Tegas, Menko PMK Minta Kampus Tanggung Jawab Buntut Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior
Pelaku memukul korban sebanyak lima kali di perut, menyebabkan korban jatuh dan pingsan.
Penganiayaan dilakukan senior tingkat dua di kamar mandi.
Tegas, Menko PMK Minta Kampus Tanggung Jawab Buntut Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior
Kasus kekerasan kembali dialami mahasiwa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta. Sama seperti sebelumnya, korban tewas akibat dianiaya seniornya.
Menko PMK Muhadjir Effendy ikut menyorot kejadian tersebut. Katanya, kejadian itu menjadi tanggung jawab penuh institusi terkait khususnya bidang kegiataan kemahasiswaan.
"Akan kita lihat kasusnya ya. Selama ini kan itu menjadi tanggung jawab dari institusi. Termasuk kalau itu mahasiswa. Ya pimpinan yang bertanggung jawab di bidang kegiatan kemahasiswaan," jelas Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (6/5).
Sejauh ini, katanya, pemerintah belum berencana melakukan intervensi ke pihak STIP terkait kasus ini. Muhadjir menyebut pihaknya akan mendalami kasus penganiayaan terlebih dahulu untuk mengambil tindakan.
"Belum, belum kita belum sampai sejauh itu (intervensi)," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan ucapan belasungkawa dan keprihatinan atas kejadian tersebut. Dia memastikan kementeriannya ikut turun tangan untuk menangani kasus penganiayaan di STIP.
"Saya berbelasungkawa dan sangat prihatin. Kami sudah melakukan satu upaya penegakan hukum," tutur Budi Karya.
Sebelumnya, Kepolisian mengungkapkan kronologi kematian taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara, Putu Satria Sananta Rustika, di tangan seniornya. Korban meninggal karena kekurangan oksigen ke saluran vital setelah dianiaya oleh pelaku berinisial TRS pada Jumat (3/5/2024).
"Setelah dipukul lima kali di bagian ulu hati, korban jatuh pingsan dan senior berusaha menarik lidahnya tapi tindakan itu membuat aliran oksigen ke organ vital terhambat sehingga menyebabkan korban tewas," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Polisi Gidion Arif Setyawan di Jakarta, Sabtu 4 Mei 2024.
Hasil autopsi menunjukkan adanya luka di ulu hati korban yang menyebabkan pecahnya jaringan paru.
"Selain itu ada luka lecet di bagian mulut korban yang diduga sebagai upaya yang dilakukan tersangka untuk menyelamatkan korban tapi malah mempercepat kematian korban," ujar Kapolres dikutip dari Antara.
Menurutnya, upaya penyelamatan tidak sesuai prosedur dan korban menerima pukulan sebanyak lima kali dari tersangka TRS.
Kejadian terjadi di salah satu toilet di Kampus STIP Marunda, di mana empat taruna tingkat dua sebagai senior dan empat taruna tingkat satu berada.
Taruna senior memanggil junior yang melakukan kesalahan, dan pelaku TRS menanyakan siapa taruna yang paling kuat. Korban kemudian menjawab bahwa dirinya yang paling kuat karena sebagai ketua dari taruna junior.
Pelaku memukul korban sebanyak lima kali di perut, menyebabkan korban jatuh dan pingsan.
"Meskipun ada empat senior, tapi dalam kasus ini pelaku tunggal melakukan aksi yang menyebabkan korban meninggal dunia," kata Kapolres.
Polres Metro Jakarta Utara menetapkan taruna tingkat dua STIP berinisial TRS sebagai tersangka penganiayaan yang menyebabkan Putu Satria Ananta Rustika (19) meninggal dunia.
"Pelaku dijerat dengan pasal 338 juncto subsider pasal 351 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan ancaman pidana maksimal 15 tahun," tambahnya.