Anggota DPR desak polisi bongkar habis jaringan Saracen penebar SARA
Anggota DPR desak polisi bongkar habis jaringan Saracen penebar SARA. Para pelaku seringkali membuat keresahan yang mengarah perpecahan dengan isu-isu SARA yang mengancam perpecahan bangsa.
Anggota Komisi I dari Fraksi Partai Golkar Dave Laksono mengapresiasi langkah kepolisian mengungkap aktor di balik kelompok penyebar konten kebencian yang menjelekkan suku agama, ras dan antargolongan (SARA) di media sosial, Saracen.
Dave berharap polisi bertindak cepat membongkar seluruh jaringan pendukung Saracen. Tujuannya agar konten dan ujaran kebencian yang berpotensi memecah belah bangsa bisa diminimalisir.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Mengapa netizen heboh dengan kabar tersebut? Postingan tersebut langsung membuat heboh netizen, terutama para penggemar dan pengikutnya di Instagram.
-
Mengapa video itu diklaim sebagai berita bohong? Penelusuran Cek Fakta Merdeka.com melakukan penelusuran dan berhasil menemukan bahwa narasi yang termuat dalam video viral tersebut adalah hoaks. Pasalnya, terdapat tulisan “Bukit Siguntang” pada bagian depan kapal laut yang disorot.
-
Kapan sebuah kalimat fakta dianggap benar? Fakta adalah pernyataan yang kebenarannya dapat dibuktikan dan tidak tergantung pada keyakinan individu.
-
Kata-kata lucu apa yang dibagikan di media sosial? Kata-Kata lucu yang dibagikan di medsos bisa menjadi hiburan bagi orang lain.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
"Saya harapkan polisi dapat bertindak cepat membongkar habis seluruh jaringan yang mensupport saracen sehingga semua kegiatan medsos yang bernada hoax memecah belah bangsa dapat dihancurleburkan," kata Dave di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (24/8).
Lebih lanjut Dave menyarankan para pengguna akun yang masuk kelompok Saracen ditindak tegas. Sebab, para pelaku seringkali membuat keresahan yang mengarah perpecahan dengan isu-isu SARA.
"Mereka ini sudah sepertinya mindset sudah rusak, tujuannya itu pemerintah itu jelek, ini jelek, menyebarkan isu SARA dan itu kan membuat keresahan akhirnya timbul isu SARA yang bisa mengarah ke perpecahan bangsa," tegasnya.
Untuk mengantisipasi akun-akun penyebar ujaran kebencian ini diperlukan sinergitas dari sejumlah lembaga seperti Polri, Menkominfo, hingga BIN.
"Semua harus bekerja sama untuk menghancurkan kegiatan yang tujuannya memecah belah bangsa," tegasnya.
Dampak yang ditimbulkan dari ulah para pelaku ini bisa memicu kebencian antar masyarakat terutama mereka yang tinggal di perkampungan.
Wasekjen Partai Golkar ini menambahkan kelompok ini juga kerap memanfaatkan momentum Pemilihan Umum (Pemilu) untuk meruncingkan perbedaan hingga berujung konflik horizontal.
"Saya di Twitter saya sering ditag berita aneh yang saya tahu ini tidak benar. Tapi masyarakat di perkampungan yang tidak mengerti cepat terbakar kebenciannya itu," ucapnya.
Sebelumnya, Satgas Patroli Siber Bareskrim Polri berhasil mengungkap para pelaku penyebar kebencian dan konten yang menjelekkan suku agama ras dan antargolongan (SARA) di media sosial. Beraksi sejak 2015, kelompok bernama Saracen itu bekerja secara profesional dan memiliki ribuan akun. Mereka memasang tarif hingga puluhan juta rupiah.
Kasubdit 1 Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Pol Irwan Anwar menyebut, tiga orang tersangka yang ditangkap adalah inisial JAS (32), MFT (32) dan SRN (32). "Kelompok Saracen memiliki struktur sebagaimana layaknya organisasi pada umumnya dan telah melakukan aksinya sejak bulan November 2015," ujarnya di Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (23/8).
JAS berperan sebagai ketua kelompok Saracen, MFT sebagai koordinator bidang media dan informasi, dan SRN sebagai koordinator grup wilayah Jawa Barat.
JAS ditangkap di Pekanbaru, Riau pada 7 Agustus 2017, lalu MFT ditangkap di kawasan Koja, Jakarta Utara pada 21 Juli 2017. Sedangkan SRN ditangkap di Cianjur, Jawa Barat pada 5 Agustus 2017. "Barang bukti yang disita dari JAA ada 50 simcard berbagai operator, 5 hardisk CPU, 1 HD laptop, 4 ponsel, 5 flashdisk, dan 2 memory card. Dari MFT 1 ponsel, 1 memory card, 5 simcard, dan 1 flashdisk. Dari SRN 1 laptop + hardisk, 2 ponsel, 3 simcard, dan 1 memory card," jelas Irwan.
Baca juga:
Punya 2.000 akun, Saracen pasang tarif puluhan juta sebar konten kebencian
Saracen sebar hate speech & konten SARA di medsos bermotif ekonomi
Penghina Jokowi & Kapolri pernah reposting hate speech dari Saracen
Sepak terjang Saracen, kelompok profesional penyebar kebencian di medsos
Istana minta polisi bongkar sindikat Saracen sampai akar-akarnya