27 Warga Rangkasbitung hilang, diduga terlibat Gafatar
Beberapa dari mereka adalah pegawai negeri sipil dan pensiunan PNS.
Sebanyak 27 warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, sejak tiga bulan terakhir menghilang. Mereka diduga bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Berdasarkan data, 27 warga Rangkasbitung diduga bergabung Gafatar itu terdiri dari keluarga Muhaemin (45) bersama istri dan dua anaknya, keluarga Maman (45) dengan ibu, mertua, serta dua anaknya.
Lalu ada keluarga Sanimah (40) bersama suami dan lima anak, Nandar (35) bersama istri dan dua anak. Kemudian, bendahara Gafatar Kabupaten Lebak, Harun (62) bersama istri dan empat anak.
Dari 27 warga, keluarga Muhaemin, Sanimah, Nandar, dan Maman beralamat di Kampung Cibungur Pasir, Desa Rangkasbitung Timur.
Muhaemin tercatat sebagai pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Sumber Daya Air (SDA) Kabupaten Lebak. Sementar, Harun sudah pensiun dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kabupaten Lebak, beralamat di Kompleks BTN Narimbang, Rangkasbitung.
"Semua warga Rangkasbitung yang menghilang misterius itu tercatat 27 orang," kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kabupaten Lebak, Yusup, di Lebak, seperti dilansir dari Antara, Rabu (13/1).
Yusup menyatakan, kediaman mereka yang hilang sebagian sudah kosong dan ada yang dijual ke orang lain. Dia menyatakan, mereka sebelumnya sudah diminta tidak mengembangkan ajaran sesat. Bahkan, dia telah memanggil anggota Gafatar dan dipertemukan dengan Majelis Ulama Indonesia, DPRD, Kepolisian, dan Bakorpakem. Dengan pendekatan ini, diharapkan mereka kembali ke jalan yang benar dan tidak menyesatkan. Larangan beraktivitas terhadap pengurus dan anggota Gafatar juga dikuatkan oleh Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 11/2015.
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak, KH Baidjuri mengatakan, organisasi Gafatar sesat dan tidak berdasarkan ajaran Islam. Pemerintah daerah melarang ajaran itu berkembang di Kabupaten Lebak.
"Kami berharap warga tetap waspada agar tidak tertarik terhadap paham yang menyesatkan," kata Baidjuri.