Anak Obesitas Berpotensi Terkena Penyakit Degeneratif
Orang tua diminta hati-hati memberikan makanan pada anaknya.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyebutkan, bayi yang obesitas atau kelebihan berat badan berpotensi terkena penyakit degeneratif.
"Beberapa riset menunjukkan bahwa bayi gemuk berpotensi terserang penyakit degeneratif seperti jantung, hipertensi, diabetes di saat usianya dewasa. Jadi, yang ideal itu bentuk tubuh proporsional," kata Hasto, dikutip dari Antara, Selasa (30/7).
Dia juga mengingatkan agar orang tua atau pengasuh waspada dan tetap berhati-hati jika bayi terindikasi stunting diberikan asupan terus-menerus sehingga berat badannya melebihi batas normal.
"Bayi gendut disangka sehat, hati-hati. Ketika bayi usia di bawah dua tahun (baduta) terindikasi stunting, setelah itu tubuhnya gendut karena asupan makanannya, tetap harus hati-hati," ujar dia.
Oleh karena itu, untuk menunjang kecerdasan otak dan menjaga asupan demi kesehatan tubuh bagi bayi dan remaja, makanan yang dikonsumsi tidak harus berharga mahal karena makanan yang bergizi dan kaya dapat diperoleh dengan mudah.
"Makanan yang bagus belum tentu mahal. Daging sapi mengandung lemak jenuh, sedangkan ikan tidak mengandung lemak jenuh, tetapi kandungan utamanya tinggi protein dan dibutuhkan bagi pertumbuhan. Ikan lele misalnya, jauh lebih murah dari daging sapi tapi lebih bagus (kandungan gizinya)," ucapnya.
Hasto juga menegaskan agar para remaja lebih hati-hati saat membeli makanan, apalagi jajanan kegemaran banyak orang seperti cilok dan seblak yang banyak dinikmati hanya karena rasanya saja, bukan kandungan gizinya.
"Cilok bagus asalkan diisi ikan atau telur, tetapi isinya harus kelihatan agar kita yakin, kalau hanya rasanya saja, tidak terlihat isinya, itu sangat berbahaya. Makan cilok bisa ciloko (celaka) kalau tidak betul-betul tahu isinya," ucapnya.
Dia mencontohkan salah satu makanan sehat yakni hamburger yang isinya jelas dan bergizi seperti daging, telur, dan sayur.
Sebelumnya, Praktisi Kesehatan Masyarakat Ngabila Salama juga memaparkan sejumlah dampak buruk yang dapat terjadi akibat konsumsi gula yang berlebihan pada bayi.
“Pada dasarnya, bayi belum dapat mengenai rasa dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, rasa manis dan asin berlebihan membuat anak jadi picky atau memilih-milih makan,” kata Ngabila.
Dia menuturkan, makanan manis yang diberikan oleh orang tua kepada bayi seringkali merupakan jenis makanan yang tidak sehat, contohnya bubur bayi instan yang bebas dijual di pasaran. Bubur tersebut memiliki kandungan yang berbeda jauh dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) alami yang dibuat untuk anak usia enam sampai 24 bulan.