4 Pembelaan mati-matian Marwah Daud pada Dimas Kanjeng
4 Pembelaan mati-matian Marwah Daud pada Dimas Kanjeng. Diduga terlibat dalam kasus pembunuhan, pemimpin Padepokan Dimas Kanjeng, Taat Pribadi harus merasakan dinginnya sel tahanan. Rupanya, di samping menjadi pemimpin agama, Taat juga dikenal sebagai dukun pengganda uang.
Diduga terlibat dalam kasus pembunuhan, pemimpin Padepokan Dimas Kanjeng, Taat Pribadi harus merasakan dinginnya sel tahanan. Rupanya, di samping menjadi pemimpin agama, Taat juga dikenal sebagai dukun pengganda uang.
Tertangkapnya Taat membuat sebagian besar pengikutnya memilih keluar dari padepokan. Bahkan, tidak sedikit pula yang menuding lelaki bertubuh gembul itu telah berbohong, sebab uang hasil penggandaan itu tidak pernah terbukti.
Meski banyak yang mencurigai kesaktian Taat Pribadi, namun tidak bagi Marwah Daud Ibrahim. Wanita kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan ini tetap yakin, sosok yang dijunjungnya itu tidak melenceng dari Islam.
Dia bahkan berani mendebat beberapa orang yang meragukan Taat Pribadi. Berikut beberapa pembelaan Marwah Daud dalam acara diskusi Indonesia Lawyer Club yang disiarkan tvOne:
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? Seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) bernama GAD (14) nekat melakukan aksi percobaan bunuh diri di sekolahnya, yakni SMPN 73 Tebet, Jakarta Selatan.
-
Apa yang dilakukan Cak Diqin dan Nyimut saat berkunjung ke pondok pesantren milik Anwar Zahid? Cak Diqin dan Nyimut hadir dalam pengajian rutin di pesantren asuhan Anwar Zahid. Beberapa waktu silam, Cak Diqin dan Nyimut bertandang ke Pondok Pesantren Sabilunnajah Simo, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro yang diasuh Kiai Anwar Zahid. Kedatangannya bertepatan dengan pengajian rutin di ponpes tersebut. Pasutri seniman campursari itu pun turut memeriahkan pengajian dengan tembang-tembang yang bermuatan religi.
-
Apa cita-cita utama Teungku Muhammad Daud Beureueh? Beberapa di antara mereka juga memiliki cita-cita untuk menegakkan syariat Islam di Tanah Aceh.Salah satu tokoh besar yang berperan penting dalam pembentukan negara Islam di Aceh yaitu Teungku Muhammad Daud Beureueh.
-
Kapan Awaloedin Djamin meninggal? Awaloedin Djamin meninggal dunia pada usia 91 tahun, tepatnya pada Kamis, 31 Januari 2019 pukul 14.55 WIB.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Taat Pribadi punya tugas khusus
Marwah menegaskan, Taat Pribadi selaku pemimpin Padepokan Dimas Kanjeng memiliki tugas khusus. Tugas itu adalah melakukan penataan, tanpa menjelaskan lebih rinci maksudnya.
"Ada tugas untuk menata. Tugas besar. Tugas kami ini membantu proses itu, waktu memang tidak tahu sampai kapan. Bahkan tahapan-tahapannya itu beliau katakan 'saya tidak tahu'," jelasnya.
Atas alasan itu, dia mengaku kaget dengan pengakuan beberapa rekannya, di mana disebutkan ada kewajiban menyetorkan mahar atau harta benda.
"Makanya saya kaget, ketika temuannya ternyata beda dari teman-teman yang lain. Makanya jawaban saya mungkin beda. Ada mahar bahkan, tidak pernah saya dengar itu," tegasnya.
Lintas agama dan parpol
Marwah Daud menyebutkan, Padepokan Dimas Kanjeng terdiri dari banyak kalangan. Tak hanya beragama Islam, tapi juga hampir seluruh agama di Indonesia.
"Kita punya yang namanya tim kabupaten, tim provinsi. Ternyata harus terwakili semua agama, karena pendoponya saja namanya rahmatan lil alamin, jadi hampir semua agama ada," ungkapnya.
"Ketika harus semua partai politik, kita ketemu di sana lintas partai."
Dari analisanya, pencampuran itu dilakukan agar misi atau tugas Dimas Kanjeng bisa dilaksanakan di seluruh Indonesia, bukan hanya di Pulau Jawa saja.
"Bahwa memang ada tahapan harus selesai saya tangkap. Setelah saya pelajari, saya analisa. Tahapan itu antara lain misalnya, harus ada di seluruh provinsi kabupaten," paparnya.
Beranggotakan raja dan sultan
Ternyata, Padepokan Dimas Kanjeng ini juga diakuinya membawahi sejumlah raja maupun sultan dari seluruh Indonesia. Jumlahnya pun mencapai ratusan orang.
"Dan kemudian, waktu itu, semua teman-teman, bukan hanya Indonesia ya pak ya, kerajaan kesultanan itu, se-Nusantara harus ada di dalamnya. Jadi tidak sekecil yang kita bayangkan. Ada lebih 100," beber dia.
Menurutnya, para raja dan sultan itu telah mendapatkan tugas khusus di daerah penempatannya. Utamanya mencari keunggulan-keunggulan di medannya masing-masing.
"Mendata potensi daerahnya masing-masing dan keunggulannya. Ada unggulannya misalnya tambang, ada teman kami dari kalimantan, ada yang dari aceh misalnya. Unggulannya ini apa, kemudian bahkan didata," lanjutnya.
Atas alasan itu, dia meyakini padepokan tempatnya memimpin ribuan orang sedang mempersiapkan kejayaan untuk Indonesia.
"Kalau ada yang tanya, kalau saya, ini padepokan menyiapkan nusantara jaya 2045. Karena itu memang dari dulu sudah saya lakukan," sahutnya.
Tak pernah dapat uang miliaran
Pada kesempatan itu pula, Marwah Daud mengaku tidak pernah mendapatkan uang sampai lebih dari miliaran rupiah. Hal itu membantah dugaan orang-orang yang menganggap Taat Pribadi mampu menggandakan banyak uang.
"Kami sudah punya kuasa hukum. Saya dapat dua koper, itu luar biasa kalau saya dapat mungkin sudah saya bagi-bagi," ungkapnya.
Bahkan, dia menantang salah seorang polisi yang menjadi tamu di ILC untuk menginvestigasi secara serius. Termasuk membuktikan uang di dalam kotak senilai Rp 100 ribuan, dan uang Dolar AS.
"Waktu kami dibagikan, saya berlima waktu itu ketika masuk di sana. Lima orang, kami masing-masing dikasih USD 500, saya tuker itu," aku Marwah Daud.
"Tapi memang tidak pernah miliar-miliaran kami dapat. Ketika beliau seperti tadi, itu memang kami diberikan, nah saya tidak ingin memaksakan kebenaran, tidak perlu juga 'yok mungkin ini tantangan era kita'."
Â
(mdk/tyo)