Alissa Wahid: Label KKB Papua Sebagai Teroris Memperlebar Jarak Dialog Pemerintah
Dia bercerita, beberapa kali berdiskusi dengan para petinggi negara tentang masalah di Papua, namun mendapat reaksi ketakutan, atau respon yang menggambarkan pendekatan non-bersenjata tidak menghasilkan apa yang diharapkan pemerintah.
Pelabelan teroris oleh pemerintah terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua menuai kritik dari pemerhati hak asasi masyarakat. Langkah pemerintah dianggap memberi jarak lebih luas untuk membangun dialog dengan tokoh di Papua.
Alissa Wahid, putri sulung Presiden Abdurrahman Wahid atau populer dengan nama panggilan Gus Dur, menganggap kacamata yang dipakai pemerintah dalam menyelesaikan konflik di Papua saat ini adalah pendekatan ketakutan.
-
Kapan Alimin bin Prawirodirjo lahir? Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1889, pria yang kerap disapa Alimin ini terlahir dari kalangan keluarga miskin.
-
Siapa Habib Ali Kwitang? Di awal abad ke-20, Habib Ali Kwitang menjadi sosok ulama yang paling berpengaruh di masa penjajahan Belanda dan Jepang. Ia merupakan keturunan dari Rasulullah di Betawi yang turut membantu kelahiran Republik Indonesia.
-
Siapa yang menjadi KSAD termuda di Indonesia? Lahir pada tahun 1918, ia resmi menjadi KSAD ke-2 menggantikan GPH Jatikusumo di usia yang cukup muda yaitu 31 tahun.
-
Siapa Baim Alkatiri? Lama tidak terlihat, Ibrahim Khalil Alkatiri tumbuh menjadi remaja dewasa yang tampan.
-
Apa yang disita dari Hasto Kristiyanto oleh penyidik KPK? Handphone Hasto disita dari tangan asistennya, Kusnadi bersamaan dengan sebuah buku catatan dan ATM dan sebuah kunci rumah.
-
Bagaimana Almira Yudhoyono menunjukkan kecerdasannya? Dalam video ini, Aira memperkenalkan dirinya dengan bahasa Inggris yang sangat lancar. Aira juga menyampaikan rasa syukurnya atas terpilihnya dan partisipasinya dalam AYIMUN ke-13.
Dia bercerita, beberapa kali berdiskusi dengan para petinggi negara tentang masalah di Papua, namun mendapat reaksi ketakutan, atau respon yang menggambarkan pendekatan non-bersenjata tidak menghasilkan apa yang diharapkan pemerintah.
"Dari cara pandang, setiap kali saya berdiskusi dengan state actors selalu berhenti di 'di sana enggak bisa kalau pendekatannya begini begitu" kata Alisa dalam diskusi virtual dengan Amnesty International Indonesia, Jumat (7/5).
Dengan cara pandang seperti itu, maka menurutnya, pendekatan keamanan tidak akan menghentikan kekerasan di Pegunungan Tengah Papua.
Alissa menegaskan aparat keamanan memang perlu disiagakan di Papua. Namun, perlakuan aparat terhadap warga sipil Papua perlu dibedakan dengan kelompok separatis.
Pasalnya selama ini Alissa melihat ada perlakuan berbeda oleh negara antara kelompok bersenjata Santoso di Poso, dengan warga Papua.
"Kenapa berbeda sekali pendekatan yang dilakukan kepada kelompok Santoso, tidak menyasar ke sipil. Tapi kok di Papua serba tidak jelas. Ini ada yang berbeda, setiap orang Papua dicurigai," tutupnya.
Baca juga:
Gerindra Harap Revisi UU Otsus Akhiri Konflik di Papua
Warga Mengungsi saat TNI-Polri Kontak Tembak dengan KKB di Ilaga
Mantan Anggota NRFPB Kembali ke NKRI
2 Dari 6 Kelompok Pemberontak di Papua Dipimpin Lekagak Telenggen & Egianus Kogoya
Polda Papua: KKB Pelihara Rasa Takut Warga
Pemerintah Diminta Cabut Label Teroris KKB Papua dan Belajar Dari Konflik Aceh