Angka Kebutaan di Indonesia Tinggi Akibat Kemiskinan, Ini Penjelasan Mensos Risma
Sebanyaj 333.600 orang buta per tahun di Indonesia.
Saat ini, penyakit mata, khususnya katarak tidak hanya saja menyerang orang tua, tetapi juga anak-anak.
Angka Kebutaan di Indonesia Tinggi Akibat Kemiskinan, Ini Penjelasan Mensos Risma
World Health Organization (WHO) mencatat angka prevalensi kebutaan Indonesia cukup tinggi atau mencapai 333.600 orang per tahun. Kondisi ini menjadi perhatian Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.
Risma menjelaskan tingginya angka kebutaan berkaitan dengan kemiskinan. Meski demikian, saat ini Risma menyebut angka kemiskinan di Indonesia turun.
"Memang related. Karena mereka biasa ketakutan memeriksakan matanya, kemudian kalau biayanya mahal. Akhirnya kemudian yang menyebabkan kebutaan menjadi tinggi, di samping juga makanan," ujar Risma usai kegiatan World Sight Day Scientific Meeting di Hotel Claro Makassar, Sabtu (28/10).
- Sosok Orang Indonesia Ini Nyaris Ikut Misi NASA ke Luar Angkasa tapi Batal, Begini Kisahnya
- Disebut Paling Ramah, Bule Ini Ungkap Alasan Orang Asing Mudah Jatuh Cinta dengan Masyarakat Indonesia
- Anies Bocorkan Obrolannya dengan Ganjar saat Haji di Mekah
- Masuk Angin, Kenapa Cuma Dikenal Orang Indonesia?
"Seperti mereka nelayan yang di mana mereka kerja panas-panasan dan terik matahari. Itu yang menyebabkan percepatan (kebutaan)," sebutnya.
Untuk menangani angka kebutaan, Kementerian Sosial bekerja sama dengan Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) untuk membuat alat. Risma menyebut alat ini nantinya akan melatih anak muda untuk berkarya.
"Kita coba buat alat dan sebagainya. Kemudian melatih anak muda untuk mereka berkarya sesuai fashion. Untuk itu kita bantu komputer yang memiliki teknologi seperti mengubah teks menjadi voice," kata dia.
Risma menyampaikan apresiasi kepada Perdami yang selalu membantu Kemensos untuk penanganan kebutaan anak. Apalagi Kemensos bersama Perdami setiap bulan melakukan operasi katarak.
"Kami mengadakan hampir setiap bulan (operasi katarak), ini nanti bulan depan setelah melihat data dari Prof Budu. Mungkin setiap bulan dua lokasi kita lakukan operasi katarak," sebutnya.
Risma menyebut saat ini penyakit mata, khususnya katarak tidak hanya saja menyerang orang tua, tetapi juga anak-anak.
"Penyakit katarak dan mata tidak hanya pada orang tua, tetapi juga anak-anak. Karena itu kami ucapkan terima kasih sekali kegiatan ini mencegah mereka tidak menjadi disabilitas dan kemudian mereka menjadi produktif," ucapnya.
Sementara Ketua Umum Perdami RI Prof Budu mengatakan Indonesia termasuk negara dengan prevalensi kebutaan lebih dari satu persen atau sudah mencapai 3 persen berdasarkan WHO.
Akibat tingginya prevelensi kebutaan tersebut membuat Indonesia mengalami kerugian Rp84,7 triliun.
"Indonesia berada di angka 3 persen kebutaan, masuk prevalensi tertinggi kedua di dunia. Berdasarkan data WHO, 12 orang buta per menit (60 detik) di dunia atau ada sekitar 1 orang buta tiap menit di Indonesia. 80 persen dapat dihindari dengan pencegahan dan pengobatan," sebutnya.
Prof Budu merinci 333.600 orang buta per tahun di Indonesia. Khusus Sulsel 9.463 orang buta di Sulsel per tahun.
"Satu anak menjadi buta tiap menit di dunia. 50% dapat dicegah dan diobati," pungkasnya.