Agar tak ada lagi dendam konflik, Polda Papua undang tokoh Kei
"Mudah-mudahan dengan langkah-langkah yang kita ambil tersebut bisa segera mengakhiri pertikaian panjang," kata Rontini.
Kepolisian Resor Mimika, Papua, dalam waktu dekat akan mengundang lagi para tokoh masyarakat Suku Kei di wilayah itu untuk menyelesaikan konflik antara warga Kampung Holai-Holat dengan warga Kampung Bombai.
Kapolres Mimika, AKBP Jermias Rontini, kepada Antara di Timika, mengatakan akan mengundang para tokoh masyarakat dari kampung-kampung yang ada di Pulai Kei Besar. Sebab, sebagian besar warga Kei yang berdomisili di Timika saat ini berasal dari Pulau Kei besar, termasuk warga Holai-Holat yang terlibat konflik dengan warga Bombai.
"Kita akan undang lagi tokoh-tokoh dari kampung-kampung yang berada di Kei Besar. Mudah-mudahan dengan langkah-langkah yang kita ambil tersebut bisa segera mengakhiri pertikaian panjang antara orang Kei dari Kampung Holai-Holat dengan orang Kei dari Kampung Bombai," ujarnya.
AKBP Rontini belum bisa memastikan waktu pertemuan para tokoh masyarakat Pulau Kei Besar tersebut. Namun, ia menegaskan hal itu akan dilakukan sesegera mungkin dalam waktu beberapa hari ke depan.
Sebelumnya pada Jumat (14/2), Polres Mimika telah mengumpulkan sejumlah tokoh masyarakat Kei di Timika baik dari Pulau Kei Kecil maupun Kei Besar untuk duduk bersama menyelesaikan konflik antara warga Holai-Holat dengan warga Bombai.
Konflik warga Kei tersebut kembali pecah dipicu oleh terbunuhnya Ketua Kerukunan Bombai di Timika, Petrus Fautngilyanan. Dia tewas dibantai di halaman rumahnya di Gang Dat, Jalan Pattimura, Sempan Timika oleh sekelompok orang pada Minggu (9/2) malam.
Peristiwa itu memicu bentrok terbuka warga kedua kelompok di sejumlah lokasi permukiman warga Kei di Timika seperti di Gang Konro Jalan Yos Sudarso Sempan, Jalan Cenderawasih, kompleks Kebon Siri, Bambu Kuning dan kompleks Wowor Jalan C Heatubun, Kwamki Baru.
Massa kedua kelompok saling berhadap-hadapan dengan senjata tajam berupa parang, tombak dan panah di jalan raya mengakibatkan puluhan orang terluka.
Satu korban terluka terkena anak panah saat bentrok terbuka kedua kelompok bernama Feransius Rahayaan (30), akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika pada Sabtu (15/2).
AKBP Rontini mengatakan meski ketegangan antardua kelompok warga Kei itu sudah mereda, situasi kamtibmas di Jalan Pattimura dan Gang Konro Sempan belum sepenuhnya pulih kembali seperti sedia kala.
"Mereka masih ada rasa saling curiga makanya kita harus selesaikan akar permasalahannya sampai tuntas sehingga di kemudian hari tidak ada lagi dendam di antara mereka," terang Rontini.
Baca juga:
Banyak ambil alih rute Merpati, Susi Air merajai langit Papua
Kepung kelompok bersenjata di Papua, polisi kontak tembak 1 jam
Komisi III minta Gubernur Papua ungkap kasus aparat jual amunisi
Prajurit jual amunisi di Papua Komisi I akan cecar Panglima TNI
DPR minta kontrak Freeport buat sejahtera rakyat Papua
-
Kenapa situasi baku tembak di Papua semakin memanas? Anggota Brimob dan TNI pun kerap terlibat baku tembak dengan para teroris di Papua yang semakin lama mulai berani menyerang TNI dan Polri yang berjaga di sana.
-
Kenapa konflik Papua semakin meningkat, meskipun pembangunan di wilayah tersebut digalakkan? Sekretaris Gugus Tugas Papua UGM Arie Ruhyanto mengatakan bahwa angka kekerasan di Papua meningkat di tengah gencarnya proses pembangunan oleh pemerintah.
-
Siapa yang mengemukakan perlunya masukan dari masyarakat dan ahli untuk menyelesaikan konflik Papua? “Kami sangat ingin mendengar masukan saran dan pandangan dalam mencari akar rumput permasalahan di tanah Papua serta memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi,” kata Yayan dikutip dari Liputan6.com.
-
Apa yang ditemukan di Papua yang viral di TikTok? Viral di TikTok Ditemukan di Papua Penemuan tank yang terpendam di dalam tanah ini diketahui berlokasi di Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Indonesia.
-
Bagaimana cara menyelesaikan konflik Papua, menurut para akademisi dan ahli? Semua itu dilakukan melalui pendekatan pengakuan hak sipil politik, ekonomi sosial budaya, memperkuat pendidikan untuk kesadaran hak, dan memperkuat kualitas SDM anak muda dengan pendidikan adat dan pendidikan nasional.
-
Kenapa papeda dihargai tinggi oleh masyarakat Papua? Karena sagu dan papeda dianggap sebagai makanan yang istimewa, masyarakat Papua saat itu menganggapnya sebagai penemuan yang spesial.