Banser endus 4 wilayah di Jatim jadi basis gerakan ISIS
Keempat wilayah di Jawa Timur itu adalah wilayah Lamongan, Banyuwangi, Kediri dan Malang.
Barisan Serbaguna (Banser) Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) mengendus sebanyak empat wilayah di Jawa Timur sudah menjadi basis pergerakan radikalisasi Negara Islam Irak Suriah (ISIS). Keempat wilayah di Jawa Timur itu adalah wilayah Lamongan, Banyuwangi, Kediri dan Malang.
"Sudah ada beberapa titik yang laporan ke kita di antaranya di Lamongan kalau di Jawa Timur. Kemudian beberapa hari yang lalu di Banyuwangi. Kemudian juga terjadi di Malang. Ada di Kediri juga," kata Kepala Satuan Koordinasi Nasional Banser, Alfa Isnaeni di sela-sela acara Kursus Pelatih (Suspelat) II Satuan Koordinasi Wilayah Banser Jawa Tengah bertema "Menuju Pelatih Yang Profesional" di Kantor Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Tengah, Sabtu (27/12).
Untuk mengantisipasi dan mencegah upaya radikalisasi ISIS di wilayah tersebut, Banser telah melakukan pencegahan di antaranya dengan melakukan pendekatan terhadap masyarakat sekitar. Kemudian memberikan pengertian serta penjelasan terkait paham atau ideologi radikalisasi ISIS itu adalah daulah Islam yang keliru.
"Ada tindak lanjutnya, di antaranya dengan cara pendekatan, karena itu sifatnya memprovokasi massa. Jadi masyarakat yang diprovokasi kita dekati bagaimana sebetulnya dan sesungguhnya. Kalau sifatnya harus kita koordinasikan dengan aparat sesegera mungkin kita lakukan koordinasi," ujarnya.
Upaya radikalisasi ISIS tersebut dinilai oleh Banser sebagai langkah untuk memprovokasi masyarakat sekitar untuk sepaham dengan mereka agar meyakini konsep negara daulah Islamnya.
"Kita mengindikasikan bahwa itu provokasi, provokator. Kita belum bisa sebut itu siapa. Yang berwenang menyatakan itu bukan kita. Memprovokasi masyarakat," paparnya.
Terkait tantangan ISIS yang disampaikan di Youtube, Alfa menyatakan akan menjawab tantangan murahan dan provokatif tersebut dengan bagaimana konsep bernegara. Bahkan jika ISIS mengajak tanpa dialog dengan upaya kekerasan, Banser akan siap menghadapinya dengan kekerasan pula.
"Soal tantangan ISIS akan kita jawab dengan konsep bernegara. Tetapi kalau itu tidak dilakukan dengan baik apapun bentuknya karena kita pengawal RI, apapun bentuknya kita akan siapkan dan akan kita koordinasikan dengan para ulama. Sebab pemilik mandat Banser adalah ulama. Jadi kita siap, apapun yang diminta. Dialog siap! Kekerasan siap! Dalam bingkai mempertahankan NKRI," tandasnya.
Dengan merapatkan barisan Densus 99 Asmaul Husnanya, Alfa yakin tantangan dari upaya radikalisasi ISIS akan mudah teratasi.
"Kita mengkonsolidir kekuatan kita mempunyai pasukan khusus namanya Densus 99 Asmaul Husna. Setiap persoalan-persoalan yang terjadi di bawah selalu tercover. Sehingga dengan gerakan yang masif dari Densus 99 Asmaul Husna saat ini kita dapat memperoleh informasi banyak dari pimpinan. Kita dapat mengambil sikap sesuai kapasitasnya di wilayahnya masing-masing. Nah, kapasitas pergerakannya tentu sesuai dengan kondisi dan kapasitas di daerah masing-masing," jelasnya.
Keseriusan Banser merupakan sikap tegas dari Banser sama dengan sikap para ulama dan kyai NU bahwa NKRI di tanah air Indonesia adalah harga mati.
"Tantangan ini sebetulnya tantangan konsep bernegara. Kalau dianggap dialog dan serius kita siap. Tapi kalau tantangan ini dianggap main-main ya kita selesaikan dengan cara-cara yang main-main juga. Jadi intinya keseriusan kita ini bukti kongkrit kita pada NKRI," paparnya.
Upaya menghalau radikalisasi ISIS tidak hanya di tingkat pusat secara nasional saja. Melainkan upaya menangkis radikalisasi ISIS juga akan dilakukan sampai ke tingkat desa dan kecamatan. Tentunya dengan bekerjasama dan berkoordinasi dengan aparat TNI-Polri sebagai alat kelengkapan negara RI.
"Tentu dengan para TNI, dengan para Polri kita selalu berkoordinasi karena alat kelengkapan negaranya beliau dan kita kumpulkan masyarakat yang terorganisir di bawah Ansor, di bawah NU sampai sekarang di setiap Kecamatan ada 7 sampai 9 personel. Di setiap desa ada 5 sampai 3 personel. Ini dalam rangka mengantisipasi gerakan-gerakan radikalisme. Memang satuan khusus yang disiapkan untuk deradikalisasi untuk bahasa dulu. Tapi sekarang sudah mengkounter radikalisasi," pungkasnya.