Andini terpaksa berhenti sekolah akibat serangan tumor ganas
Dalam kurun setahun, ukuran tumor ganas yang diidap Andini cepat membesar.
Yuniarti Tri Andini (9) terpaksa kehilangan keceriaan masa kecilnya akibat penyakit yang diderita. Di usianya yang masih kecil, Andini, begitu biasa dia disapa harus tetap dalam rumah dah menahan sakit. Pasalnya, dia didiagnosa mengidap tumor ganas yaitu Maligna.
Penyakitnya itu menyebabkan sebagian wajahnya tertutup bejolan besar. Benjolan itu bersarang di telinga, pipi, mata dan perut. Anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Wahyudi (43) dan Sutinah (40) itu pun hanya bisa diam dalam rumah saja. Bahkan, benjolannya itu sudah menutupi mata sebelah kanan.
Melihat kondisi itu, kedua orang tua sangatlah sedih. Mereka tak menyangka anaknya mengidap penyakit seperti itu. Awalnya dirinya mengira benjolan kecil yang ada di bagian belakang telinga kanan Andini tidak berkembang menjadi besar.
"Sakitnya sudah setahun. Awalnya itu ada benjolan di bagian telinga belakang sebelah kanan. Kemudian saya periksa Andini ke Puskesmas dekat rumah. Tapi dokter di puskesmas langsung rujuk ke RSUD karena kemungkinan Andini menderita tumor," kata Sutinah, Jumat (15/7).
Warga Kampung Perigi RT 005 RW 006, Sawangan itu menambahkan, setelah diperiksa dan dibawa ke RSUD Depok ternyata Andini kembali dirujuk ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Sudah setahun Andiri berobat ke RS Fatmawati.
"Sebenarnya Andini dijadwalkan dioperasi November tahun ini, tapi saya inginnya dia dioperasi secepatnya karena tumornya semakin gede," tambahnya.
Andini merupakan siswa kelas 4 yang saat ini hendak naik kelas 5 di sekolah Madrasah Ibtidaiyah di dekat rumahnya. Dia anak yang pemalu. Di sekolah saja Andini pendiam.
"Dia memang enggak ada omongnya. Kalau lagi dateng sakitnya, badannya panas banget kayak kompor kalau demam," ucap Sutinah.
Sejak divonis mengidap tumor, Andini tidak masuk sekolah. Sudah enam bulan dia tidak masuk sekolah. Selama pengobatan, Andini dianjurkan mengonsumsi sayur-sayuran berwarna hijau dan menghindari makanan seperti ayam, bakso, mi instan, sambal dan sate kambing.
"Berat badannya stabil dari sebelum sakit dan sesudah sakit, cuma dia sekarang agak tinggian," kata Sutinah.
Suami Sutinah, Wahyudi yang berprofesi sebagai satpam di Komplek Perumahan yang berlokasi di Jalan Sawangan Raya dengan penghasilan yang minimnya mengaku tidak bisa melakukan pengobatan maksimal dikarenakan keterbatasan biaya perawatan.
"Kami bolak balik anter Andini berobat ke RS Fatmawati. Untungnya masih di-cover BPJS. Tapi jujur saja ongkos bolak balik ke Fatmawati enggak sedikit, jadi saya harus putar otak supaya Andini harus bisa berobat ke sana," ungkapnya.
Dia mengatakan hingga kini pihak kelurahan dan puskesmas setempat sudah memeriksa keadaan terkini Andini.
"Yang saya inginkan Andini bisa dioperasi secepatnya, kasian saya lihatnya, tumornya semakin besar," pungkas Sutinah.