Bukan Pakai Bahan Material Bangunan, Begini Cara NASA Bangun Rumah di Luar Angkasa
NASA kini tengah mengembangkan teknologi untuk membangun rumah untuk dihuni astronot di luar angkasa.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) saat ini sedang mengembangkan konsep rumah untuk dihuni para astronot selama menjalankan misi di luar angkasa.
Sebuah tim peneliti di NASA, Ames Research Center yang berpusat di Silicon Valley, California menerima pendanaan untuk mendorong penelitian pengembangan proyek tersebut.
-
Bagaimana cara NASA membangun stasiun luar angkasa di bulan? Badan ini berencana membangun kehadiran permanen di bulan, di mana mereka akan memanen air yang tersimpan di kawah dingin dan mungkin membangun depot bahan bakar untuk misi ke Mars atau asteroid yang kaya sumber daya.
-
Bagaimana NASA membangun di Bulan? Apalagi NASA telah menunjuk kontraktor pembuat bangunan untuk di Bulan. Bahan baku yang digunakan menggunakan material Bulan, seperti pecahan debu, batu, dan mineral lain. Secara teori, rumah yang dibangun dari sumber daya bulan akan memungkinkan bangunan tersebut bertahan dalam kondisi berbahaya di satelit Bumi. Bangunan-bangunan tersebut juga akan dicetak 3-D sebagian dengan bantuan Icon, sebuah perusahaan Texas yang telah mulai mencetak rumah.
-
Apa yang digunakan ilmuwan ESA untuk membangun rumah di Bulan? Para ilmuwan di ESA telah menggunakan debu dari sebuah meteorit untuk mencetak 'batu bata angkasa luar' 3D setelah terinsipirasi dari permainan LEGO.
-
Bagaimana bangunan terlihat dari Luar Angkasa? Dalam foto tersebut, Piramida Giza terlihat seperti bayangan segitiga kecil yang berdampingan di gurun pasir.
-
Bagaimana batu bata ruang angkasa ESA dibuat? Ilmuwan-ilmuwan di ESA pun membuat regolit Bulan buatan mereka sendiri dengan menggiling meteorit berusia 4,5 miliar tahun.
-
Dimana astronot tinggal di luar angkasa? Perlu diketahui, ketika astronot tinggal di luar angkasa mereka tinggal di dalam rumah yang terbatas dan luar biasa ekstrem. Apakah lingkungan semacam ini aman bagi manusia? Penelitian pada bulan Agustus menyatakan bahwa Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memiliki konsentrasi kimia yang setara dengan rata-rata rumah di seluruh Bumi. Tetapi, beberapa dari kontaminan ini dapat membahayakan manusia. Seperti mikroba yang menumpang yang dapat membuat astronot sakit, dan penelitian tentang jamur di ISS.
Dilansir dari laman NASA gov, untuk mengembangkan teknologi hunian di Bulan dan Mars para peneliti menggunakan jamur dan benang bawah tanah yang menyusun bagian utama jamur (pondasi), yang dikenal sebagai miselia.
Proyek ini merupakan bagian dari program Konsep Lanjutan Inovatif NASA yang mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan sebagai teknologi.
Batu bata dari jamur
Para peneliti merancang konsep bangunan dari jamur yang sebagian besar akan digunakan untuk perjalanan jangka panjang selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-bertahun.
Para astronot akan memanfaatkan jamur sebagai batu bata untuk kemudian disusun menjadi hunian. Jamur tersebut akan diberi air untuk tumbuh menjadi habitat manusia, kata NASA seperti dikutip dari laman Arch Paper.
NASA menambahkan, bangunan tersebut pada dasarnya akan menjadi “kubah tiga lapis”. Lapisan terluar akan terbuat dari air es beku yang bersumber dari Mars atau Bulan.
Lapisan air melindungi struktur dari radiasi dan terhubung ke lapisan kedua yang terbuat dari sianobakteri. Lapisan kedua ini memerlukan air dan fotosintesis dengan menggunakan cahaya luar yang bersinar melalui lapisan es untuk menghasilkan oksigen bagi para astronot. Lapisan ketiga, yang paling dalam, secara organik akan tumbuh menjadi rumah yang dapat mendukung kehidupan manusia di Mars, atau Bulan
Rumah kura-kura
Sebelumnya, NASA pertama kali mengumumkan konsep jamur sebagai bahan bangunan potensial untuk luar angkasa pada tahun 2020 ketika meluncurkan Proyek Arsitektur Mikro.
“Saat ini, desain habitat tradisional untuk Mars seperti kura-kura yang membawa rumah di punggung, itu adalah sebuah rencana yang dapat diandalkan, tetapi dengan biaya energi yang sangat besar,” kata Rothschild empat tahun lalu ketika proyek tersebut diluncurkan.
“Sebaliknya, kita dapat memanfaatkan miselia untuk menumbuhkan habitat ini sendiri saat kita sampai di sana,” imbuhnya.
Dari eksplorasi manusia di luar angkasa hingga propulsi dalam sains dan teknologi, NASA selalu berupaya untuk mengubah kemungkinan-kemungkinan yang mustahil di luar angkasa dengan mendukung penelitian teknologi luar angkasa agar dapat mengubah masa depan.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti