Banjir Semarang, BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Masih Terjadi hingga Tiga Hari ke Depan
BMKG Ahmad Yani memperkirakan cuaca ekstrem masih akan terjadi hingga tiga hari ke depan. Kota Semarang yang dilanda banjir berpotensi dilanda hujan lebat.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani memperkirakan cuaca ekstrem di wilayah Jawa Tengah masih akan terjadi hingga tiga hari ke depan. Kota Semarang yang dilanda banjir berpotensi dilanda hujan tergolong lebat hingga sangat lebat.
Banjir Semarang, BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Masih Terjadi hingga Tiga Hari ke Depan
"Jadi sejak 9 Maret sampai hari ini, kemudian masih ada peluang tiga hari ke depan cuacanya masih mirip dengan hari ini," kata Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Yoga Sambodo saat dikonfirmasi, Kamis (14/3).
Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Kelas I Jateng, curah hujan di Kota Semarang tergolong lebat hingga sangat lebat. Dalam 24 jam terakhir, tepatnya pada Selasa (12/3) pukul 07.00 WIB hingga Rabu (14/3) pukul 07.00 WIB, intensitas hujan berkisar 50-150 millimeter per hari.
Sementara kecepatan angin di Kota Semarang masih terpantau sporadis berkisar antara 25 hingga 27 kilometer per jam. "Itu untuk ukuran angin sudah terasa, di Kota Semarang apalagi sudah merobohkan beberapa pohon," ungkapnya.
Kecepatan angin itu juga mempengaruhi dunia penerbangan, khususnya pesawat-pesawat berbadan kecil seperti Cessna. "Kalau pesawat-pesawat berbadan besar mayoritas toleransinya masih teratasi," ujarnya.
Berdasarkan analisis, siklus cuaca ekstrem dengan hujan lebat disertai petir dan angin kencang akan terjadi mulai dini hari hingga malam hari. Kondisi itu mereda saat memasuki siang hari dan kembali terjadi sore hari.
"Masyarakat waspada, tetap memperhatikan info kami, hati-hati ada hujan, ada angin, jangan berteduh di bawah pohon yang kelihatan tua atau ringkih karena potensi roboh," ujarnya.
Cuaca ekstrem ini disebabkan faktor dinamika atmosfer yang memicu aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) di wilayah Indonesia. Ini merupakan bagian dari aktivitas Monsun Asia berpengaruh terhadap peningkatan massa udara basah di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator, serta wilayah Jateng.
Gelombang atmosfer Rossby Ekuator juga aktif di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk di Jateng. Munculnya bibit siklon tropis 91S terpantau di Samudra Hindia sebelah barat daya Banten bergerak ke arah tenggara atau selatan Pulau Jawa dan bibit siklon 93P di Teluk Carpentaria memicu pola pertemuan angin di sepanjang Pantura Jateng.
Begitu pula daerah konvergensi atau pertemuan angin dan belokan angin terpantau di wilayah Jateng. Lalu labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal diamati di Jateng.
"Saat ini sedang bergeser dari musim hujan ke arah kemarau, sebenarnya pancaroba, tetapi dengan adanya dinamika atmosfer yang sangat kompleks di Indonesia, dalam tiga hari ini cuacanya masih akan ekstrem," tandasnya.