47 Orang Meninggal Akibat DBD di Jawa Tengah
Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Klaten, Batang, Kota Magelang, dan Kota Semarang, merupakan daerah dengan angka kasus DBD tertinggi se-Jawa Tengah.
Sebanyak 47 orang meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Tengah dalam rentang waktu Januari hingga awal Juni 2020. Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Klaten, Batang, Kota Magelang, dan Kota Semarang, merupakan daerah dengan angka kasus DBD tertinggi se-Jawa Tengah.
"Data per hari ini tercatat 47 orang meninggal dari total 3.189 orang yang terserang penyakit demam berdarah di 35 kabupaten kota. Sedangkan angka kematian tertinggi akibat demam berdarah di Kota Pekalongan, Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Grobogan dan Temanggung," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo di Semarang, Jumat (3/7).
-
Kapan gejala DBD muncul? Setelah terinfeksi, seseorang dapat mengalami gejala DBD dalam beberapa hari.
-
Apa yang dimaksud dengan DBD? Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue.
-
Bagaimana cara DBD ditularkan? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Apa saja gejala DBD pada anak? Gejala penyakit DBD atau demam berdarah dengue pada anak antara lain adalah sebagai berikut: Demam tinggi. Anak akan mengalami demam tinggi hingga mencapai 40°C selama 2-7 hari. Demam ini bisa memiliki pola pelana kuda, yaitu demam naik turun dengan fase kritis di saat suhu menurun.
-
Kapan kasus DBD biasanya meningkat? Tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu terjadi di musim hujan, dan penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
-
Di mana saja DBD banyak ditemukan? Kasus DBD tersebar di 472 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia.
47 orang tersebut dinyatakan meninggal dunia atau crisis fatality rate (CFR) sekitar 1,47 persen. Terlebih lagi, kasus DBD di Jateng terbilang tinggi dengan incidence rate (IR) mencapai 9,16. Jika dihitung dari total penduduk.
"Incidence rate itu kita hitung berdasarkan jumlah kasus per 100.000 penduduk. Jumlah angka itu harus diwaspadai," ujarnya.
Menurut Yulianto kasus DBD dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku hidup masyarakat.
"Ini harus kita waspadai. Karena masih ada hujan, jadi sangat berpotensi demam berdarah. Tentu yang harus dilakukan untuk mengurangi jentik nyamuk dengan menutup, menguras, dan mendaur ulang," jelasnya.
Baca juga:
Dinkes Sumsel Sebut Kasus DBD di Palembang Turun Drastis Imbas PSBB
Periode Januari hingga Mei, 78 Orang Meninggal Dunia Akibat DBD
Kasus DBD di Tasikmalaya Terus Meningkat, Pasien Meninggal Jadi 16 Orang
Saat Pandemi Covid-19, Waspadai Juga Gigitan Nyamuk DBD Pagi dan Sore
Kemenkes: Ada 346 Kasus Kematian Akibat DBD di Indonesia