Sosok Orang Indonesia Ini Nyaris Ikut Misi NASA ke Luar Angkasa tapi Batal, Begini Kisahnya
Ternyata ada orang Indonesia yang hampir ikut dalam misi penerbangan luar angkasa NASA. Ini sosoknya.
Ternyata ada orang Indonesia yang hampir ikut dalam misi penerbangan luar angkasa NASA. Ini sosoknya.
Sosok Orang Indonesia Ini Nyaris Ikut Misi NASA ke Luar Angkasa tapi Batal, Begini Kisahnya
Dunia astronomi di Indonesia memang belum semaju di negara-negara lainnya.
Namun tahukah bahwa Indonesia ternyata memiliki satu orang astronot yang hampir ikut dalam misi NASA? Hebatnya lagi, sosok ini adalah seorang perempuan. Siapa dia? Berikut ulasannya.
-
Siapa astronot NASA yang terjebak? Dua astronot NASA, Suni Williams dan Butch Wilmore, yang sedang menguji pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner, terpaksa tetap berada di ISS setelah mengalami kesulitan teknis dengan pesawat mereka.
-
Kenapa astronot NASA terjebak di luar angkasa? Serangkaian masalah dengan pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner menunda kepulangan dua astronot dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Dua astronot NASA, Suni Williams dan Butch Wilmore, yang sedang menguji pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner, terpaksa tetap berada di ISS setelah mengalami kesulitan teknis dengan pesawat mereka.
-
Siapa Astronot yang kehilangan negaranya? Pada 1991, astronot veteran Sergei Krikalev melakukan misi rutin ke stasiun luar angkasa.
-
Apa yang terjadi pada astronot? Pada 25 oktober, salah satu astronot dirawat di rumah sakit setelah mendarat di atas kapsul SpaceX Crew Dragon yang mengakhiri misi 235 hari.
-
Siapa Astronot NASA yang tinggal lama di luar angkasa? Peggy Whitson Merupakan astronot wanita asal AS yang memiliki jumlah durasi perjalanan misi terlama yaitu 675 hari, dari hasil akumulasi perjalanannya selama di luar angkasa.
-
Kenapa Astronot NASA Frank Rubio menolak misi di luar angkasa? 'Hanya karena urusan keluarga yang terjadi selama setahun ini. Jika saya tahu saya akan melewatkan peristiwa penting itu, saya hanya akan mengatakan ‘terima kasih, tapi tidak, terima kasih',' ungkap dia.
Sosok inspiratif ini bernama Pratiwi Sudarmono, yang pada Oktober tahun 1985 terpilih oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA, untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa.
Menurut laporan American Indonesian Exchange Foundation, Rabu (22/11), Pratiwi dipilih oleh NASA untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa yang dijadwalkan untuk terbang pada bulan Juni 1986.
Kala itu, Indonesia memang tengah melakukan kerja sama dengan NASA dalam misi Space Shuttle Columbia STS-61-H yang akan dilakukan pada tahun 1986. Misi ini akan membawa tiga satelit komersial ke luar angkasa.
Sayangnya, sebuah kecelakaan tragis terjadi beberapa bulan sebelum jadwal keberangkatan Pratiwi. Pesawat ulang-alik lainnya, Challenger, telah meledak pada bulan Januari 1986 setelah hanya 73 detik lepas landas. Kecelakaan ini menewaskan semua astronot di dalam pesawat yang berjumlah tujuh orang.
Tragedi ini membuat NASA memutuskan untuk membatalkan misi-misi penerbangan luar angkasa lainnya, termasuk penerbangan Pratiwi. Karena itu, perempuan kelahiran Bandung tahun 1952 ini batal pergi ke luar angkasa.
Bukan Seorang Astronot
Dia adalah seorang ilmuwan dan pakar biologi yang menempuh pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan berhasil lulus pada tahun 1976.
Dalam misi Columbia tahun 1986, Pratiwi terpilih sebagai ilmuwan wakil dari Indonesia.
Selain Pratiwi Sudarmono, Taufik Akbar adalah kandidat dari Indonesia lainnya dalam misi ini. Tapi, Pratiwi terpilih sebagai awak penerbangan dan Taufik terpilih sebagai awak cadangan.
Pratiwi tetap menjalani berbagai pelatihan astronot di NASA meski misinya batal.
Dia juga berkesempatan untuk melakukan berbagai penelitian dan mempelajari struktur kendaraan luar angkasa di sana.
Melalui prestasi luar biasanya ini, Pratiwi berhasil membuktikan bahwa perempuan juga dapat mengukir prestasi di dalam bidang yang didominasi oleh laki-laki.
Kini, Pratiwi Sudarmono telah mengabdikan diri sebagai guru besar mikrobiologi di Universitas Indonesia.