Penderita TBC di Cianjur Terus Meningkat, Pemkab Beri Layangan Berobat Gratis
Angka penderita penyakit Tuberculosis atau TBC terus meningkat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Penyakit ini mengancam kesehatan warga jika tidak diperhatikan.
Penderita TBC di Cianjur Terus Meningkat, Pemkab Beri Layangan Berobat Gratis
Angka penderita penyakit Tuberculosis atau TBC terus meningkat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kenaikan ini diketahui berlangsung dalam kurun 2021-2023. Informasi ini diungkap oleh Kabid Penanganan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Cianjur, dokter Frida Laila Yahya, Selasa (11/7) kemarin. Walau demikian angka kematian bisa ditekan dengan pengobatan rutin. Untuk memfasilitasi para pasien, Pemerintah Kabupaten Cianjur kemudian memberikan layanan pengobatan gratis di puskesmas. Berikut informasi selengkapnya.
-
Siapa yang berisiko terkena TBC? Orang yang mengidap HIV/AIDS dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah memiliki risiko lebih tinggi tertular tuberkulosis dibandingkan orang dengan sistem kekebalan tubuh normal. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan anak-anak Anda. Pasalnya, anak-anak juga memiliki risiko tinggi terkena TBC, bahkan cenderung lebih serius terjadi pada mereka.
-
Siapa yang memberikan pengobatan gratis? Soetomo merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin. Ia punya kontribusi besar menangani wabah lepra di Kota Surabaya dengan memberikan pengobatan gratis di kliniknya.
-
Siapa yang berisiko tertular TBC? Wahyuni mengatakan tuberkulosis yang diderita Ibu bisa menular ke anak tergantung kapan waktu terinfeksinya. Jika TBC mengenai paru, maka akan menularkan dari ibu ke anak saat lahir. Namun jika kuman TBC masuk ke pembuluh darah, ditakutkan bayi bisa terinfeksi sejak dalam kandungan karena adanya hubungan ibu dan janin melalui plasenta.
-
Kenapa kasus TB di Indonesia masih tinggi? Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya kasus TB di Indonesia antara lain kepadatan penduduk di kota-kota besar, seperti Jakarta, yang memudahkan penyebaran bakteri.
-
Siapa yang paling berisiko terkena TBC? Terdapat beberapa kelompok anak yang dinilai berisiko tinggi tertular penyakit TBC, yaitu: (Foto: pixabay.com) 1. Anak-anak yang berusia kurang dari 4 tahun, atau remaja yang sudah mulai pubertas 2. Anak-anak yang memiliki masalah dengan sistem kekebalan tubuhnya (termasuk yang terinfeksi HIV, atau minum obat yang akan menurunkan sistem kekebalan tubuhnya)
Satu penderita bisa tulari sampai 15 orang
TBC dianggap penyakit serius karena dapat menular serta berbahaya. Bahkan satu penderita TBC mampu menulari hingga 15 orang di sekitarnya yang harus diwaspadai. Dokter Frida meminta kepada warga yang anggota keluarganya menderita sakit TBC harus melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh atau screening guna memastikan tidak tertular. "Satu orang penderita TBC dapat menularkan penyakitnya terhadap 10 sampai 15 orang di sekitarnya, sehingga perlu dilakukan screening untuk memastikan kondisi kesehatan orang terdekat,” kata dr Frida, mengutip ANTARA.
Termasuk penyakit berbahaya
Mengutip laman Kemenkes RI, TBC merupakan penyakit berbahaya yang menyerang paru-paru. Dampaknya, penderita akan mengalami gangguan pernapasan seperti batuk kronis dan sesak napas. Jika tidak ditangani segera, penyakit ini bisa fatal karena bakteri Mycobacterium Tuberculosis dapat menjalar ke organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak. Indonesia sendiri saat ini menepati posisi ke-3 sebagai negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia, setelah India dan China. Ada sebanyak 845.000 penderita TBC di negara ini, berdasarkan data 2019 lalu.
Walau tidak secepat influenza, penyakit TBC dapat beresiko tinggi menulari orang lain.
Kemenkes RI menyebut kalangan yang rentan adalah mereka yang tinggal di kawasan padat, petugas kesehatan yang menangani pasien TBC, lansia dan anak-anak, pengguna NAPZA, penderita ginjal stadium lanjut, orang yang kekurangan gizi, pecandu rokok dan alcohol sampai orang dengan kekebalan tubuh lemah.
Beberapa gejala yang mesti diwaspadai sebagai TBC di antaranya batuk dengan durasi lebih dari 3 minggu, batuk berdahak bahkan mengeluarkan darah, nyeri dada saat bernapas atau batuk, berkeringat malam hari sampai hilang nafsu makan.
Angka TBC di Cianjur meningkat
Berdasarkan catatannya, kasus TBC di Kabupaten Cianjur pada 2021 sebanyak 4.643, lalu di 2022 menjadi 7.107 dan di 2023 per Januari sampai Juli terdapat 3.403 kasus. Angka kematian dari penderita penyakit TBC dalam tiga tahun terakhir juga sempat meningkat. Pada 2021, jumlah pasien meninggal dunia mencapai 73 orang. Di tahun berikutnya angka pasien meninggal bertambah menjadi 100 orang. Sedangkan pada 2022, jumlahnya turun menjadi 22 orang. "Kami meminta warga ikut serta mencegah penyakit TBC dengan menjaga kebersihan diri, keluarga dan lingkungan sekitar,” imbaunya
TBC bisa sembuh dengan pengobatan tuntas
Penyakit ini pun disebut dinkes bisa sembuh hanya dengan pengobatan rutin selama enam bulan. Pasien diminta patuh terhadap araha dokter, sebagai cara membunuh bakteri melalui pemberian obat-obatan. Penderita juga harus selalu berkonsultasi, dan memantau kondisinya, termasuk menjaga agar orang-orang sekitar tidak tertular. “Bagi penderita harus meminum semua obat sesuai resep, sampai dokter memberikan arahan pengobatan selanjutnya," katanya, menambahkan.
Upaya dinkes untuk tangan TBC di Cianjur
Adapun sejumlah upaya dilakukan dinkes, selain memberikan layanan kesehatan gratis, pihaknya juga melakukan sosialisasi akan bahaya penyakit tersebut. Untuk berobat, penderita bisa ke puskesmas tanpa dipungut biaya, maupun ke rumah sakit dengan layanan BPJS Kesehatan. "Kami menggencarkan sosialisasi ke warga hingga ke pelosok untuk menekan angka TBC di Cianjur yang masih tinggi dengan rutin melakukan cek kesehatan dan bagi penderita rutin melakukan pengobatan ke puskesmas atau rumah sakit serta menjaga protokol kesehatan," katanya lagi.