Matahari Terbit dan Terbenam 16 Kali Setiap Hari, Ini Cara Astronot Tidur di Luar Angkasa
Tidur yang cukup juga penting bagi astronot yang sedang bertugas di stasiun luar angkasa.
Tidur yang cukup juga penting bagi astronot yang sedang bertugas di stasiun luar angkasa.
Matahari Terbit dan Terbenam 16 Kali Setiap Hari, Ini Cara Astronot Tidur di Luar Angkasa
-
Bagaimana astronaut tidur di luar angkasa? Tidur bagi astronaut di luar angkasa sangat berbeda dibandingkan di Bumi. Tanpa gaya gravitasi, tubuh mereka akan melayang. Oleh karena itu, saat ingin tidur, astronaut harus mengikatkan diri pada kantong tidur agar tidak menabrak benda-benda di sekitarnya.
-
Kenapa astronot susah tidur di luar angkasa? Manusia pasti butuh istirahat untuk menenangkan tubuhnya setelah lelah beraktivitas. Namun, hal ini sulit dilakukan oleh para astronot ketika berada di luar angkasa. Mengapa? karena pergantian tempat yang cepat menyebabkan tubuh para astronot kesulitan untuk menyesuaikan.
-
Bagaimana ESA membantu astronot tidur? Untuk mengatasi hal tersebut European Space Agency (ESA) mencoba untuk mengakalinya dengan kumpulan lampu LED dengan warna dan kegunaan yang berbeda. Ketika dinyalakan, lampu LED memunculkan berbagai tanda seperti merah yang berarti matahari terbenam dan relaksasi sebelum tidur.
-
Dimana astronot tinggal di luar angkasa? Perlu diketahui, ketika astronot tinggal di luar angkasa mereka tinggal di dalam rumah yang terbatas dan luar biasa ekstrem. Apakah lingkungan semacam ini aman bagi manusia? Penelitian pada bulan Agustus menyatakan bahwa Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memiliki konsentrasi kimia yang setara dengan rata-rata rumah di seluruh Bumi. Tetapi, beberapa dari kontaminan ini dapat membahayakan manusia. Seperti mikroba yang menumpang yang dapat membuat astronot sakit, dan penelitian tentang jamur di ISS.
-
Di mana astronot bekerja? Dilansir dari indeed, gaji rata-rata astronot di NASA di tahun 2023 bergantung kepada posisi dan pengalaman kerjanya, dan dimulai dari USD 104,898 sampai USD 161,141 per tahunnya atau setara dengan Rp.1,6 milyar sampai Rp.2,4 milyar per tahunnya.
-
Apa tugas astronot saat berada di luar angkasa? Ketika astronot pergi ke luar angkasa, mereka akan dilibatkan oleh sejumlah tugas penting dengan tanggung jawab yang cukup besar dan berdampak bagi kehidupan orang banyak.
Ketika sedang berada di luar angkasa, waktu di sana berjalan lebih cepat dibandingkan di Bumi.
Hal itu dirasakan oleh astronaut yang sedang berada di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).
Mereka bisa mengorbit Bumi setiap 90 menit.
Hasilnya, astronaut yang berada di ISS merasakan 45 menit keadaan penuh cahaya dan disusul dengan 45 menit keadaan gelap.
Hal tersebut akan berulang selama 16 kali selama 1 hari di Bumi.
Lantas, bagaimana mereka istirahat? Berikut tipsnya.
Mengutip NDTV, Selasa (19/3), Badan Antariksa Eropa (ESA) telah melakukan dua eksperimen untuk menunjang waktu tidur astronaut Andreas Mogensen yang pernah berada di ISS dalam Misi Huginn.
Eksperimen pertama yang dijalani Mogensen adalah eksperimen Cahaya Sirkadian. Dalam eksperimen ini, Mogensen menggunakan lampu yang diciptakan oleh tim SAGA Space Architects untuk mendukung ritme sirkadian astronaut di luar angkasa.
Ritme sirkadian merupakan pola perilaku harian, baik kondisi fisik maupun mental, yang diproduksi secara alami oleh tubuh sebuah makhluk hidup yang mengikuti siklus sekitar 24 jam.
Ritme sirkadian ini dapat dipengaruhi oleh cahaya yang diterima dan suhu tubuh makhluk hidup.
Cahaya yang diterima dapat mempengaruhi hormon melatonin—hormon yang mengatur pola tidur—sehingga dapat menentukan kapan waktu yang tepat bagi tubuh untuk beristirahat dan tidur.
Mogensen memasang lampu tersebut di dalam kabin krunya. Ketika sudah memasuki waktu tidur, lampu tersebut akan memancarkan cahaya berwarna merah untuk mensimulasikan cahaya ketika matahari terbenam. Ketika bangun tidur, cahaya tersebut akan berganti menjadi warna biru, seperti cahaya ketika pagi hari.
Warna-warna yang dipancarkan memang dipilih untuk sebisa mungkin meniru cahaya 24 jam di Bumi yang tidak bisa didapatkan di luar angkasa, dengan warna terang pada waktu kerja dan cahaya yang lebih redup ketika waktu tidur.
Selain pengaturan waktu tidur, masalah dalam kualitas waktu tidur astronaut juga datang dari cara tidur dari para astronaut. Alih-alih tidur dengan berbaring, para astronaut bisa tidur di dalam kantong tidur yang diikat ke tembok yang ada di ruang tidur.
Eksperimen kedua yang dijalani oleh Mogensen adalah eksperimen Tidur di Orbit (Sleep in Orbit).
Dalam eksperimen ini, Mogensen mengenakan alat pengukur yang diletakkan di telinga (in-ear), dengan bentuk seperti earphone, ketika tidur.
Alat ini dikembangkan oleh para peneliti dari Universitas Aarhus, Denmark. Digunakan untuk mengukur elektroensefalogram dari otak Andreas.
Mogensen berangkat ke luar angkasa dalam Misi Huginn pada 26 Agustus 2023 dan mendarat kembali di Bumi pada 12 Maret 2024.
Mogensen menjadi pilot yang membawa Crew Dragon ke ISS dan, setelah sampai di sana, ia pun menjadi komanda dari ISS.
Selama di ISS, Mogensen melakukan lebih dari 30 eksperimen, seperti dengan memasang printer 3D di ISS dan pengambilan awan guntur dari ISS untuk semakin memahami iklim Bumi.