Angka bunuh diri di Gunungkidul tinggi, didominasi masalah ekonomi
Untuk menekan angka bunuh diri di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Nugrah mengatakan Polres Gunungkidul akan memberi sosialisasi agar masyarakat tidak memilih bunuh diri sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan hidup.
Selama tahun 2016, angka kasus bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul, DIY masih cukup tinggi. Tercatat selama 2016, ada 30 orang di Gunungkidul yang memilih gantung diri untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya.
"Tahun 2016 ada 30 orang meninggal dunia karena gantung diri. Sedangkan 3 orang melakukan percobaan bunuh diri. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2015. Di tahun 2015 ada 28 orang meninggal dunia karena bunuh diri," ujar Kapolres Gunungkidul, AKBP Nugrah Trihadi, Senin (2/1).
Nugrah menambahkan, ada beberapa cara orang bunuh diri. Namun paling banyak, bunuh diri dengan cara menggantung diri. Sedangkan berdasarkan data kepolisian ada pula korban bunuh diri yang melakukannya dengan cara masuk ke sumur ataupun masuk ke luweng atau gua vertikal yang banyak tersebar di Kabupaten Gunungkidul.
"Kecamatan paling banyak bunuh diri adalah kecamatan Semanu. Ada 6 warga yang meninggal dengan cara bunuh diri di kecamatan Semanu. Selanjutnya adalah di Kecamatan Wonosari. Ada 5 orang yang meninggal karena bunuh diri di Kecamatan Wonosari," terang Nugrah.
Nugrah menjelaskan bahwa ada beberapa alasan atau faktor yang mendorong orang di Gunungkidul memilih bunuh diri. Di antaranya adalah bunuh diri dilakukan karena penyakit menahun. Masalah ekonomi maupun tekanan hidup pun menjadi penyebab bunuh diri tinggi di Gunungkidul.
Untuk menekan angka bunuh diri di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Nugrah mengatakan Polres Gunungkidul akan memberi sosialisasi agar masyarakat tidak memilih bunuh diri sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan hidup.
"Kita akan menggandeng Pemkab Gunungkidul dan juga tokoh masyarakat untuk menekan angka bunuh diri di masyarakat Gunungkidul," pungkas Nugrah.