Akhir organisasi Indische Partij pada masa penjajahan Belanda
Dalam anggaran dasar Indische Partij, disebutkan kalau mereka perlu membangun patriotisme bangsa Hindia ke tanah air.
Indische Partij adalah salah satu organisasi yang pernah ada ketika masa pemerintahan kolonial Belanda. Setelah mengungkapkan pendapatnya, pihak bangsawan Budi Utomo juga memberikan dukungan positif terhadap ide Douwes Dekker untuk meluaskan organisasi ini. Indische Partij berhasil membuat 30 cabang dengan 730 anggota. Anggotanya terus bertambah sampai ada 6000 orang yang menjadi anggota Indische Partij. Dalam anggaran dasar Indische Partij, disebutkan kalau mereka perlu membangun patriotisme bangsa Hindia ke tanah air, membuat kerjasama untuk meningkatkan ketertiban negara dan mempersiapkan kehidupan rakyat setelah merdeka.
Untuk kolonial Belanda, keberhasilan Indische Partij adalah sebuah ancaman besar. Setelah itu, pemerintah kolonial menyatakan kalau Indische Partij sudah menjadi organisasi yang terlarang dan berbahaya di tahun 1913. Tiga serangkai segera diasingkan di tempat yang berbeda, Douwes Dekker diasingkan ke Timor, Cipto diasingkan ke Bkamu dan Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Bangka. Setelah itu, mereka bertiga dibuang ke Belanda.
Pengasingan tiga serangkai nggak cuma berdampak di Hindia Belanda saja, tapi juga di Belanda. Di Hindia Belanda, keadaan mereka membuat para rakyat Bumiputera semakin ingin memperjuangkan hak yang seharusnya milik mereka. Di sisi lain, perdebatan politik terjadi di golongan Dewan Perwakilan Rakyat Belanda yang mengatakan tentang pergerakan rakyat Indonesia.
Di tahun 1914, dr. Cipto dipulangkan karena alasan kesehatan. Douwes Dekker dipulangkan di tahuj 1917 dan Ki Hajar Dewantara dipulangkan satu tahun setelahnya. Setelah Indische Partij bubar, organisasi itu berganti nama menjadi Insulide dan di tahun 1919 berubah nama lagi menjadi Nationaal Indische Partij atau NIP. Meskipun mengalami banyak masalah dalam masa pergerakannya, Indische Partij tetap menjadi organisasi yang nggak terlupakan.