NASA Tutupi Penyakit Misterius Astronot yang Baru Pulang dari Luar Angkasa
Biasanya NASA akan menyediakan data kesehatan astronot pada peneliti luar yang akan menerbitkan makalah.
Usai kembali dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, para astronot mengalami beberapa drama di wilayah perbatasan, bahkan hingga ke Bumi. Selama mengorbit, dua perjalanan luar angkasa batal dengan dua astronot dalam keadaan tidak biasa. Kemudian, pada 25 oktober, salah satu astronot dirawat di rumah sakit setelah mendarat di atas kapsul SpaceX Crew Dragon yang mengakhiri misi 235 hari.
Namun, NASA menyebutkan itu hanyalah masalah medis. Setelahnya, NASA mengatakan bahwa astronot tersebut sudah dibolehkan pulang dengan keadaan yang sehat dan bisa kembali ke pangkalan asal mereka di Houston untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa. Tak ada rincian lengkap mengenai astronot tersebut karena alasan privasi medis.
-
Kenapa astronot rawan sakit saat di luar angkasa? Kekebalan yang lebih lemah meningkatkan risiko penyakit menular, membatasi kemampuan astronot untuk melakukan misi berat mereka di luar angkasa
-
Apa saja masalah yang dihadapi astronot setelah kembali dari luar angkasa? Seperti yang dialami Frank Rubio. Seorang astronot NASA yang baru kembali dari luar angkasa selama setahun. Menurut para tim medis, Rubio mengalami penurunan massa otot serta pengeroposan tulang.
-
Bagaimana sakit kepala astronot di luar angkasa? Sakit kepala yang diderita para astronot ada yang menyerupai migrain, ada pula yang menyerupai sakit kepala tegang.
-
Kenapa astronot mudah sakit? Radiasi kosmik, mikrogravitasi, serta stres fisik dan mental secara keseluruhan yang terlibat dalam perjalanan luar angkasa dapat melemahkan sistem kekebalan astronot dan membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit sistemik.
-
Kenapa astronot sakit kepala di luar angkasa? 'Sakit kepala yang terjadi kemudian bisa diakibatkan oleh peningkatan dalam tekanan intrakranial. Akibat dari mikrogravitasi, terdapat lebih banyak cairan yang terakumulasi di bagian atas tubuh dan kepala, yang mengakibatkan tekanan lebih tinggi di tengkorak,'
-
Kenapa astronot NASA terjebak di luar angkasa? Serangkaian masalah dengan pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner menunda kepulangan dua astronot dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Dua astronot NASA, Suni Williams dan Butch Wilmore, yang sedang menguji pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner, terpaksa tetap berada di ISS setelah mengalami kesulitan teknis dengan pesawat mereka.
Dalam konferensi pers pasca penerbangan, tiga astronot NASA yakni komandan Matthew Dominick, pilot Michael Barratt, dan spesialis misi Jeanette Epps, menjawab pertanyaan media, namun tidak memberikan informasi lebih tentang masalah medis atau siapa yang mengalami masalah medis itu. Awalnya, NASA mengirim empat awak ke rumah sakit di Pensacola, Florida, untuk evaluasi.
Tetapi, Grebenkin, kosmonot rusia, dan dua astronot NASA dibebaskan dan bisa kembali ke Houston. Satu astronot tetap tinggal hingga hari berikutnya.
“Penerbangan antariksa masih merupakan suatu hal yang belum sepenuhnya kita pahami. Terkadang kami menemukan hal-hal yang tidak kami sangka. Ini adalah salah satu masa itu, dan kami masih menyusun berbagai hal terkait dengan ini, jadi untuk menjaga privasi media dan agar proses kami berjalan dengan tertib, hanya ini yang bisa kami sampaikan tentang peristiwa itu,” kata Barrat, seorang dokter medis dan ahli bedah penerbangan.
Biasanya, NASA akan menyediakan data kesehatan astronot pada peneliti luar yang akan menerbitkan makalah dengan informasi pengenal yang tersembunyi. Pejabat NASA sendiri sering menggembar-gemborkan pengetahuan tentang respon tubuh manusia terhadap penerbangan antariksa sebagai salah satu tujuan utama ISS.
Mengutip Arstechnica, Rabu (13/11), Barratt mengatakan bahwa suatu hari NASA akan merilis informasi lebih lanjut soal masalah media pasca penerbangan astronot.
Kejadian Apollo-Soyuz
Salah satu insiden medis paling terkenal yang melibatkan astronot terjadi pada tahun 1975 saat misi Apollo-Soyuz, sebelum adanya undang-undang privasi media HIPAA. Astronot NASA Thomas Stafford, Deke Slayton, dan Vance Brand dirawat di rumah sakit militer di Hawaii selama hampir dua minggu setelah menghirup asap propelan beracun yang tidak sengaja masuk ke kabin pesawat mereka saat kembali ke Bumi.
Misi ini melibatkan pertemuan antara modul komando Apollo dan pesawat antariksa Soviet Soyuz yang mengorbit. Pada saat itu, NASA secara masih terbuka mengungkapkan kondisi medis para astronot yang menderita iritasi paru-paru, bahkan menjelaskan bahwa Brand sempat pingsan akibat asap dan hanya siuman setelah rekan-rekannya memasangkan masker oksigen di wajahnya.
NASA dan militer juga menyediakan dokter untuk menjawab pertanyaan media, menunjukkan sikap yang lebih terbuka terhadap informasi medis para astronot. Pendekatan terhadap privasi medis astronot mulai berbeda pada misi Crew-8 baru-baru ini. NASA menunda perjalanan luar angkasa yang melibatkan astronot NASA Tracy Dyson dan Dominick pada 13 Juni dengan alasan "masalah ketidaknyamanan pakaian antariksa."
Kemudian, Dominick digantikan oleh astronot Barratt, dan perjalanan luar angkasa dijadwalkan ulang pada 24 Juni untuk memperbaiki peralatan dan mengumpulkan sampel mikroba. Namun, misi tersebut hanya berlangsung selama 31 menit setelah Dyson melaporkan kebocoran air di unit pendingin pakaian antariksa, yang memaksa NASA untuk mengakhiri perjalanan tersebut.
Untuk kebocoran air, Barratt mengatakan bahwa dirinya dan Dyson melihat pakaian antariksa yang mereka kenakan menyemburkan air, dan keputusan untuk membatalkan perjalan luar angkasa adalah keputusan yang tepat.
“Siapa pun yang menonton NASA TV saat itu bisa melihat bahwa pada dasarnya ada badai salju, yang menyembur dari ruang kedap udara karena kami sudah membuka palka. Jadi kami melihat serpihan es di ruang kedap udara, dan Tracy melihat banyak serpihan es di helmnya, di sarung tangannya, dan lainnya. Sejujurnya, dramatis adalah kata yang paling tepat,” kata Barratt.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia