Almarhum Parada pernah curhat khawatir bekerja sebagai pegawai pajak
Parada bersama rekannya tewas di tangan pengusaha karet.
Keluarga Parada Toga Siahaan, pegawai Kantor Pajak yang dibunuh di Gunung Sitoli, Sumut, meminta pemerintah untuk menambah pengawalan saat penagihan pajak. Keselamatan petugas harus dijamin.
"Peristiwa pembunuhan yang dialami abang saya saat menagih tunggakan pajak harus menjadi pelajaran semua pihak. Jangan sampai terulang lagi," kata adik Parada, Pretty Siahaan (26), Rabu (13/4).
Parada Toga Siahaan yang merupakan juru sita Penagihan Pajak KPP Pratama Sibolga terbunuh bersama Sozanolo Lase, tenaga honorer KP2KP Gunung Sitoli. Mereka dihabisi wajib pajak, Agusman Lahagu alias Ama Tety (45), di sekitar kediaman pelaku di Jalan Yos Sudarso Desa Hilihao Km 5, Gunung Sitoli, Kota Gunung Sitoli, Selasa (12/4) siang.
Kasus pembunuhan ini masih diselidiki polisi. Dugaan sementara pelaku yang merupakan pengusaha jual beli karet ini kalap mendengar pajak yang harus dibayarnya mencapai Rp 14,7 miliar.
Pretty meminta agar pemerintah menambah pengawalan untuk penagihan pajak karena sepengetahuan dia, abangnya hanya dikawal seorang satpam. Padahal dana yang ditagihnya dari wajib pajak mencapai miliaran rupiah.
"Pemerintah harus lebih peduli," harapnya.
Sementara itu, suasana duka menyelimuti kediaman Parada di Jalan Air Bersih Ujung, Medan. Sejumlah karangan bunga berdiri di sekitar rumah, termasuk dari Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro.
Sejumlah keluarga dan kerabat juga terus berdatangan ke rumah duka. Mereka menantikan kedatangan jenazah. "Rencananya akan dimakamkan besok sore di TPU Patumbak," kata Pretty.
Parada bertugas di Sibolga sejak empat tahun lalu. Sebelumnya dia pernah bertugas di Aceh. Dia dikabarkan akan pindah ke Pematang Siantar dalam waktu dekat.
"Dia pernah bilang was-was bertugas di Aceh dan Nias, tapi katanya itu risiko pekerjaan," jelas Pretty.