Analisis Penyebab Lonjakan Dahsyat Covid-19 di Indonesia
Bahkan cenderung meningkat hingga awal Juli mendatang.
Kasus covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta hanya 519 pada 1 Juni 2021 kemudian meroket pada 10 Juni 2021 menjadi 2.091 dalam sehari. Jateng 80 persen, data 1 Juni kasus Covid-19 harian di Jawa Tengah hanya 851, kemudian 10 Juni 2021 naik menjadi 1.535 dalam sehari.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan grafik kasus covid-19 di Indonesia menunjukkan peningkatan sangat tinggi. Salah satunya, tak sedikit masyarakat yang sudah bosan dengan disiplin protokol kesehatan.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
-
Bagaimana cara virus menginfeksi sel inang? Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus. Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang. Materi genetik virus dapat berbentuk untai tunggal atau ganda, linear atau sirkuler.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kapan anak yang terinfeksi gondongan bisa menularkan virus? Anak yang terinfeksi bisa menularkan virus sejak beberapa hari sebelum gejala muncul hingga lima hari setelah gejala berakhir.
"Ada beberapa faktor, pertama faktor kejenuhan, kedua faktor mobilitas setelah Hari Raya Lebaran lalu dan ketiga faktor varian baru covid-19 yang muncul. Alpha, Beta dan Delta," ujar Hermawan saat dihubungi merdeka.com, Selasa (15/6).
Virus varian Alpha ini atau disebut B117 ditemukan pertama kali di Inggris. Varian Beta atau disebut virus asal Afrika Selatan dan varian Delta atau disebut B1617.2 pertama kali ditemukan di India.
"Keempat, berkaitan dengan kapasitas kesehatan atau health-system capacity, di mana testing, tracing ini lemah dari awal. Sampai sekarang, masih sangat lemah. Jadi dari awal saya memperkirakan kenaikan kasus ini akan tiga kali lipat maka tiga kali lipat juga minimal harusnya testing dan tracing itu dilakukan," tambah dia.
Hermawan mengungkapkan stagnasi kasus covid-19 awalnya hanya terjadi di kota besar seperti DKI, Semarang hingga Surabaya. Namun, lanjut dia, sekarang daerah selain kota besar juga sudah kewalahan. Bahkan cenderung meningkat hingga awal Juli mendatang.
"Bayangkan sekarang, kasus aktif kita sudah 115 ribu saat ini, boleh jadi banyak yang tidak terdiagnostik. Jadi kasus real itu bisa 2 atau 3 kali lipat, menurut hemat saya, kasus aktif kita sudah 200 ribu sehingga stagnasi ini merata. Dulu di periode Januari Februari lalu, stagnasi berada di kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya. Sekarang di daerah pun sudah kewalahan. Bahkan kecenderungannya meningkat hingga awal Juli nanti," tutur dia.
"Jika testing dan tracing lemah, maka membuat banyak yang sakit, tidak tertangani dan pada akhirnya banyak yang meninggal dunia tapi tak terlaporkan," lanjut dia.
Vaksinasi, kata Hermawan, merupakan hal yang wajib dilakukan untuk salah satu cara menekan penularan covid-19. Tetapi, cenderung orang yang sudah divaksinasi lalai terhadap disiplin protokol kesehatan.
"Vaksinasi, jadi butuh kesadaran bahwa vaksin itu bukan jaminan orang terbebas dari covid maka tidak boleh meremehkan protokol kesehatan. Karena vaksin tidak memberikan reaksi imunitas 100 persen, melainkan 60 persen seperti yang pernah diumumkan oleh BPOM. vaksin itu sangat penting, semua orang harus bersedia divaksin," jelas dia.
Dipicu Peningkatan Aktivitas sejak Ramadan dan Idulfitri
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengungkapkan kenaikan kasus covid-19 dipicu peningkatan aktivitas sejak Ramadan dan Hari Raya Idulfitri.
"Jadi kenaikan kasus ini terutama dipicu oleh kegiatan dari Ramadan dan Idulfitri. Seperti sejarahnya tahun lalu juga terjadi seperti itu. Jadi intinya varian baru memang ditemukan di berbagai tempat di Indonesia. Kasusnya juga meningkat. Tetapi ini kaitannya langsung terlihat sementara ini adalah dari peningkatan aktivitas Lebaran Idulfitri," kata Wiku, Selasa (15/6).
