9 Perempuan yang cor kaki tolak pabrik semen kembali ke Istana
Makna aksi ini adalah karena penambangan dan pabrik semen dapat merusak ekosistem Gunung Kendeng.
Sembilan wanita yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) melakukan aksi protes dengan mengecor kaki mereka dengan semen. Aksi ekstrem ini dilakukan untuk menolak pembangunan pabrik semen di lahan pertanian mereka yang ada di Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah.
Aksi ini sebelumnya dilakukan di depan Istana Negara pada Selasa (12/4) kemarin. Saat ini mereka menginap di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
Saat ini, kaki 9 perempuan ini masih terbujur dan di penjara kerasnya semen yang mengering di atas kotak kayu berukuran 100 x 30 sentimeter. Dengan dibantu teman, mereka sesekali berdiri untuk sedikit melemaskan otot-otot kali mereka.
Riem Ambarwati (32), salah seorang perempuan yang kakinya ikut dicor mengatakan makna aksi ini adalah karena penambangan dan pabrik semen dapat merusak ekosistem Gunung Kendeng. Melihat dampak luar biasa yang akan ditimbulkan, dapat menjadi alasan kuat pabrik PT Semen Indonesia ditolak oleh warga Kendeng.
Dia mengibaratkan semen yang membelenggu kaki mereka seperti bumi yang mati, karena semen bisa membuat semua makhluk hidup sekitarnya tak dapat hidup.
"Kita rela mengecor kaki karena semen membelenggu Indonesia, semen ini ibarat bumi, jadi kalau udah dibuat semen akan mati semua. Makanya ibu-ibu menolak adanya penambangan semen," kata Riem di LBH, Jakarta Pusat, Rabu (13/4).
Aksi ini, katanya, akan terus dilakukan sampai Presiden Joko Widodo mau menemui kita dan mendengarkan suara mereka dan seluruh warga Gunung Kendeng.
"Agar Pak Jokowi mau nemuin kita. Kalau belum ditemuin Pak Jokowi kita begini terus. Semoga Pak Jokowi dengerin kita," tandasnya.
Rencananya, siang ini 9 perempuan ini akan kembali menyambangi Istana Negara untuk menindak lanjuti aspirasi yang mereka sampaikan kemarin.
"Nanti kita akan ke Istana lagi mas jam 1 atau jam 2 seperti kemarin. Pak Jokowi harus membantu memecahkan masalah ini," jelas Riem.
Untuk diketahui, dalam aksi ini ada sekitar 12 orang yang turut serta. Adapun 9 orang yang kakinya dicor dan 3 lainnya membantu segala aktivitas mereka. Mereka berasal dari Purwodadi, Pati, dan Rembang.
Kesembilan perempuan itu adalah Supini, Surani, Riem Ambarwati, Deni, Ngadinah, Sukinah, Karsupi, Murtini dan Surani.
Riem bercerita saat menggelar aksi di Istana, kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki dan Deputi V Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani menemui dan mencoba mendengarkan aspirasi mereka.