5 Fakta seputar jatuhnya AirAsia QZ8501 yang diungkap KNKT
Sejumlah data yang berhasil dikumpulkan KNKT berhasil menggambarkan kejadian sebelum itu jatuh di Selat Karimata.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah menyelesaikan preliminary report (laporan awal) kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Laporan tersebut memuat sejumlah data faktual awal terkait penerbangan pesawat itu dari Bandara Juanda Surabaya menuju Singapura.
Laporan dibuat berdasarkan hasil analisa terhadap black box yang terdiri dari Flight Data Recorder (FDR), Cockpit Voice Recorder (CVR), dan rekaman percakapan pilot dengan Air Traffic Controller (ATC).
"Satu-satunya tujuan penyelidikan safety adalah untuk meningkatkan keamanan transportasi," ujar Ketua Tim Investigasi AirAsia QZ8501 Mardjono di gedung KNKT, Jakarta, Kamis (29/1).
Mardjono mengatakan data faktual tersebut menjadi patokan bagi tim investigasi untuk mengembangkan penyelidikan. Tidak menutup kemungkinan data yang tercantum akan mengalami perkembangan seiring berjalannya investigasi.
"Informasi dalam laporan ini telah dicermati dan dikembangkan masak-masak," kata dia.
Sejumlah fakta diungkapkan KNKT terkait penerbangan QZ8501. Mulai dari persiapan hingga lepas landas dan sesaat sebelum jatuh di Selat Karimata. Apa saja fakta-fakta itu? Berikut rangkumannya:
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Kapan pesawat Thai Airways 311 jatuh? Pesawat ini melakukan penerbangan pertamanya pada 2 Oktober 1987. Awalnya beroperasi dalam maskapai Kanada Wardair dengan registrasi C-FGWD, Wardair lalu diakuisisi oleh Canadian Airlines International pada tahun 1989 dan operasi mereka terkonsolidasi dan terintegrasi di bawah panji Canadian Airlines.
Pesawat AirAsia QZ8501 diterbangkan kopilot
Ketua tim investigasi AirAsia QZ8501 Mardjono mengatakan mendapat beberapa temuan sebelum pesawat jatuh. Salah satunya adalah pesawat itu terbang di bawah kendali kopilot.
"Second in command, yaitu co pilot yang duduk di kanan, saat itu dialah yang menerbangkan pesawat. Sedangkan captain pilot yang duduk di sebelah kiri, dia sebagai pilot monitoring," ujar Mardjono dalam konferensi pers di gedung KNKT, Jakarta, Kamis (29/1).
Mardjono mengatakan saat itu captain pilot Irianto bertugas memastikan kesiapan pesawat. Selain itu, dia juga bertugas untuk berkomunikasi dengan Air Traffic Controller (ATC).
Dalam dunia penerbangan, terang Mardjono, kondisi seperti ini selalu terjadi. Hal itu juga tidak bertentangan dengan ketentuan penerbangan.
"Tidak kenapa-kenapa karena itu dibolehkan Undang-undang (UU)," kata dia.
Sebelum jatuh naik drastis ke ketinggian 37.000 kaki
Hasil investigasi sementara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan pesawat AirAsia QZ8501 sempat mencapai ketinggian 37 ribu kaki dari posisi sebelumnya pada 32 ribu kaki. Ketinggian puncak tersebut dicapai dalam waktu 30 detik.
"Pesawat naik 37 ribu kaki selama sekitar 30 detik," ujar investigator AirAsia QZ8501 Ertata Lananggalih di gedung KNKT, Jakarta, Kamis (29/1).
Pada kesempatan yang sama, investigator KNKT Ertata Lananggalih kondisi pesawat dikendalikan oleh kopilot diketahui dari rekaman Cockpit Voice Recorder (CVR). Menurut dia, kondisi ini terjadi sejak pesawat belum terbang.
"Dalam rekaman terdengar, captain pilot sebagai monitoring dan yang berkomunukasi dengan ATC. Iya sejak awal diterbangkan oleh co pilot," kata Ertata.
