Ambang Batas Parlemen Dinilai Penyebab Sejumlah Parpol Tak Solid di Pilpres
Maka menjadi wajar jika partai-partai politik, khususnya partai bawah, lebih konsentrasi ke Pileg ketimbang Pilpres.
Partai politik (Parpol) peserta Pemilu 2019, khususnya partai bawah, benar-benar tak solid. Dukungan mereka terbelah untuk Pilpres dan memilih berkonsentrasi ke Pileg.
Menurut Direktur Surabaya Survey Center (SSC), Mochtar W Oetomo, ini adalah imbas dari aturan baru tentang Pemilu yang tertuang Pasal 222 Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017.
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
-
Apa yang menjadi fokus utama Pemilu 2019? Pemilu 2019 ini menjadi salah satu pemilu tersukses dalam sejarah Indonesia.Pemilu ini memiliki tingkat partisipasi pemilih yang sangat tinggi. Joko Widodo dan Ma'ruf Amin berhasil memenangkan pemilu.
-
Mengapa Pemilu 2019 di sebut Pemilu Serentak? Pemilu Serentak Pertama di Indonesia Dengan adanya pemilu serentak, diharapkan agar proses pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif.
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa, partai politik harus bisa memenuhi kuota 4 persen Parliamentary Threshold (ambang batas), yang sebelumnya hanya 3,5 persen.
Maka menjadi wajar jika partai-partai politik, khususnya partai bawah, lebih konsentrasi ke Pileg ketimbang Pilpres. Terlebih, coattail effect (efek ekor jas) pada Pilpres hanya berimbas ke partai pengusung utama, seperti PDIP dan Gerindra.
"Yang jelas, yang sudah pada posisi aman itu kan, baru PDIP, kemudian Gerindra, Golkar, PKB, dan Demokrat. Yang posisi aman baru lima partai," kata Mochtar, Kamis (10/1).
Bagaimana dengan NasDem, PPP, PAN, PKS, dan Hanura yang berada di posisi menengah ke bawah? Apakah mungkin akan terdegradasi? "Sangat mungkin," jawab Mochtar tegas.
Untuk itu, jika ingin lolos ke Senayan di 17 April mendatang, menurut Mochtar, mereka harus memiliki daya dobrak di sisa waktu ini. "Masih harus melahirkan daya dobrak, harus punya daya dobrak untuk bisa lolos di atas 4 persen."
Nah, kata Mochtar, ini yang kemudian menyebabkan partai-partai politik tidak solid memberikan dukungannya ke dua kandidat Pilpres yang saat ini tengah bertarung, yaitu Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno.
Hanya PDIP dan Gerindra yang Solid
Berdasarkan hasil survei yang dirilis SSC pada Rabu (9/1) kemarin, ungkap dosen S2 Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya ini, hanya PDIP dan Gerindra yang solid mendukung masing-masing jagonnya.
"PDIP sebanyak 70,9 persen memilih Jokowi-Ma'ruf dan hanya 17,5 persen yang memilih Prabowo-Sandi, dengan 11,6 persen undecided voters," ungkapnya.
Sedangkan untuk Gerindra, 62,7 persen memilih Prabowo-Sandi dan 28.9 persen ke Jokowi-Ma'ruf Amin dengan undecided voters mencapai 8,4 persen.
Untuk Demokrat, dukungan ke masing-masing Paslon, bisa dibilang berimbang, yaitu 46,4 persen ke Jokowi-Ma'ruf dan 43,6 persen ke Prabowo-Sandi dengan undecided voters 10 persen.
Lebih lanjut, Mochtar menjelaskan jika dari segi partai pengusung lainnya pun nampak di kubu Jokowi-Ma'ruf lebih solid. Dari total enam partai pengusung, seluruhnya solid memilih pasangan dengan nomor urut 01, yaitu Jokowi-Ma'ruf.
"Di Golkar misalnya, 55 persen ke Jokowi-Ma'ruf dan 35 persen ke Prabowo-Sandi dengan 10 persen undecided voters," katanya lagi.
Lalu PKB, 66,6 persen ke Jokowi-Ma'ruf Amin dan 20,3 persen ke Prabowo-Sandi dengan 13,1 persen undecided voters. "Begitu pula NasDem, 65 persennya ke Jokowi-Ma'ruf dan 30 persennya memilih Prabowo-Sandi dengan 5 persen undecided voters," ucapnya.
Pun begitu dengan dukungan akar rumput, di kubu Prabowo-Sandi juga masih belum begitu solid. Hanya Gerindra yang jelas-jelas pemilihnya secara signifikan memilih Parbowo-Sandi.
"Kalau tadi Demokrat kan jelas bisa dibilang berimbang. Sementara, PKS 47,8 persen untuk Prabowo-Sandi dan 32,5 persen ke Jokowi-Ma'ruf dengan 19,7 persen undecided voters. Untuk PAN, 45 persen ke Prabowo-Sandi dan 37,5 persen ke Jokowi-Ma'ruf dengan 17,5 persen undecided voters," tandas Mochtar.
Sekadar catatan, hasil survei SSC ini berdasarkan riset pada 10 hingga 20 Desember 2018 di 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur dengan menggunakan 1.070 responden melalui teknik stratified multistage random sampling. Margin of error sekitar 3 persen dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Baca juga:
Said Aqil: Kalau Kelas Menengah Kuat, Hoaks Enggak akan Laku
Komisi II Sepakati Pasal Pemindahan Pemilih Diserahkan ke KPU
Megawati Tegaskan PDIP Harus Menangkan Pemilu Pakai Cara Konstitusional
Mahfud MD: Politikus Harus Jujur, Kalau Menyebarkan Hoaks Ya Tangkap
Megawati Tegaskan PDIP Tak Comot Caleg Parpol Lain Demi Elektabilitas
Andi Arief Bikin Mahfud MD Panas, Sampai Bilang SBY yang Teken UU