Aktivis Banyumas tolak pembongkaran pabrik gula bersejarah
Pabrik Gula Kalibagor didirikan pada masa awal Tanam Paksa antara tahun 1830-1870 & termasuk pabrik gula tertua di Jawa.
Aktivis lintas budaya di Banyumas Jawa Tengah menyerukan aksi menolak pembongkaran Pabrik Gula Kalibagor yang selama ini menjadi simbol industri gula di Banyumas. Pabrik yang dibangun tahun 1839 oleh pemerintah kolonial tersebut, kini dikuasai pihak swasta.
Seruan penolakan pembongkaran bangunan oleh para aktivis dan pegiat budaya dilakukan karena Pabrik Gula Kalibagor terdaftar dalam benda diduga cagar budaya oleh Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB). Seruan yang disampaikan aktivis dalam komunitas No Name No Flag, meminta agar pembongkaran dihentikan.
"Pembongkaran ini harus segera dihentikan, karena pabrik gula Kalibagor merupakan penanda sejarah, bahwa Banyumas saat zaman Belanda merupakan penghasil gula," kata koordinator aksi Aji Setiaji, Jumat (17/4).
Sementara itu, pegiat Banjoemas Heritage, Jatmiko Wicaksono mengatakan tuntutan dalam aksi ini adalah meminta pihak pemilik menghentikan aktivitas pembongkaran hingga ada kejelasan dari hasil kajian BPCB.
"Seiring meluasnya polemik ini, dukungan juga semakin luas seperti dari kalangan pegiat film Purbalingga hingga Arkeolog dari UGM Yogyakarta. Dalam aksi ini, kami meminta pihak pemilik eks PG Kalibagor supaya memberhentikan aktivitas pembongkaran sampai ada kejelasan status berdasarkan hasil kajian Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah," katanya.
Pegiat dari Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, Bowo Leksono mengaku siap mendukung aksi ini. "Kami siap mengampanyekan persoalan ini agar semua pihak sadar bahwa pabrik gula kalibagor merupakan bagian dari sejarah gula di Indonesia. Kami akan memutar film ini di masyarakat, karena kondisi serupa bisa saja terjadi di mana pun termasuk di Purbalingga," ujar Bowo.
Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah Kabupaten Banyumas lebih proaktif mendukung seruan yang dilayangkan BPCB Jateng itu. Sebab, sejauh ini pemkab Banyumas terkesan menutup mata dengan masih berlangsungnya aktivitas pembongkaran di lokasi itu.
Dikonfirmasi terpisah, juru bicara pemilik eks pabrik gula kalibagor, I'ing mengatakan pihaknya masih melakukan penelusuran dan pengumpulan data terkait dimasukkannya bangunan eks PG Kalibagor ke dalam daftar benda diduga cagar budaya di Banyumas.
Sebab, pihaknya menilai sejauh ini belum ada sosialisasi apapun terkait status eks PG Kalibagor. "Pada saatnya nanti kita akan ekspose. Saat ini kami masih fokus mengumpulkan data, kok tiba-tiba masuk dalam daftar benda diduga cagar budaya," katanya.
Pabrik Gula Kalibagor didirikan pada masa awal Tanam Paksa antara tahun 1830-1870 dan termasuk pabrik gula tertua di Pulau Jawa. Pabrik Gula Kalibagor didirikan oleh seorang pemodal Belanda turunan Inggris Sir Edward Cooke Junior.
Perkembangan industri gula memuncak saat terjadi revolusi industri yang mengubah tenaga manusia menjadi mesin. Saat itulah, pabrik gula mulai bermunculan di beberapa wilayah, terutama di Banyumas. Menurut Pengamat Sejarah Ekonomi Banyumas, Sugeng Wiyono, Banyumas pernah menyumbang hingga seperlima pemasukan Hindia Belanda dari hasil industri di masa kolonial.
Bahkan berkat perkembangan industri gula di kawasan eks Karesidenan Banyumas, pemerintah kolonial pernah mendirikan sekolah bisnis internasional di dekat Pabrik Gula Klampok Banjarnegara.