Astronot Sering Jatuh saat di Bulan, Ilmuwan Kembangkan Robot Pendamping
Alat ini dirancang karena selama misi Apollo, astronot tercatat sering terjatuh akibat gravitasi rendah Bulan.
NASA berencana mengirim manusia kembali ke Bulan melalui program Artemis, dengan misi berawak pertama dijadwalkan pada 2026. Selain pendaratan, astronot Artemis akan menjelajahi kutub selatan Bulan dan membangun pangkalan jangka panjang.
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah gravitasi parsial Bulan, yang membuat astronot sulit menjaga keseimbangan. Para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengembangkan solusi untuk masalah ini melalui alat bernama "SuperLimbs."
-
Apa yang terjadi saat astronot jatuh di Bulan? 'Ranselnya sama beratnya dengan saya. Jadi saya mundur. Ini adalah cangkang fiberglass, dan berisi semua sistem pendukung kehidupan. Jika rusak, saya sudah mati,'
-
Apa yang terjadi pada astronot? Pada 25 oktober, salah satu astronot dirawat di rumah sakit setelah mendarat di atas kapsul SpaceX Crew Dragon yang mengakhiri misi 235 hari.
-
Bagaimana astronot bisa berjalan di Bulan? Gravitasi yang rendah menyebabkan para astronot lebih mudah terjatuh dan kehilangan keseimbangan di Bulan. Selain itu, baju luar angkasa yang berat juga tidak mempermudah pekerjaan para astronot.
-
Siapa astronot NASA yang terjebak? Dua astronot NASA, Suni Williams dan Butch Wilmore, yang sedang menguji pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner, terpaksa tetap berada di ISS setelah mengalami kesulitan teknis dengan pesawat mereka.
-
Kenapa astronot susah jalan di Bulan? Gravitasi yang rendah menyebabkan para astronot lebih mudah terjatuh dan kehilangan keseimbangan di Bulan. Selain itu, baju luar angkasa yang berat juga tidak mempermudah pekerjaan para astronot.
-
Bagaimana robot penjelajah NASA bekerja di Bulan? Mereka kemudian akan memilih seorang “pemimpin“ yang akan mendistribusikan tugas kerja untuk mencapai tujuan bersama.
Dikembangkan oleh Harry Asada, SuperLimbs adalah anggota tubuh robotik yang menjulur dari ransel astronot untuk membantu mereka bangun dari jatuh. Alat ini dirancang karena selama misi Apollo, astronot tercatat sering terjatuh akibat gravitasi rendah Bulan.
Erik Ballesteros, mahasiswa doktoral MIT yang terlibat dalam proyek ini, menyebut SuperLimbs diharapkan siap diuji pada manekin pada Januari mendatang dan diuji pada manusia dalam satu hingga dua tahun. Namun, pengembangan teknologi ini membutuhkan ketelitian dan keselamatan menjadi prioritas utama.
Meskipun tantangan besar seperti suhu ekstrem dan debu beracun di Bulan harus dihadapi, SuperLimbs berpotensi menjadi alat penting bagi astronot untuk bekerja lebih efektif di lingkungan Bulan yang keras. Alat ini juga diharapkan membantu astronot melakukan pergerakan cepat dan stabilisasi, memudahkan mereka dalam tugas-tugas berat selama misi.
"Dulu butuh berabad-abad atau puluhan tahun untuk mengubah fiksi ilmiah menjadi fakta ilmiah. Sekarang, hanya butuh beberapa tahun,” kata Erik dikutip dari CNN, Rabu (16/10).
Inovasi seperti SuperLimbs dapat mempercepat pencapaian misi ruang angkasa, mengubah cara astronot bekerja, dan membuka jalan bagi misi manusia ke Mars di masa depan.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia