54 Tahun menikah, pasutri asal Garut meninggal bersama saat lebaran
Mungkin ini namanya cinta sehidup semati. Selama 54 tahun menikah lamanya, Atang Djumnan dan sang Istri Tini Surtini, meninggal di hari yang sama, yakni saat umat muslim merayakan kemenangannya Idul Fitri 1438 Hijriah.
Mungkin ini namanya cinta sehidup semati. Selama 54 tahun menikah lamanya, Atang Djumnan dan sang Istri Tini Surtini, meninggal di hari yang sama, yakni saat umat muslim merayakan kemenangannya Idul Fitri 1438 Hijriah.
Atang mengembuskan napas terakhir di usianya ke-78 pada Senin (26/6) atau hari kedua Lebaran 2017, sekitar pukul 11.30 WIB. Disusul cinta sejatinya pukul 23.30 WIB di hari dan tempat yang sama yakni kediamannya di Kampung Batugede RT01/RW02, Desa Cisaat, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut. Tini meninggal diusianya ke-73.
"Ya mungkin ini yang namanya cinta sejati, cinta sehidup semati," kata anak pertama Atang dan Tini, Yeyet Suswati (52) saat membuka perbincangan dengan merdeka.com, Selasa (4/7).
Sebelum dipanggil Sang Pencipta, kata Yeyet, Tini memang mengalami sakit pasca terjatuh di jalan sekitar rumahnya April 2017 lalu. Kondisi itu cukup membuat Tini harus dibawa ke rumah sakit karena mengalami penjepitan urat saraf. Tini pun kondisinya melemah dan sempat harus terbaring di tempat tidur.
"Saat itu mamah menjadi repot, itu kejadiannya dua bulan ke belakang-lah," terang Yeyet. Tini sejak kejadian harus mondar-mandir ke rumah sakit untuk menjalani rawat jalan.
Harapan untuk sembuh sempat menaungi ibunya itu di awal puasa. Tini sempat mulai mencoba belajar berjalan kaki kembali dan ingin beraktivitas layaknya orang sehat. Kondisi itu nyatanya tidak berlangsung lama karena kesehatan Tini kembali drop pada pertengahan puasa. Setali tiga uang, kondisi itu berdampak pada psikologis Atang. Daya ingat Atang melemah.
Atang juga mulai merasakan sakit seperti apa yang dialami sang istri. Atang yang lahir di Garut pada 4 April 1939 itu kesehatannya mulai melemah. Atang terus mengalami demam tinggi. Keduanya mulai sama-sama terbaring tak berdaya sepekan menjelang Lebaran 2017 di rumahnya.
Kondisi itu kian terasa parah empat hari sebelum keduanya menghadap Sang Maha Kuasa. Menurut Yeyet, kedua orang tuanya itu sama-sama sudah mulai tidak bisa menerima makanan berat.
"Jangankan makanan berat, yang cair-cair saja susah. Orang tua saya dua-duanya menolak makanan. Tapi kita sebagai orang yang ngasuh memaksakan agar ada makanan yang masuk," ucap Yeyet yang bertindak sebagai perawat saat kedua orang tuanya sakit.
Setelah berjuang untuk terus bertahan hidup, Atang menyerah pada nasib. Atang meninggal di kediamannya. Dan 12 jam kemudian, sang istri yang sudah menemaninya semasa hidup menyusul Atang untuk menghadap Ilahi.
"Enggak tahu ya. Ini benar-benar kejadian langka dan takdir yang menyatukan lagi mereka berdua. Ibu saya sempat dikasih tahu bahwa bapa sudah tidak ada. Ibu saya terus menangis. Eh tapi pada malam harinya, Ibu saya dinyatakan meninggal jam setengah 12 malam di hari Senin itu," ujarnya.
Atang terlebih dahulu dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) sekitar rumahnya pukul 16.00 WIB. Sedangkan Tini dimakamkan keesokan paginya. Makam keduanya digali di dekat liang kubur yang sejajar.
Sebagai anak yang sudah dirawat dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya Yeyet tentu merasa sedih atas kepergiannya. Namun satu sisi, Yeyet juga merasa banyak belajar dari keduanya. "Sepertinya mereka pergi meninggalkan kita itu dengan tenang. Keduanya meninggalkan kita semua ketika sudah maaf-maafan karena memang sempat berlebaran dulu dengan keluarga. Semua kumpul. Eh sudah berlebaran dua-duanya benar tidak ada lagi," ucapnya.
Kisah menyentuh keduanya tentu bisa menjadi teladan baik bagi mereka yang memiliki pasangan. Dia berucap cinta sejati itu ada sekalipun maut memisahkan. Kakek nenek ini meninggal dengan damai. "Karena cinta sejati itu sehidup semati seperti orang tua saya," jelasnya.
Atang dan Tini yang menikah 7 Agustus 1963 silam dikaruniai tujuh orang anak. Atang merupakan pensiunan TNI. Adapun istrinya adalah seorang ibu rumah tangga.
Baca juga:
Kisah cinta ABG dan nenek di Sumsel yang bikin geleng kepala
Kisah cinta sehidup semati Atang & Tini yang meninggal saat lebaran
'Pasangan vampir' ini minum darah masing-masing demi sumpah setia
Demi cinta, gadis Italia terbang ke Indonesia temui pemuda Batang
Cerita sadisnya bogel habisi Nadya karena cinta ditolak
Ladies, jangan pernah takut untuk jadi ibu muda
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Apa contoh-contoh kata-kata cinta dalam diam? “Sampai detik ini setidaknya aku tahu gimana rasanya mencintai dalam diam, memendam perasaan rindu sendirian.” “Terkadang memendam adalah pilihan satu-satunya agar semua terlihat baik-baik saja.”
-
Siapa yang menginspirasi dengan kisahnya? Perempuan 22 tahun itu baru saja mengikuti program Singapore-Indonesia Youth Leaders Exhange Program (SIYLEP). Dia didapuk menjadi Duta Pemuda Indonesia 2023 dan mewakili Provinsi Banten di Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI. Kisahnya turut menginspirasi. Banten provinsi wisata dan budaya Disampaikan Sheila, dirinya bersama 34 perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia lainnya bertandang ke Singapura selama lima hari.SIEYLAP sendiri mengusung tema pariwisata yang dikenalkan secara maksimal oleh dirinya. "Sekaligus memperkenalkan tentang Banten dan mengenalkan potensi wisata Banten kepada delegasi Singapura.
-
Apa ciri-ciri kata-kata cinta yang romantis dan penuh makna? Cinta adalah perasaan yang mendalam dan kompleks yang bisa dirasakan oleh setiap orang. Kata cinta bisa disampaikan sebagai ungkapan dari perasaan tulus.
-
Kata-kata indah apa yang menggambarkan cinta yang sempurna? “Aku melihatmu begitu sempurna, hingga aku mencintaimu. Lalu aku melihat bahwa kamu tidak sempurna dan aku semakin mencintaimu.” —Angelita Lim
-
Kapan kata-kata cinta romantis ini bisa dibagikan? Kata-kata cinta romantis untuk pacar tentara dapat menguatkan hati meski jarak menjadi tantangan.