NASA Mulai Menelisik Tanda Kehidupan di Jupiter, Konon Banyak Benda Paling Dibutuhkan Manusia
Penelitian ini membuka kemungkinan terkait tanda-tanda kehidupan di luar Bumi
Sebuah pesawat luar angkasa yang bertujuan untuk mencari tanda-tanda kehidupan alien di salah satu bulan es Jupiter telah berhasil diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat(AS).
NASA meluncurkan pesawat tersebut pada Senin, 14 Oktober, pukul 12:06 waktu setempat (16:06 GMT), setelah misi ini sempat tertunda akibat Badai Milton yang melanda pekan lalu.
-
Apa yang dianggap tanda kehidupan di Mars? Menurut laporan LiveScience, Senin (9/10), berikut adalah objek-objek aneh yang disangka sebagai tanda kehidupan di Mars padahal hanya ilusi optik:
-
Bagaimana NASA cari kehidupan di Mars? Misi ini juga melakukan analisis biologis tanahnya dengan tujuan utama untuk menemukan petunjuk kehidupan.
-
Mengapa NASA mencari kehidupan di Mars? Pada tahun 1976, wahana Viking mendarat dengan tujuan melakukan serangkaian eksperimen untuk mencari tanda-tanda kehidupan di tanah Mars.
-
Bagaimana NASA mencari kehidupan di Mars? Salah satunya adalah kromatografi gas-spektrometer massa (GCMS), yang menemukan zat organik terklorinasi.
-
Di mana NASA mencari kehidupan di Mars? Pada 1970-an, ketika wahana Viking pertama kali mendarat di Mars, misi ini hampir saja berhasil menemukan tanda-tanda kehidupan.
-
Bagaimana peneliti menemukan tanda kehidupan di Saturnus? Ketika diteliti ternyata ditemukan molekul-molekul yang mengandung karbon dioksida dan amonia. Kedua molekul ini merupakan molekul pembangun kehidupan yang ditemukan dari retakan es yang menempel.
Menurut laporan BBC pada Rabu (16/10), pesawat luar angkasa bernama Europa Clipper kini akan menempuh jarak sekitar 1,8 miliar mil untuk mencapai Europa, bulan misterius yang mengorbit Jupiter.
Meskipun kedatangannya baru akan terjadi pada tahun 2030, temuan dari pesawat ini dapat mengubah pemahaman kita tentang kehidupan di tata surya.
Diperkirakan, di bawah permukaan bulan tersebut terdapat lautan luas yang mengandung air dua kali lipat dibandingkan dengan yang ada di Bumi. Pesawat luar angkasa ini mengikuti misi Eropa yang diluncurkan pada tahun 2023, tetapi dengan memanfaatkan teknik gravitasi.
Peluncuran Europa Clipper telah direncanakan selama bertahun-tahun dan mengalami penundaan mendadak setelah badai topan Milton melanda Florida. Pesawat luar angkasa tersebut dipindahkan ke dalam ruangan untuk perlindungan, namun setelah memeriksa landasan peluncuran di Cape Canaveral untuk memastikan tidak ada kerusakan, para insinyur memberikan izin untuk lepas landas sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Kemungkinan Adanya Kehidupan di Luar Bumi
Para ahli berpendapat bahwa penemuan ini mengindikasikan adanya kehidupan di luar Bumi.
"Apabila kita menemukan kehidupan sejauh ini dari Matahari, itu akan menunjukkan bahwa kehidupan dapat berasal dari tempat lain selain Bumi," ujar Mark Fox-Powell, seorang mikrobiolog planet dari Open University.
Ia juga menambahkan bahwa jika kehidupan dapat muncul di dua lokasi dalam tata surya kita, kemungkinan besar kehidupan tersebut cukup umum. Europa, yang berjarak 628 juta kilometer dari Bumi, sedikit lebih besar dibandingkan Bulan Bumi.
Jika terlihat di langit, Europa akan bersinar lima kali lebih terang karena es yang memantulkan cahaya matahari. Dengan ketebalan lapisan es mencapai 25 km, ada kemungkinan besar bahwa di bawahnya terdapat lautan air asin dan bahan kimia yang dapat menjadi komponen kehidupan sederhana.
Sudah Dilakukan Studi
Para ilmuwan mulai menyadari potensi Europa untuk mendukung kehidupan pada tahun 1970-an, ketika mereka mengamati es di bulan tersebut menggunakan teleskop di Arizona. Pesawat luar angkasa Voyager 1 dan 2 menjadi yang pertama menangkap gambar mendekat dari Europa, dan pada tahun 1995, pesawat luar angkasa Galileo milik NASA melewati bulan ini dan mengumpulkan gambar-gambar yang menarik perhatian.
Gambar-gambar tersebut memperlihatkan permukaan yang dipenuhi dengan retakan berwarna gelap kemerahan, yang diduga mengandung garam dan senyawa belerang yang dapat mendukung kehidupan. Para ilmuwan berharap bahwa instrumen di pesawat luar angkasa Clipper dapat memetakan hampir seluruh permukaan Europa, serta mengumpulkan partikel debu dan terbang melalui semburan air.
Britney Schmidt, seorang profesor ilmu Bumi dan atmosfer di Universitas Cornell, terlibat dalam perancangan laser yang mampu menembus es.
"Saya sangat menantikan untuk memahami sistem saluran air di Europa. Di mana sumber airnya? Europa memiliki struktur es yang mirip dengan zona subduksi di Bumi, ruang magma, dan aktivitas tektonik - kami akan berusaha untuk menjelajahi dan memetakan area tersebut," katanya.
Namun, semua instrumen di Clipper akan menghadapi radiasi tinggi yang berpotensi merusak elektroniknya. Pesawat luar angkasa ini direncanakan untuk terbang melewati Europa sekitar 50 kali, dan setiap kali terbang, ia akan terpapar radiasi setara dengan satu juta sinar-X.