Meski di Luar Angkasa, Astronot Masih Bisa Nyoblos, Begini Caranya
Para astronot sudah memberikan suara mereka dari luar angkasa melalui perwakilannya sejak tahun 1971.
Setiap suara warga negara dalam pemungutan surat amatlah penting. Tetapi, apakah terbayang jika orang-orang yang berada di luar angkasa tetap bisa memilih wakil mereka dalam politik?
Mengutip dari IFLscience, Senin (4/11), para astronot sudah memberikan suara mereka dari luar angkasa melalui perwakilannya sejak tahun 1971. Namun, biasanya tidak dengan pemungutan suara secara rahasia, melainkan memberitahu kontrol darat bagaimana mereka bermaksud ingin memberikan suara.
-
Bagaimana cara mencoblos di Pemilu 2024? Pencoblosan dalam Pemilu 2024 di dalam negeri dimulai dengan pemilih datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang ditentukan sesuai dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang telah disediakan sebelumnya.
-
Bagaimana proses pemilu berlangsung? Proses pemilu melibatkan beberapa langkah, seperti pendaftaran pemilih, kampanye politik, pemilihan umum, dan penghitungan suara.
-
Bagaimana Pemilu dilakukan? Pemilu adalah suatu proses seleksi pemimpin, di mana masyarakat memilih antara para elit politik yang bersaing.
-
Siapa yang memiliki hak untuk memilih dalam pemilu? Dengan adanya Pemilu, setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk ikut serta dalam mengambil keputusan politik yang akan memengaruhi masa depan mereka.
-
Bagaimana cara memilih di Pemilu 2024? Sebagaimana tertuang dalam Pasal 353 ayat 1 Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, 'Pemberian suara untuk Pemilu dilakukan dengan cara mencoblos satu kali.
Salah satunya astronot asal Prancis, Thomas Pesquet, dirinya memberikan suara dari luar angkasa pada tahun 2017 dengan cara, dia memberikan wewenang kepada seorang kolega di Prancis untuk memberikan suara atas namanya.
Namun, lain pada astronot Amerika Serikat, astronot ini memberikan suara mereka secara langsung dan tentu dengan cara yang sedikit sulit. Pertama, para astronot perlu mengisi Aplikasi Kartu Pos Federal untuk meminta surat suara tidak hadir. Dengan begitu, mereka akan diizinkan untuk mengisi surat suara elektronik dari Stasiun Luar Angkasa.
Surat suara tersebut dienkripsi dan diunggah ke komputer stasiun, baru setelahnya dikirim ke Sistem Satelit Pelacakan dan Relay Data NASA, yang akan mengirimkan data ke Bumi ke antena darat di Fasilitas Uji White Sands. Barulah setelahnya, data dari antena dikirim ke Johnson Space Center di Houston, Texas.
Dari sana, surat suara dikirimkan secara elektronik ke petugas daerah untuk diajukan. Memang caranya sedikit rumit, tetapi justru lebih mudah dan murah daripada harus mengirim surat suara ke luar angkasa lalu kembali ke Bumi menggunakan pesawat antariksa.
Orang yang pertama kali memulai semua proses ini adalah Astronot John Blaha, orang yang berada di stasiun luar angkasa Rusia Mir pada tahun 1996. Ketika dirinya ingin memberikan suara dalam pemilihan presiden tahun 1996. Saat itu, NASA sudah mempunyai rencana, tetapi dihentikan oleh Sekretaris Negara Bagian Texas karena negara bagian tersebut belum memiliki ketentuan untuk pemungutan suara elektronik.
Di tahun 1997, munculah RUU yang mengizinkan hal tersebut dan astronot David Wolf adalah orang Amerika pertama yang memberikan suaranya dalam pemilihan dari luar angkasa. Sejak tahun 2004, para astronot Amerika mulai konsisten untuk memberikan suara dari ISS.
Namun, tahun 2012 menjadi pengecualian, dua astronot Amerika, Sunita Williams dan Kevin Ford, telah menyerahkan surat suara mereka sebelum melakukan penerbangan. Williams yang kini tengah berada di ISS, kemungkinan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan penyerahan suara secara langsung tahun ini.
Hal ini dikarenakan misinya diperpanjang dari satu minggu menjadi delapan bulan karena permasalahan wahana antariksa Starliner milik Boeing. Dan satu-satunya astronot yang berkali-kali memberikan suara dari luar angkasa adalah Kathleen Rubins, dirinya memberikan suara pada tahun 2016 dan 2020.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia