Direktur: BNI Tidak Terdampak Penutupan Silicon Valley Bank
Dia menyakini model bisnis yang dijalankan oleh manajemen BNI sangat kuat, di mana rasio kecukupan modal mencapai di atas 20 persen. Angka itu jauh di atas ketentuan minimum regulator dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank global lainnya.
Direktur Keuangan Bank Negara Indonesia (BNI), Novita Widya Anggraini mengatakan bahwa BNI tidak terdampak penutupan Silicon Valley Bank di Amerika Serikat.
"Kita melihat bahwa perseroan saat ini tidak memiliki eksposur terhadap Silicon Valley Bank," kata Novita dalam konferensi pers virtual RUPST BNI Tahun Buku 2022 di Jakarta, Rabu (15/3).
-
Kenapa BNI menggandeng startup? Tak hanya itu, BNI juga menggandeng startup agar bisnis terus bertumbuh.
-
Apa saja inovasi yang dikeluarkan BNI agar tetap dipercaya nasabah? Di usianya yang hampir satu abad, Bank BNI sudah mengeluarkan berbagai inovasi yang membuatnya tetap dipercaya nasabah.
-
Kapan BNI meluncurkan hibank? Silvano melanjutkan, perseroan meluncurkan hibank sebagai solusi untuk menggarap sektor UMKM yang lebih dinamis.
-
Mengapa BNI membuka kantor cabang di Singapura? Pembukaan kantor cabang BNI di Singapura merupakan salah satu realisasi akan cita-cita BNI menjadi kekuatan moneter di dunia internasional, khususnya bagi NKRI yang baru saja merdeka kala itu.
-
Kapan BNI mulai menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi krisis? BNI terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang terjadi di tahun 1998, 2005, 2008, dan 2020.
-
Apa yang dilakukan BNI untuk memperkuat penetrasi di segmen UMKM? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk optimistis dapat terus mendorong PT Bank Hibank Indonesia untuk dapat memperkuat penetrasi di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui solusi digital.
Dia menyakini model bisnis yang dijalankan oleh manajemen BNI sangat kuat, di mana rasio kecukupan modal mencapai di atas 20 persen. Angka itu jauh di atas ketentuan minimum regulator dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank global lainnya.
Novita mengatakan likuiditas perseroan juga baik di atas persyaratan peraturan yang ditetapkan oleh otoritas dan lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank global. Selain itu, liabilitas bank tersebut didominasi oleh pendanaan yang stabil yaitu dana pihak ketiga dan hanya kurang dari 10 persen yang berasal dari pendanaan wholesale.
"Kepercayaan deposan di dalam negeri juga masih kuat terhadap kondisi perseroan," ujarnya.
Kemudian, dari sisi aset, Novita mengatakan 80 persen aset BNI berupa kredit, dan hanya 20 persen berupa bond. BNI juga menjalankan bisnis dengan selalu melaksanakan mitigasi risiko dan melakukan diversifikasi aset untuk mengurangi risiko.
"Memang untuk porsi obligasi komposisinya 94 persen adalah obligasi pemerintah dan kalau kita lihat tenornya merupakan tenor yang pendek sehingga risikonya relatif lebih rendah," ujarnya.
Menurut dia, perbankan di Indonesia secara industri memiliki kecukupan modal yang jumlahnya relatif di atas 20 persen, sehingga kondisi perbankan Indonesia cukup kuat untuk mengantisipasi risiko.
"Jadi memang kondisi perbankan Indonesia rasanya cukup kuat untuk mengantisipasi atau memitigasi risiko-risiko yang kemungkinan terjadi," ujarnya.