Diksi, unsur puisi yang bikin karya sastra ini jadi indah dibaca
Puisi adalah salah satu karya sastra indah yang punya sistematika penulisan khas dengan larik-larik membentuk bait.
Pernahkah kamu membaca puisi? Puisi adalah salah satu karya sastra indah yang punya sistematika penulisan khas dengan larik-larik membentuk bait. Di dalamnya ada beberapa unsur yang membuatnya berbeda dari karya sastra lainnya. Sebuah puisi bisa menarik karena beberapa unsur di dalamnya. Unsur dalam puisi meliputi diksi, gaya bahasa, citraan, perasaan, nada, amanat dan tema. Kali ini kita akan membahas salah satunya, yaitu diksi.
Diksi adalah pilihan kata. Saat menulis puisi, tentu penyair akan memikirkan dengan hati-hati, kata apa yang akan dipakainya. Makna, komposisi bunyi, rima dan irama, adalah beberapa hal yang biasanya menjadi pertimbangan penyair. Karena puisi bersifat multitafsir, pilihan kata dalam puisi bersifat konotatif, dan punya kemungkinan makna lebih dari satu.
Nggak hanya harus memiliki arti yang sesuai, kata yang biasanya dipilih untuk puisi juga perlu dipikirkan keindahannya. Untuk melihat seperti apa diksi dalam puisi, cobalah membaca karya yang satu ini – Dari Bentangan Langit karya Emha Ainun Najib.
Dari Bentangan Langit
Karya: Emha Ainun Najib
Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan!
Mengekal tanah berbongkahan!
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
1997
Bagaimana menurutmu, puisi di atas sangat menarik, bukan? Kata-kata yang dipilih untuk puisi di atas nggak cuma indah, tapi juga punya banyak arti. Jadi dalam satu keutuhan puisi, kita bisa menafsirkannya menjadi berbagai versi, tergantung sudut pandang. Sekarang, bisakah kamu menggunakan diksi yang tepat untuk menulis puisi?