7 Pelaku pemerkosaan siswi SD di Klaten diduga sempat pesta miras
Saat digerebek, salah satu pelaku ada yang sedang memperkosa. Korban mengaku dijebak dua temannya.
Penuntasan kasus pemerkosaan terhadap siswi SD kelas VI yang diduga dilakukan tujuh ABG di sebuah rumah kosong, Dukuh Sribitan RT 19 RW 07, Desa Puluhan, Kecamatan Jatinom, Klaten terus bergulir. Polres Klaten telah menetapkan empat ABG sebagai tersangka tindakan asusila tersebut.
Perbuatan bejat para tersangka, selain dipicu oleh tontonan film porno, seperti dikemukakan Kapolres Klaten, AKBP Faizal kemarin, juga diperparah oleh adanya minuman keras (miras).
Ketua RT 19 RW 07, Desa Puluhan, Budi Santosa menceritakan, sebelum melakukan pemerkosaan, para pelaku diduga terlebih dulu minum miras. Pasalnya saat penggerebekan, ditemukan botol miras di TKP.
"Saya melihat ada botol miras tapi jenis apa saya enggak tahu karena botolnya bodongan dan dibungkus," ujar ketua RT Budi Santosa kemarin.
Terkait sejumlah ABG yang diduga sebagai pelaku, Budi menjelaskan dari 10 anak yang ada di dalam rumah, dua di antaranya adalah perempuan yang berusia setara siswa SMP. Kedua ABG tersebut, kata dia berperan untuk membawa korban ke dalam rumah.
"Hubungan korban dengan dua ABG perempuan itu seperti pertemanan karena saling kenal. Mereka yang menjemput korban ke rumah kosong," jelas Budi.
Budi menambahkan, saat penggerebekan oleh warga dan Polsek Jatinom, para pelaku sempat tak menyadari. Mereka mengira yang datang adalah teman-teman yang menyusul.
"Saat kita mengetok pintu mereka tidak mengira kalau mau digerebek. Mereka masih sempat melakukan pemerkosaan, tapi ada yang langsung memakai pakaian. Kami lihat korban masih tidak mengenakan pakaian bagian bawah," bebernya.
Kepada Budi, korban mengaku tidak tahu jika kejadiannya seperti itu. Bahkan korban sempat beberapa kali menangis. Korban juga mengaku sebelum kejadian tersebut dia dijemput dua teman putrinya menuju ke rumah yang ditinggalkan pemiliknya hari Minggu lalu.
"Dia mengatakan pada saya kalau tidak tahu akan diperlakukan seperti itu, dipaksa katanya. Beberapa kali menangis, ia merasa dijebak oleh dua temannya," ucapnya.
Budi menegaskan, atas kejadian tersebut warga pun marah. Mereka bahkan melarang para pelaku kembali ke desa tersebut. Tak hanya itu, mereka juga menuntut para orang tua pelaku untuk meminta maaf secara terbuka.
"Perbuatan mereka sudah mencoreng desa kami. Mereka harus minta maaf. Kami melarang mereka untuk kembali ke sini," tegas Budi.