NASA Diduga Bunuh Kehidupan di Mars, Begini Kata Ilmuwan
Ilmuwan berpendapat cara mencari kehidupan di Mars mungkin salah.

Hingga saat ini, penjelajahan di Mars belum menemukan bukti yang cukup untuk mengklaim adanya kehidupan di sana. Namun, pada 1970-an, ketika wahana Viking pertama kali mendarat di Mars, misi ini hampir saja berhasil menemukan tanda-tanda kehidupan.
Dirk Schulze-Makuch, seorang ahli astrobiologi dari Universitas Teknik Berlin, berpendapat bahwa eksperimen untuk mendeteksi kehidupan mikroba di Mars mungkin justru menghancurkan tanda-tanda kehidupan mikroba tersebut.
Ia juga mengatakan bahwa cara kita mencari kehidupan di Mars mungkin salah, dan itu harus dipertimbangkan ketika membuat eksperimen selanjutnya.
Pada tahun 1976, wahana Viking mendarat dengan tujuan melakukan serangkaian eksperimen untuk mencari tanda-tanda kehidupan di tanah Mars. Salah satunya adalah kromatografi gas-spektrometer massa (GCMS), yang menemukan zat organik terklorinasi.
Pada saat itu, hasil ini dianggap sebagai kontaminasi dari produk pembersih manusia dan tidak dianggap sebagai bukti kehidupan. Namun, kini tahu bahwa zat tersebut berasal dari Mars, meskipun kita belum tahu apakah itu terbentuk melalui proses biologis atau non biologis.
Melansir dari situs ScienceAlert, Selasa (26/11), dalam beberapa tahun terakhir, ada spekulasi bahwa eksperimen Viking bisa saja merusak bukti kehidupan.
GCMS memanaskan sampel untuk memisahkan bahan-bahan di dalamnya, dan analisis lanjutan menunjukkan bahwa ini bisa saja membakar bahan organik yang seharusnya ditemukan. Schulze-Makuch juga berpendapat bahwa eksperimen lain, seperti eksperimen pelepasan berlabel dan pelepasan pirolitik mungkin turut ikut menghancurkan.
Eksperimen tersebut menunjukkan sinyal positif, namun hasilnya bertentangan dengan eksperimen lain yang menunjukkan hasil nol. Menurut Schulze-Makuch, eksperimen pelepasan tersebut mungkin tidak direncanakan dengan baik.
Saat itu, kita menganggap bahwa kehidupan di Mars akan mirip dengan kehidupan di Bumi dan akan berkembang jika ada air. Namun, seperti yang kita pelajari sekarang, kehidupan bisa bertahan hidup di kondisi yang sangat kering dan Mars sangat kering.
“Bayangkan jika kita menuangkan air ke mikroba yang sudah beradaptasi dengan kondisi kering. Itu bisa membuat mereka kewalahan,” kata Schulze-Makuch.
Ia juga memberikan perumpamaan, “Seperti jika ada pesawat luar angkasa yang menemukan Anda di padang pasir, dan mereka memutuskan untuk menyelamatkan Anda dengan menaruh Anda di tengah lautan. Itu tidak akan berhasil.”
Menariknya, ia menunjukkan bahwa tanda-tanda kehidupan yang ditemukan dalam eksperimen pelepasan pirolitik lebih kuat pada sampel yang tidak diberi air. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah kita telah mengabaikan tanda-tanda kehidupan yang seharusnya diperhatikan?
Meskipun tanda-tanda tersebut masih perlu diteliti, Schulze-Makuch mengusulkan bahwa Mars mungkin memiliki kehidupan yang beradaptasi dengan lingkungan kering yang mengandung hidrogen peroksida. Ia dan rekan penulisnya Joop Houtkooper menyarankan bahwa hasil penelitian Viking tidak bertentangan dengan hipotesis ini.
“Jika benar ada organisme yang bertahan di kondisi Mars yang sangat kering, daripada hanya mencari air, kita juga harus mencari senyawa terhidrasi dan higroskopis, seperti garam, untuk menemukan kehidupan mikroba,” kata Schulze-Makuch.
“Hampir 50 tahun setelah percobaan biologi Viking, sekarang saatnya untuk misi deteksi kehidupan lainnya, sekarang setelah kita memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang lingkungan Mars.”
Reporter magang: Nadya Nur Aulia