Penyebab pesawat tiba-tiba menukik belum diketahui
Investigator AirAsia QZ8501 Ertata Lananggalih menerangkan setelah mencapai ketinggian puncak, pesawat kemudian turun secara menukik sampai ketinggian 35 ribu kaki. Setelah itu, rekaman pada black box berhenti sehingga tidak diketahui posisi terakhir pesawat.
"Kira-kira habis itu pelan-pelan turun dan seterusnya, turun pelan-pelan selama sekitar 3 menit 20 detik sampai rekamannya tidak terdengar," kata dia.
Atas hal ini, Ertata tidak dapat memastikan penyebab turunnya pesawat. Dia pun tidak dapat menyimpulkan kondisi yang terjadi saat itu.
Lebih lanjut, Ertata mengatakan tim mendapat dua data yang berbeda terkait posisi pesawat dari Air Traffic Controller (ATC) dan Flight Data Recorder (FDR). Data ATC hanya merekam posisi pesawat pada ketinggian 32 ribu kaki.
"Kalau FDR, sudah mendekati permukaan air laut," kata dia.
Alarm Stall warning sempat menyala 4 menit
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mendapat temuan stall warning atau alarm tanda bahaya pesawat AirAsia QZ8501 sempat menyala selama empat menit. Saat itu kondisi pesawat sedang naik drastis dari ketinggian 32 ribu kaki menuju 37 ribu kaki.
"Alat itu (stall warning) otomatis menyala," ujar Ketua Tim Investigasi AirAsia QZ8501 Mardjono di gedung KNKT, Jakarta, Kamis (29/1).
Tetapi, Mardjono mengatakan meski alat tersebut menyala, kondisi pesawat tidak dapat disebut dalam keadaan 'stall'. Dalam istilah penerbangan, istilah 'stall' merupakan kondisi saat pesawat kehilangan daya angkat.
Kondisi ini bisa terjadi disebabkan, salah satunya, pitch attitude atau tingkat kemiringan moncong pesawat melebihi standar kemiringan. Standar kemiringan tersebut ditetapkan dalam dunia penerbangan sebesar delapan derajat.
"Ketika kemiringan moncong terlalu tinggi, maka daya angkat akan kurang, tapi jangan disimpulkan stall dulu," ungkap dia.
Lebih lanjut, Mardjono mengatakan butuh penyidikan lebih mendalam untuk membuktikan apakah pesawat memang dalam keadaan 'stall' atau tidak. Dia meminta untuk menunggu hasil laporan akhir investigasi yang akan disusun dalam waktu 12 bulan ke depan.
"Semua akan tercantum dalam laporan akhir," ungkap dia.
Kesimpulan laporan awal KNKT
KNKT masih akan melanjutkan penyelidikan untuk mencari penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Berikut sejumlah fakta yang telah dikumpulkan sebagai laporan awal.
1. Pesawat dalam kondisi layak terbang dan keseimbangan.
2. Semua awak pesawat mempunyai lisensi yang berlaku dan mempunyai sertifikat kesehatan.
3. Second in command, artinya pesawat dikendalikan oleh kopilot yang duduk di sisi kanan. Saat itu dia lah yang menerbangkan pesawat. Sedangkan captain pilot yang duduk di sebelah kiri, dia sebagai pilot monitor.
4. Pesawat menjelajah pada ketinggian 320, artinya 32 ribu kaki.
5. Pada jam 23.11 waktu GMT, terjadilan kontak awal dengan Kontroler Jakarta Raya. Pilot menginformasikan pesawat sedang berbelok ke kiri, ke titik M635. Pesawat itu teridentifikasi oleh radar dan dinyatakan oleh ATC Jakarta.
6. Pada saat membelok, pilot minta mengenai kemungkinan diberikan flight level cukup tinggi, meminta ketinggian 38 ribu kaki. ATC Jakarta mengatakan standby, tunggu dulu.
7. Pada jam 23.16 GMT, ATC mengizinkan pilot untuk naik ke flight level 34 ribu kaki.
8. Pada saat kejadian, tersedia gambar-gambar atau foto satelit perihal cuaca yang menunjukkan formasi awan cumulonimbus, puncak-puncak awan pada ketinggian 44 ribu kaki.
9. Posisi pesawat pada ketinggian masih terlihat pada 240. Pesawat bergeser belok ke kiri, kemudian sejajar titik M635.