Hampir Semua Astronot Mengalami Sakit Kepala saat di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Hampir Semua Astronot Mengalami Sakit Kepala saat di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Tim peneliti melakukan penelitian terhadap 24 astronot yang pergi ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) selama 26 minggu.
Hampir Semua Astronot Mengalami Sakit Kepala saat di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Kepergian astronot ke luar angkasa dapat menyebabkan pengaruh buruk pada tubuh astronot tersebut, yang salah satunya adalah sakit kepala.
Lebih parahnya lagi, berdasarkan hasil penelitian terbaru dari tim peneliti Pusat Medis Universitas Leiden (LUMC), hampir semua astronot yang pergi ke luar angkasa pernah mengalami sakit kepala yang hanya dirasakan di luar angkasa.
-
Kenapa astronot rawan sakit saat di luar angkasa? Kekebalan yang lebih lemah meningkatkan risiko penyakit menular, membatasi kemampuan astronot untuk melakukan misi berat mereka di luar angkasa
-
Kenapa astronot mudah sakit? Radiasi kosmik, mikrogravitasi, serta stres fisik dan mental secara keseluruhan yang terlibat dalam perjalanan luar angkasa dapat melemahkan sistem kekebalan astronot dan membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit sistemik.
-
Apa yang terjadi pada kepala astronot di luar angkasa? Salah satu yang akan terjadi pada tubuh astronot adalah Sindrom Neuro-Okular atau kepala jadi bengkak.
-
Kenapa kepala astronot bengkak di luar angkasa? Di Bumi, tubuh kita terus-menerus melawan gravitasi untuk memompa cairan ke kepala. Menghilangkan gravitasi berarti mendapatkan semua pompa dan tidak ada pembuangan - cairan tengkorak tidak terkuras sepenuhnya. Hasilnya adalah cairan menggenang di wajah dan tengkorak.
-
Kapan astronot sakit? Namun, NASA menyebutkan itu hanyalah masalah medis. Setelahnya, NASA mengatakan bahwa astronot tersebut sudah dibolehkan pulang dengan keadaan yang sehat dan bisa kembali ke pangkalan asal mereka di Houston untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa.
-
Siapa astronot yang sakit? Namun, NASA menyebutkan itu hanyalah masalah medis. Setelahnya, NASA mengatakan bahwa astronot tersebut sudah dibolehkan pulang dengan keadaan yang sehat dan bisa kembali ke pangkalan asal mereka di Houston untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa.
Hasilnya, 22 astronot melaporkan bahwa mereka merasakan sakit kepala selama berada di luar angkasa, padahal tidak ada di antara mereka yang memiliki riwayat sakit kepala berulang.
Sakit kepala yang diderita para astronot ada yang menyerupai migrain, ada pula yang menyerupai sakit kepala tegang.
Ketika baru beberapa minggu awal berada di ISS, sebagian sakit kepala yang dialami berupa migrain. Sementara itu, pada periode minggu-minggu akhir, kebanyakan sakit kepala yang dialami menyerupai sakit kepala tegang.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, sakit kepala yang muncul di awal periode keberadaan di luar angkasa sudah pernah dirasakan oleh berbagai astronot karena proses adaptasi dari lingkungan dan gravitasi di Bumi.
Pada periode awal tersebut, banyak dari mereka yang mengalami mabuk gerak. Keberadaan manusia dalam mikrogravitasi dapat membuat darah menggenang di tubuh dan kepala, wajah menjadi bengkak, penglihatan menjadi terganggu, hingga munncul rasa disorientasi.
Masa adaptasi tersebut seharusnya bisa mereda seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, para astronot tetap mengalami sakit kepala di luar waktu adaptasi.
“Sakit kepala yang terjadi kemudian bisa diakibatkan oleh peningkatan dalam tekanan intrakranial. Akibat dari mikrogravitasi, terdapat lebih banyak cairan yang terakumulasi di bagian atas tubuh dan kepala, yang mengakibatkan tekanan lebih tinggi di tengkorak,”
W.PJ. van Oosterhout, penulis utama dari penelitian ini.
Setelah tiga bulan berada di Bumi sesudah kepulangan mereka, tidak ada satupun astronot yang melaporkan sakit kepala lagi.
Meskipun demikian, Alexandra Sinclair, ahli Neurologi yang tidak termasuk ke dalam tim peneliti, mengungkapkan bahwa penelitian itu memiliki keterbatasan terhadap jumlah sampel yang dapat diambil.