Satu Tahun di Luar Angkasa, Ini yang Akan Terjadi Dengan Tubuh Kita
Di luar angkasa tidak ada gravitasi sehingga tubuh astronot mengalami perubahan luar biasa dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Frank Rubio, seorang astronot NASA asal Amerika menjadi pemecah rekor pertama yang berhasil menyelesaikan misi penerbangan luar angkasa terpanjang sepanjang sejarah Amerika, yaitu selama 371 hari.
Rubio bukan satu-satunya astronot yang tinggal di luar angkasa selama lebih dari setahun, sebelumnya pada 1990-an astronot asal Rusia, Valeri Polyakov telah menghabiskan 437 hari di Stasiun Luar Angkasa Mir.
-
Apa yang terjadi pada tubuh astronot di luar angkasa? Perlu diketahui bahwa tanpa sadar cahaya matahari ternyata memengaruhi tubuh dalam mengatur jadwal tidur setiap harinya. Ketika sedang berada di luar angkasa menemui banyak sekali matahari terbit dan tenggelam dalam waktu singkat tentunya akan mengubah ritme sirkadian.
-
Apa yang terjadi pada tubuh astronot setelah tinggal di luar angkasa? Catatan The Washington Post, Scott Kelly yang menghabiskan satu tahun di luar angkasa, kembali ke Bumi dengan tubuh lebih pendek, mata lebih rabun jauh, tubuh lebih ringan. Gejala baru yakni penyakit jantung.
-
Apa perubahan yang dialami tubuh manusia saat di luar angkasa? Mengutip Science Alert & Nature, Senin (18/6), tubuh manusia mengalami tekanan besar di luar angkasa, mulai dari paparan radiasi hingga efek disorientasi karena kondisi tanpa bobot. Selama bertahun-tahun, penelitian pada astronaut telah menunjukkan bahwa perjalanan luar angkasa dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti hilangnya massa tulang, masalah jantung, penglihatan, dan ginjal. Temuan menunjukkan bahwa manusia mengalami perubahan pada darah, jantung, kulit, protein, ginjal, gen, mitokondria, telomer, sitokin, dan indikator kesehatan lainnya saat berada di luar angkasa.
-
Bagaimana tubuh astronot berubah setelah lama di luar angkasa? Penyebab Hal ini terjadi karena tidak adanya gaya gravitasi di luar angkasa. Dengan tidak adanya gravitasi itu, maka akan memengaruhi struktur tulang dan juga keseimbangan dalam tubuh astronot.
-
Apa dampak penerbangan luar angkasa terhadap tubuh? Dampak ini meliputi perubahan dalam ekspresi gen yang terkait dengan peradangan, penuaan, dan homeostasis otot yang menunjukkan adaptasi tubuh terhadap lingkungan antigravitasi dan radiasi di luar angkasa.
-
Apa yang terjadi pada astronot? Pada 25 oktober, salah satu astronot dirawat di rumah sakit setelah mendarat di atas kapsul SpaceX Crew Dragon yang mengakhiri misi 235 hari.
Rekor terpanjang dalam sejarah penerbangan luar angkasa masih dipegang oleh astronot asal Rusia Oleg Kononenko dan Nikolai Chub yang dalam waktu 1.111 hari.
Berada di luar angkasa yang memiliki titik nol gravitasi 24 jam penuh selama lebih dari satu tahun tentunya membuat perubahan dalam tubuh setiap astronot.
Berikut hal yang akan terjadi ketika Anda kembali ke Bumi setelah lebih dari satu tahun berada di luar angkasa.
1. Otot dan tulang
Massa otot dan tulang akan cepat berkurang di luar angkasa karena tubuh mengalami kondisi ketiadaan gravitasi. Massa otot akan berkurang hingga 30% terutama pada otot-otot yang membantu menjaga postur tubuh seperti punggung, leher, betis dan paha.
Para astronot dapat kehilangan 1-2% massa tulang mereka setiap bulan saat mereka berada di luar angkasa dan hingga 10% selama periode enam bulan
2. Penurunan berat badan
Meskipun NASA mencoba untuk memastikan para astronotnya memiliki beragam makanan bergizi, termasuk beberapa tanaman yang ditanam di atas stasiun luar angkasa, hal itu ternyata masih belum cukup.
Dilansir dari laman BBC, Scott Kelly, seorang astronot NASA yang mengambil bagian dalam studi paling ekstensif tentang efek penerbangan luar angkasa jangka panjang telah kehilangan 7% dari massa tubuhnya saat berada di orbit.
3. Penglihatan
Di bumi, gravitasi memaksa darah dalam tubuh untuk turun ke tubuh sementara jantung terus memompa, siklus tersebut terus terjadi bahkan ketika sedang tertidur.
Namun, di luar angkasa, titik nol gravitasi membuat sirkulasi ini menjadi kacau, darah dapat terkumpul di kepala lebih banyak daripada saat di bumi dan berdampak pada penglihatan astronot.
Paparan sinar kosmik galaksi dan partikel surya yang berenergi tinggi juga dapat menyebabkan masalah mata lainnya. Atmosfer Bumi membantu melindungi kita dari hal ini.
4. Perombakan saraf
Sebuah studi terhadap astronot asal Rusia juga mengungkap beberapa perubahan pada otak itu sendiri yang tampaknya terjadi saat berada di orbit.
Ditemukan adanya perubahan pada tingkat konektivitas saraf di bagian otak yang berkaitan dengan fungsi motorik
5. Bakteri
Para peneliti menggunakan sampel tubuh astronot asal Rusia bernama Kelly untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam tubuhnya setelah melakukan perjalanan ke luar angkasa.
Mereka menemukan bahwa bakteri dan jamur yang hidup di ususnya telah berubah secara drastis dibandingkan sebelum dirinya terbang ke luar angkasa.
Jenis makanan, paparan radiasi dan penggunaan air daur ulang, dan perubahan pada aktivitas fisiknya, semuanya juga berperan mengubah mikroorganisme yang ada dalam tubuh Kelly dan astronot lainnya.
6. Kulit
Pada kulit Kelly, para peneliti menemukan sensitivitas kulit yang meningkat dan terjadi ruam selama sekitar enam hari setelah ia kembali dari stasiun luar angkasa.
Para peneliti berspekulasi bahwa kurangnya rangsangan kulit selama misi mungkin telah menyebabkan keluhan kulitnya.
7. Gen
Salah satu temuan paling penting dari perjalanan panjang Kelly ke luar angkasa adalah dampaknya terhadap DNA-nya.
Di ujung setiap untai DNA pada individu terdapat struktur yang dikenal sebagai telomer, yang dianggap membantu melindungi gen kita dari kerusakan.
Seiring bertambahnya usia, telomer akan semakin pendek, tetapi penelitian terhadap Kelly dan astronot lainnya telah mengungkapkan bahwa perjalanan luar angkasa tampaknya mengubah panjang telomer ini.
Tak heran, jika dalam film-film bertema luar angkasa setiap astronot yang kembali ke Bumi wajah dan tubuhnya seperti tidak berubah dan terlihat tetap muda.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti