Anis Hidayah, ibu dan pejuang pembela TKI
Anis tak pernah lelah memperjuangkan TKI yang diperkosa atau dipenjara. Dia mengajarkan dua anaknya untuk peduli.
Menjadi aktivis yang membela nasib para buruh migran memberikan banyak pengalaman berharga bagi Anis Hidayah. Direktur Eksekutif LSM Migrant Care ini menjalani hampir sebagian besar aktivitasnya di luar rumah.
Selain diwarnai kesibukan, Anis juga menerima pelbagai ancaman ketika menangani sejumlah kasus yang pernah dia tangani. Namun, dia tidak pernah takut untuk terus membela orang-orang yang mengalami kesulitan.
-
Apa yang dirayakan pada Hari Ibu? Hari Ibu adalah sebuah hari yang ditujukan untuk memperingati dan memberikan penghargaan kepada sosok ibu atau figur maternal dalam kehidupan seseorang.
-
Apa makna bunga krisan sebagai kado Hari Ibu? Bunga krisan dengan keindahan dan kesederhanaannya, juga sering dipilih sebagai kado yang bermakna untuk Hari Ibu. Krisan melambangkan kebahagiaan, kesuburan, dan keabadian, membuatnya menjadi simbol yang sesuai untuk merayakan ibu.
-
Kapan Hari Ibu dirayakan? Setiap tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu.
-
Bagaimana payudara ibu menyusui berubah? Produksi ASI dimulai bahkan sebelum pasokan ASI lengkap, biasanya dua hingga empat hari setelah melahirkan. Pada tahap ini, beberapa ibu mengalami masa pembengkakan ketika payudara terasa sangat penuh dan tidak nyaman. Namun, ini biasanya berlangsung singkat dan membaik dalam 48 hingga 72 jam.
-
Apa yang diungkapkan dalam contoh puisi pendek hari ibu? Beberapa contoh puisi pendek ini cukup sederhana, namun bisa mewakili ungkapan perasaan Anda kepada ibu tercinta bahwa ia adalah sosok berharga dalam hidup.
-
Kenapa menjahit dianggap berbahaya bagi ibu hamil? Dalam larangan tersebut diungkapkan bahwa menjahit saat hamil dapat menyebabkan bayi lahir cacat atau mengalami bibir sumbing. Mengerikan, bukan? Namun, apakah benar demikian?
Lahir di sebuah perkampungan yang berisi para pekerja migran, membuat Anis terdorong memberikan pendampingan kepada para TKI yang tersiksa majikannya.
"Saya lahir di Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro. Di sana warganya miskin, kawasan tandus dan air susah," kenang Anis kepada merdeka.com, belum lama ini.
Pekerjaannya sebagai aktivis baru dimulai ketika Anis mulai menjalani statusnya sebagai mahasiswi. Dia mulai bersentuhan dengan sebuah LSM di Kota Jember yang konsen dengan masalah perburuhan.
"Saya lalu bergabung dengan solidaritas perempuan di Jawa Timur, LSM yang menangani perempuan pertama di Jatim terkait buruh migran," lanjut dia.
Selama menjalani profesinya, Anis kembali terbayang kehidupannya semasa kecil, di mana teman-teman sebayanya ketika itu kerap ditinggal orang tuanya untuk bekerja di luar negeri. Bahkan, ketika kembali ke kampung halamannya, tidak jarang mereka merasakan trauma begitu berat.
Ingatan itu terus terpatri dalam pikirannya sampai sekarang. Atas dorongan itu pula, Anis terus berusaha berjuang membela hak-hak kaum buruh migran yang mengalami penyiksaan, penindasan hingga pemerkosaan dari majikan mereka.
Di tengah kesibukannya sebagai seorang aktivis, Anis juga menjalani peran sebagai ibu rumah tangga. Dari suaminya, dia memiliki dua orang putri bernama Lia dan Saqwa.
Namun, lembaga yang dia pimpin memiliki segudang kasus yang harus ditangani. Kondisi itu membuat Anis harus meninggalkan kedua buah hatinya dalam waktu lama.
"Paling lama satu bulan, tapi itu sudah lama. Tapi tiga bulan terakhir jarang di rumah," ungkapnya.
Guna menghindari protes dari kedua putrinya, di sela-sela pekerjaannya selalu membawa mereka ke kantor Migrant Care. Anis selalu memberikan mereka pemahaman kepada buah hatinya untuk memahami pekerjaannya sebagai seorang aktivis. Termasuki meningkatkan rasa empati kepada orang lain.
"Dari sekarang kan saya dan suami saya terus memberikan bagaimana berempati dengan orang lain, perkenalkan dengan apa yang saya kerjakan tentang TKI, ada orang dibunuh, diperkosa dan sebagainya dengan rasa yang bisa mereka terima. Jadi, kenapa saya sering tidak di rumah karena melakukan pembelaan, mereka memahami," tuturnya.
Ketika mengungkap kasus korupsi yang melibatkan seorang duta besar di Malaysia, Anis pernah mendapatkan ancaman dari orang yang dikenal. Lelaki itu terus menghubungi nomornya melalui SMS maupun telepon.
Dalam sehari, dirinya menerima pesan singkat dan hubungan telepon hingga 20 kali yang bernada ancaman. Kejadian itu berlangsung pada 2005 sampai 2006. Tidak hanya itu, sejumlah data yang disimpan di kantornya juga sempat hilang karena pencurian.
"Saya juga dikriminalisasi, disebarkan di internet kalau saya ini pekerja seks yang dipesan melalui nomor ini."
Meski tidak peduli dengan keselamatannya, namun dia lebih mengkhawatirkan kondisi kedua putrinya yang ditinggalkan bersama suami atau orang tuanya.
"Saya tidak anggap itu hambatan besar, karena kita memilih advokasi buruh migran karena kecintaan, pilihan hidup, bukan pekerjaan lagi. Jadi (ancaman) ya, nggak ada arti apa-apa. Saya khawatirkan anak-anak saya," ujarnya terus terang.
Tidak hanya itu, kehidupannya sebagai aktivis juga membuat suami ikut merasa khawatir jika pulang di malam hari. "Yang di khawatirkan suami pulang malam karena HP habis baterai," aku Anis.
Dalam menjalani kehidupan berumah tangga, Anis dan suami menjalani kehidupan berdasarkan prinsip yang sama. Yakni menerapkan sistem demokratis bagi keluarga dan anak-anaknya. Di mana, statusnya sejajar dan modern.
"Ini urusan rumah bisa terjun publik. Apa yang bisa di kerjasamakan bareng, dilakukan," paparnya.
(mdk/ian)