Bantah Tabrak Mahasiswi di Cianjur, Begini Pengakuan Lengkap Sopir Audi A8
Pengemudi Audi A8 bernama Sugeng angkat bicara mengenai kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan mahasiswi Selvi Amalia Nuraeni (19) meninggal dunia di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dia membantah terlibat peristiwa tersebut karena berhasil menghindar saat korban jatuh di jalan.
Pengemudi Audi A8 bernama Sugeng angkat bicara mengenai kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan mahasiswi Selvi Amalia Nuraeni (19) meninggal dunia di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dia membantah terlibat peristiwa tersebut karena berhasil menghindar saat korban jatuh di jalan.
Sugeng mengatakan, dia adalah sopir yang saat kejadian membawa istri dan anak bosnya. Pria yang baru sepekan bekerja itu menyanggah bahwa dirinya masuk secara liar dalam iring-iringan mobil polisi.
-
Apa penyakit yang sedang meningkat di Cianjur? Angka penderita penyakit Tuberculosis atau TBC terus meningkat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
-
Apa yang membuat Desa Karangjaya di Cianjur viral? Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat baru-baru ini viral di media sosial. Perkampungan itu disorot lantaran memiliki pemandangan yang indah.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Kenapa Alun-alun Ciranjang menjadi daya tarik baru di Cianjur? Alun-alun Ciranjang menjadi destinasi wisata baru yang bisa dikunjungi saat singgah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi tersebut kini tampak indah, dan rapi, setelah dibenahi oleh Pemprov Jabar dengan anggaran Rp10,3 miliar.
-
Kenapa Pantai Cemara Cipanglay sempat viral? Sebelumnya, Pantai Cemara Cipanglay sempat viral di media sosial, karena jadi salah satu pantai yang tersembunyi dan belum banyak diketahui masyarakat umum.
-
Mengapa Kampung Seuseupan di Cianjur viral di media sosial? Sebelumnya, deretan galon di kampung tersebut viral di media sosial usai diunggah oleh warga setempat bernama Tia Novia.
Diketahui, mobil sedan yang dikemudikannya bukan bagian dari iring-iringan kendaraan polisi. Dari informasi yang berhasil dihimpun, kendaraan tersebut ikut di belakang rombongan atas persetujuan dari sang bos yang merupakan anggota polisi.
"Saya tidak memaksa atau liar masuk ikut iring-iringan, tidak. itu semua atas sepengetahuan bapak, suami daripada ibu (istri) bos saya, yang saya bawa, saya sebagai pengemudi. Saya berjalan lah seperti biasa mengikuti iring-iringan, bukan berarti saya liar, karena saya mengikuti dan memang diketahui oleh pihak bapak yang di depan," kata dia, Jumat (27/1).
"Begitu mendekati TKP, jarak dua mobil di depan saya, saya melihat ada perempuan pakai motor sudah oleng, seperti mengerem depan atau bagaimana, oleng seperti mau jatuh. Dalam hitungan detik, karena jarak saya dekat ini mobil saya terhalang dua mobil, saya spontan, saya ke kiri kendaraan saya, menghindar," ucap dia melanjutkan.
Dia memelankan kendaraan hingga akhirnya menepi karena melihat banyak orang mengejar. Setelah turun dari mobil, ia mendapat tuduhan sebagai pengemudi yang membuat pengendara motor meninggal dunia.
Sugeng menyebut sebelum peristiwa itu terjadi, dia melajukan kendaraan kurang dari 40 km per jam karena kondisinya memang tidak mungkin melaju di atas itu. Kondisi jalanan padat dan macet.
"Jarak sekitar kurang lebih 1 km, tiba-tiba banyak warga yang mengejar, karena saya merasa membawa bos dan ada anak kecil di dalam, saya kooperatif saya berhenti ke pinggir, saya berhentikan mobil. saya refleks mengambil HP, saya rekam video, saya turun dari kendaraan, orang tersebut marah-marah dan menuduh sayalah pelakunya. itu pak katanya helmnya hancur, bapak harus tanggung jawab segala macacm," jelas dia.
"Karena saya menjaga emosi masyarakat, yang notabene langsung nge-judge tanpa tahu pembuktian. Saya ajak untuk membuktikan. Saya terangkan, ini mobil yang saya kemudikan jenis Audi, ceper pak, rendah banget, kita cek dulu deh apakah betul yang bapak tuduhkan kepada saya, bapak cek dulu, semua dicek, tidak ada lecet, penyok, tidak ada sedikit pun, yang dituduhkan tidak benar. Akhirnya yang mengejar ini minta maaf, bahwa salah paham, salah kejar mobil," ucap dia.
Seingat dia, sebelum berhasil menghindar pengendara motor yang jatuh, ada dua mobil. Namun ia tidak mengetahui ciri-ciri atau nomor polisi selain kendaraannya yang berwarna hitam.
"Masalah itu satu rombongan (dengan polisi di depannya) apa tidak, saya tidak tahu," kata dia.
Sementara itu, Kuasa Hukum korban, Yudi Junadi mengapresiasi keberanian Sugeng untuk menceritakan apa yang terjadi.
"Kita harus berterima kasih, dia gentle, karena dia merasa tidak melakukan penabrakan sebagaimana dituduhkan. Sejak awal dari investigasi yang kita lakukan enggak disebutkan Audi. Audi itu bisa masuk karena memang ada izin. Suaminya yang punya mobil itu petugas negara, jadi dia masuk supaya bisa cepat, barengan lah," terang dia.
"Kemudian saat ada kejadian tabrakan, yang nabraknya sesuai dengan kesaksian ibu, itu yang nabraknya bukan mobil (Audi yang ditumpangi Sugeng) itu, tapi yang nabraknya mobil lain, warnanya hitam, mobilnya kurang tahu. Tapi dari rombongan itu clear kan, dengan investigasi yang kita lakukan itu cocok. Jadi jangan ada kambing hitam lah. Jadi nanti ada rangkaian kebohongan. Upaya dari pihak keluarga, kita nanti mungkin ini kan akan meminta perlindungan ke LPSK," pungkasnya.
(mdk/cob)