Menko Puan: Sejarah pendidikan Indonesia berawal dari Tamansiswa
Menko Puan: Sejarah pendidikan Indonesia berawal dari Tamansiswa. Atas nama Pemerintah, Menko PMK memberi apresiasi kepada Persatuan Tamansiswa atas segala kontribusinya dalam memajukan pendidikan di Indonesia selama ini.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani mengharapkan Tamansiswa bisa menghasilkan generasi bangsa yang cerdas. Sistem pengajaran yang selama ini diterapkan di Tamansiswa dianggap Puan sudah mumpuni.
"Sejarah pendidikan tak bisa dilepaskan dari Tamansiswa yang didirikan 3 Juli 1922. Tamansiswa harus dapat menghasilkan gagasan cemerlang. Membentuk konsep pendidikan yang membentuk karakter bangsa," kata Puan dalam pembukaan Kongres XXI Persatuan Tamansiswa di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta, Selasa (6/12).
Dalam kongres dengan mengusung tema "Revitalisasi Tamansiswa Menyukseskan Revolusi Mental, Menghasilkan Generasi Emas Indonesia yang Berpekerti Luhur" itu, Puan menjelaskan Perguruan Tamansiswa adalah perguruan yang mengedepankan gotong royong. Ia menilai azas gotong royong di dalam kehidupan bangsa mulai terkikis oleh kepentingan individu. Menurut dia, Tamansiswa-lah yang menjunjung nilai persatuan dalam kebhinnekaan sebagai dasar gotong royong.
"Prinsip dasar Tamansiswa membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Sistem pendidikan di Tamansiswa adalah antitesis pendidikan barat yang materialistik di tengah kehidupan bangsa," kata dia.
Untuk itu, atas nama Pemerintah, Menko PMK memberi apresiasi kepada Persatuan Tamansiswa atas segala kontribusinya dalam memajukan pendidikan di Indonesia selama ini.
Ditambahkan Menko Puan, ajaran Ki Hajar Dewantara yang sangat populer di hati masyarakat, yaitu trilogi kepemimpinan sangat relevan dengan dunia pendidikan. Pertama, 'Ing Ngarso Sung Tulodho' yaitu ketika berada di depan publik, guru dan pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan yang baik untuk orang lain. Kedua, 'Ing Madyo Mangun Karsa' yaitu ketika di tengah atau di antara publik, guru dan pemimpin harus mampu membangun semangat untuk bekerja keras dan membangun kinerja yang baik. Ketiga, 'Tut Wuri Handayani' yaitu ketika berada di belakang guru dan pemimpin harus mampu memberi dorongan dan menggugah semangat sehingga orang-orang di sekitarnya dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Ajaran yang dikenal dengan nama Patrap Triloka tersebut mempunyai makna yang dalam dan masih relevan dengan kehidupan masa sekarang maupun masa yang akan datang," imbuhnya.
Terpisah, Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan Tamansiswa merupakan badan perjuangan di bidang pendidikan, kemerdekaan, dan kebudayaan. Menurutnya, pendidikan yang ada di Tamansiswa harus bisa membentuk karakter bangsa.
"Pendidikan hendaknya meningkatkan kemampuan sosial, pengendalian emosional, pengembangan kemampuan dan kearifan lokal," katanya.