Mengenai adanya varian-varian baru yang sudah ditemukan di berbagai daerah, lanjut dia, sampai dengan sekarang belum terbukti atau penelitiannya tentang itu juga belum bisa membuktikan adanya hubungan langsung peningkatan kasus disebabkan varian baru.
"Tentunya kami akan menyampaikan informasi lebih lanjut apabila hasil penelitian lebih dalam yang mungkin dilakukan perguruan tinggi atau kemenkes yang bisa membuktikan adanya potensi hubungan antara varian yang beredar di Indonesia dengan jumlah kasus yang ada akan kami sampaikan kepada publik," ujar dia.
Data Kepatuhan Protokol Kesehatan Tingkat Nasional
Peta Zonasi Kepatuhan Memakai Masker dari Monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan Tingkat Nasional per 6 Juni 2021, selama satu pekan terakhir:
1. 52 (14.53 persen) dari 358 kabupaten/kota yang memiliki tingkat kepatuhan memakai masker kurang dari 60 persen.
2. 45 (12.57 persen) kab/kota memiliki tingkat kepatuhan memakai masker 61-75 persen.
3. 111 (31.01 persen) kab/kota memiliki tingkat kepatuhan memakai masker 76-90 persen.
4. 150 (41.90 persen) kab/kota memiliki tingkat kepatuhan memakai masker lebih tinggi dari 90 persen.
Dihitung dari 7 hari terakhir.
Rata-rata Kepatuhan Memakai Masker Terendah di Lokasi Kerumunan:
1. Tempat Wisata (66.41 persen)
2. Rumah (70.85 persen)
3. Restoran/ Kedai (72.52 persen)
4. Stasiun (85.50 persen)
5. Tempat Olahraga Publik/ RPTRA (86.00 persen)
Persentase Kepatuhan Memakai Masker berdasarkan Wilayah:
1. Bali (98.18 persen)
2. Kalimantan Tengah (97.27 persen)
3. Kalimantan Timur (93.28 persen)
4. DI Yogyakarta (93.28 persen)
5. Sumatera Barat (93.27 persen)
Peta Zonasi Kepatuhan Menjaga Jarak dan Menghindari Kerumunan dari Monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan Tingkat Nasional per 6 Juni 2021, selama satu pekan terakhir:
1. 49 (13.69 persen) dari 358 kabupaten/kota yang memiliki tingkat kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan kurang dari 60 persen.
2. 62 (17.32 persen) kab/kota memiliki tingkat kepatuhan menjaga jarak 61-75 persen.
3. 97 (27.09 persen) kab/kota memiliki tingkat kepatuhan menjaga jarak 76-90 persen.
4. 150 (41.90 persen) kab/kota memiliki tingkat kepatuhan menjaga jarak >90%.
Dihitung dari 7 hari terakhir.
Rata-rata Kepatuhan Menjaga Jarak Terendah di Lokasi Kerumunan:
1. Tempat Wisata (72.03 persen)
2. Rumah (76.09 persen)
3. Restoran/Kedai (80.42 persen)
4. Stasiun (82.47 persen)
5. Tempat Olahraga Publik/RPTRA (83.00 persen)
Persentase Kepatuhan Menjaga Jarak berdasarkan Wilayah:
1. Sulawesi Barat (97.73 persen)
2. Bali (96.40 persen)
3. Kalimantan Tengah (94.38 persen)
4. Sumatera Barat (94.14 persen)
5. Kalimantan Timur (92.51 persen)
Berikut perbandingan kasus harian Covid-19 per 34 daerah 1-10 Juni:
1. DKI Jakarta pada 10 Juni 2.091 kasus. Naik 302 persen jika dibandingkan 1 Juni 519 kasus
2. Jawa Tengah pada 10 Juni 1.535 kasus. Naik 80 persen jika dibandingkan 1 Juni 851 kasus
3. Jawa Barat pada 10 Juni 1.334 kasus. Naik 49 persen jika dibandingkan 1 Juni 892 kasus
4. DI Yogyakarta pada 10 Juni 455 kasus. Naik 107 persen jika dibandingkan 1 Juni 219 kasus
5. Riau pada 10 Juni 438 kasus. Turun 3 persen jika dibandingkan 1 Juni 452 kasus
