Abu Gunung Raung masih tebal, Bandara Notohadinegoro Jember ditutup
Pihak bandara belum bisa memastikan kapan penerbangan akan dibuka kembali.
Bandara Notohadinegoro Jember ditutup akibat abu vulkanik Gunung Raung yang masih tebal. Penutupan tersebut dilakukan sejak Rabu (22/7) pukul 16.00 WIB hingga Kamis (23/7) hari ini.
"Abu vulkanik masih cukup tebal di kawasan bandara, sehingga aktivitas penerbangan di Bandara Notohadinegoro Jember ditutup," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bandara Notohadinegoro, Edi Purnomo, di Jember, Kamis (23/7).
Dia mengatakan, hari ini tidak kegiatan penerbangan untuk semua maskapai. Hal itu menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
"Hari ini tidak ada aktivitas penerbangan untuk maskapai Garuda Indonesia dengan rute Jember-Surabaya karena bandara ditutup akibat abu vulkanik masih mengguyur bandara, termasuk landasan pacu (runway)," tuturnya.
Dia mengaku tidak tahu pasti kapan Bandara Notohadinegoro dibuka kembali. Namun, pihaknya selalu berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan AirNav Indonesia.
"Selama abu vulkanik masih turun di sekitar bandara dan mengganggu rute penerbangan Jember-Surabaya, maka bandara tetap ditutup, namun sewaktu-waktu status itu bisa dicabut, apabila situasi kembali normal," paparnya, seperti dilansir Antara.
Bandara yang berada di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember itu sudah beberapa kali tidak beroperasi karena sebaran abu vulkanik mengguyur landasan pacu dan sekitar bandara.
Bahkan, petugas bandara juga kesulitan membersihkan abu vulkanik karena peralatan yang tersedia untuk membersihkan terbatas yakni kompresor dan mobil pemadam kebakaran (PMK), sehingga pembersihan berjalan lambat.
Laporan aktivitas Gunung Raung pada Kamis pukul 06.00-12.00 WIB teramati secara visual cuaca mendung, angin tenang, Gunung Raung tertutup kabut, asap kelabu tebal, tekanan lemah, tinggi kolom abu mencapai 2.000 meter condong ke arah barat.
Sementara data seismik mencatat tremor vulkanik atau letusan menerus dengan amplitudo dominan 27 milimeter, sehingga kesimpulan letusan masih terus terjadi dan status Gunung Raung tetap siaga.