomotif Tanah Air.
-
Bagaimana cara mobil merek China menarik konsumen Indonesia? Kedatangan merek-merek baru ini memberikan alternatif pilihan bagi konsumen Indonesia dengan menawarkan harga yang bersaing, fitur-fitur canggih, dan desain yang menarik.
-
Bagaimana Amerika Serikat berencana untuk menerapkan larangan penggunaan perangkat lunak dari China pada kendaraan otonom? Larangan terhadap software ini diperkirakan akan mulai diterapkan pada tahun 2027, sementara regulasi mengenai hardware akan berlaku tiga tahun setelahnya.
-
Kapan Wuling Motors memulai ekspansi ke sektor otomotif di Indonesia? Pada tahun 2015, Wuling Motors memulai ekspansi ke sektor otomotif di Indonesia dengan mendirikan pabrik di Greenland International Center (GIIC), Cikarang, Jawa Barat.
Presiden Joko Widodo telah melobi para pemimpin dunia agar berinvestasi kendaraan listrik, saat menghadiri KTT G7 di Hiroshima, Jepang, pekan lalu.
Jokowi secara agresif mempromosikan Indonesia, sedangkan Thailand sibuk membentuk pemerintahan baru.
Produksi mobil Thailand terus menurun sejak 2013, dengan angka puncak 2,45 juta unit per tahun. Pada 2022, angka tersebut turun 23 persen menjadi 1,88 juta unit, menurut riset MarkLines, dikutip dari Nikkei Asia, baru-baru ini.
Penurunan tersebut dipicu perpindahan produksi ke luar negeri, yang
sebagian bersumber dari banjir besar Thailand pada 2010-an.
©2016 Merdeka.com
Sebaliknya, volume produksi di Indonesia meningkat lebih 30 persen, dalam kurun waktu sama. Mencapai 1,47 juta unit pada 2022, mendekati 80 persen produksi Thailand pada tahun tersebut.
Angka ini diperkirakan mencapai 1,6 juta unit pada tahun ini.
Pada segmen mobil penumpang, produksi Indonesia bahkan melebihi produksi Thailand pada tahun 2014. Baru-baru ini telah melampaui Thailand hingga 2 kali lipat.
Indonesia Jor-joran di EV
©2022 Merdeka.com
Industri otomotif Thailand dimulai pada 1960-an, ketika produsen otomotif Jepang seperti Toyota mulai berproduksi. Dan rantai pasokan yang terkonsentrasi di negara tersebut berkembang setelah itu.
Thailand pun menjadi basis ekspor Toyota. Tidak hanya untuk
Asia Tenggara, tapi juga Australia, Timur Tengah, dan Afrika.
Namun, dengan pergeseran global ke EV, pusat kendaraan bertenaga bensin mulai ditinggalkan.
Dilansir dari Nikkei Asia, salah satu sumber pemerintah Thailand mengatakan proses elektrifikasi dari produsen mobil Jepang terbilang sangat lambat.
Mobil Jepang masih sangat populer di Thailand, tapi antusiasme terhadap EV sangat tinggi. Masuknya merek-merek Jepang yang lamban ke pasar EV, mungkin menghambat industri otomotif negara itu.
Di sisi lain, pergeseran EV global menjadi keuntungan bagi Indonesia yang merupakan pemilik sumber daya nikel terbesar di dunia. Investasi untuk cadangan nikel meningkat pesat di RI, sebagai bahan utama baterai mobil listrik.
Pada April tahun ini, pemerintah mengumumkan Volkswagen sedang
mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam proyek produksi nikel. Ford Motor juga turut berpartisipasi dalam proyek tersebut.
Baterai EV memiliki berat ratusan kilogram dan umumnya diproduksi di dekat pabrik perakitan kendaraan. Maka itu, menarik pabrik baterai juga akan menarik produksi EV.
Promosi kendaraan listrik di Indonesia terus dilakukan melalui kebijakan pemerintah, seperti pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) pada beberapa kendaraan listrik dari 11 persen menjadi 1 persen, mulai April.
Pemerintah ingin memberikan insentif bagi pabrikan yang merakit model EV di dalam negeri dengan 40 persen komponen dalam negeri.
Hal tersebut direspons positif produsen global. Hyundai (Korea Selatan) dan SAIC-GM-Wuling (China) mulai memproduksi EV di Indonesia pada tahun lalu.
Sementara Tesla dikatakan mendekati kesepakatan awal untuk membangun fasilitas serupa.
LG Energy Solutions Korea Selatan juga sedang membangun pabrik baterai bersama Hyundai Motor. Pabrik ini diharapkan mulai beroperasi pada 2024.
CATL China, pembuat baterai EV terbesar di dunia, juga berencana membangun pabrik baru di Indonesia.
Strategi Industri Otomotif Thailand
©2023 Merdeka.com
Melihat keadaan tersebut, Thailand tidak tinggal diam dan menetapkan target EV: 30 persen atau lebih dari mobil baru yang diproduksi di negara itu pada 2030.
Mereka pun meluncurkan insentif baru pada Februari 2022: subsidi hingga 150.000 baht, setara Rp 64 juta, untuk EV yang diproduksi di Thailand.
Pajak komoditas mobil penumpang EV juga akan diturunkan dari 8 persen menjadi 2 persen. Truk pikap yang populer di Thailand, akan bebas bea.
EV China dengan harga sekitar 1 juta baht akan dapat diskon sekitar 200.000 baht. Plus subsidi dan pengurangan pajak komoditas, menurut Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang.
Dilansir Nikkei Asia, Akshay Prasad dari perusahaan konsultan AS Arthur D. Little mengatakan, dibandingkan dengan negara lain, kebijakan Thailand mempertimbangkan faktor produksi dan penjualan.
Pada September tahun lalu, BYD asal China mengumumkan akan membangun pabrik EV di Provinsi Rayong, Thailand Timur.
Ini kali pertama BYD setuju untuk membangun pabrik EV mobil penumpang di luar China.
Kemudian pada April, Changan Automobile China menyatakan akan investasi 9,8 miliar baht untuk pabrik EV di Thailand. SAIC Motor dan Great Wall Motor juga berencana memproduksi di negeri Gajah Putih ini.
Pemerintah Thailand pun mengumumkan strategi investasi lima tahun mulai tahun ini, termasuk pembebasan pajak selama 10-13 tahun untuk produksi kendaraan sel bahan bakar. Produsen biofuel juga berhak atas keringanan pajak.
Pada Desember, Toyota mengumumkan berkolaborasi dengan Charoen Pokphand Group untuk menggunakan biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak untuk membuat gas hidrogen. Ini potensial dimanfaatkan sebagai kendaraan sel bahan bakar.
Thailand sedang mencoba untuk menjadi yang terdepan dengan memperluas jangkauannya, tidak hanya ke EV, melainkan kendaraan energi baru secara keseluruhan.
Karena itu, persaingan Thailand dengan Indonesia akan semakin memanas dalam beberapa tahun ke depan.
Reporter magang: Vallerie Dominic