6. Jawa Timur pada 10 Juni 425 kasus. Naik 88 persen jika dibandingkan 1 Juni 225 kasus
7. Sumatera Barat pada 10 Juni 353 kasus. Naik 90 persen jika dibandingkan 1 Juni 185 kasus
8. Kepulauan Riau pada 10 Juni 307 kasus. Naik 35 persen jika dibandingkan 1 Juni 227 kasus
9. Aceh pada 10 Juni 247 kasus. Naik 102 persen jika dibandingkan 1 Juni 112 kasus
10. Sumatera Utara pada 10 Juni 211 kasus. Naik 122 persen jika dibandingkan 1 Juni 95 kasus
11. Banten pada 10 Juni 188 kasus. Naik 57 persen jika dibandingkan 1 Juni 119 kasus
12. Sumatera Selatan pada 10 Juni 154 kasus. Naik 2,6 persen jika dibandingkan 1 Juni 150 kasus
13. Kalimantan Barat pada 10 Juni 149 kasus. Naik 37 persen jika dibandingkan 1 Juni 108 kasus
14. Jambi pada 10 Juni 132 kasus. Naik 100 persen jika dibandingkan 1 Juni 66 kasus
15. Kalimantan Timur pada 10 Juni 108 kasus. Naik 20 persen jika dibandingkan 1 Juni 90 kasus
16. Kalimantan Tengah pada 10 Juni 106 kasus. Naik 65 persen jika dibandingkan 1 Juni 64 kasus
17. Kalimantan Selatan pada 10 Juni 102 kasus. Naik 137 persen jika dibandingkan 1 Juni 43 kasus
18. Lampung pada 10 Juni 97. Tak ada kenaikan jika dibandingkan 1 Juni 97 kasus
19. Bangka Belitung pada 10 Juni 89 kasus. Turun 1 persen jika dibandingkan 1 Juni 90 kasus
20. Nusa Tenggara Timur pada 10 Juni 63 kasus. Naik 687 persen jika dibandingkan 1 Juni 8 kasus
21. Bali pada 10 Juni 61 kasus. Naik 117 persen jika dibandingkan 1 Juni 28 kasus
22. Sulawesi Selatan pada 10 Juni 45 kasus. Naik 1.400 persen jika dibandingkan 1 Juni 3 kasus
23. Nusa Tenggara Barat pada 10 Juni 37 kasus. Turun 54 persen jika dibandingkan 1 Juni 82 kasus
24. Papua pada 10 Juni 34 kasus. Ada kenaikan jika dibandingkan pada 1 Juni nihil kasus
25. Bengkulu pada 10 Juni 33 kasus. Turun 17 persen jika dibandingkan 1 Juni 40 kasus
26. Kalimantan Utara pada 10 Juni 20 kasus. Turun 20 persen jika dibandingkan 1 Juni 25 kasus
27. Sulawesi Tenggara pada 10 Juni 19 kasus. Naik 375 persen jika dibandingkan 1 Juni 4 kasus
28. Gorontalo pada 10 Juni 15 kasus. Ada kenaikan jika dibandingkan 1 Juni nihil kasus
29. Sulawesi Tengah pada 10 Juni 14 kasus. Naik 133 persen jika dibandingkan 1 Juni 4 kasus
30. Sulawesi Utara pada 10 Juni 10 kasus. Naik 150 persen jika dibandingkan 1 Juni 4 kasus
31. Maluku Utara pada 10 Juni 8 kasus. Naik 700 persen jika dibandingkan 1 Juni 1 kasus
32. Sulawesi Barat pada 10 Juni 5 kasus. Ada kenaikan jika dibandingkan 1 Juni nihil kasus
33. Maluku pada 10 Juni 5 kasus. Ada kenaikan jika dibandingkan 1 Juni nihil kasus
34. Papua Barat pada 10 Juni 2 kasus. Naik 77 persen jika dibandingkan 1 Juni 9 kasus
Perhitungan berdasarkan kasus harian pada tanggal 10 Juni dikurangi kasus harian tanggal 1 Juni dibagi kasus harian tanggal 1 Juni kemudian dikali 100.
Baca juga:
Rusun Nagrak Cilincing Bersiap untuk Isolasi Pasien Covid-19
275 Narapidana dan Petugas Lapas Narkotika Yogyakarta Tertular Covid-19
Wali Kota: Kepatuhan Warga pada Protokol Kesehatan di Semarang Turun
Strategi Satgas Penanganan Covid-19 Kendalikan Lonjakan Kasus
Tes Swab Acak di Pusat Perbelanjaan Kudus Ditemukan Dua Orang Positif Covid-19
Tower 8 Wisma Atlet Disiapkan untuk Ruang Isolasi Pasien Covid-19