Menuju Eliminasi TBC 2030, Kemenkominfo Manfaatkan Saluran Komunikasi Publik untuk Edukasi
Kemenkominfo terus memberikan informasi dan edukasi terkait TBC kepada masyrakat melalui berbagai saluran komunikasi publik.
Kemenkominfo terus memberikan informasi dan edukasi terkait TBC kepada masyrakat melalui berbagai saluran komunikasi publik.
Menuju Eliminasi TBC 2030, Kemenkominfo Manfaatkan Saluran Komunikasi Publik untuk Edukasi
Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri dan berpotensi serius, terutama mempengaruhi paru-paru. Hal ini menjadi Tantangan kesehatan bukan hanya di Indonesia tapi secara global.
Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan Kemenkominfo, Marolli J Indarto mengatakan, menurut data WHO pada tahun 2023 TBC menjadi penyakit menular yang menyebabkan kematian terbesar kedua setelah Covid-19. Indonesia menempati peringkat kedua dengan kasus TBC terbesar.
"Hampir 1,3 juta orang secara global (meninggal akibat TBC). Indonesia menjadi negara dengan ksus TBC terbesar kedua di dunia setelah India,"
jelasnya dalam Webinar dengan tema Bersama Menuju Eliminasi TBC, Senin (25/3).
merdeka.com
Marolli juga mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) TBC di Indonesia terus meningkat, sampai saat ini hampir mencapai 800 ribu kasus.
Dalam penanggulangan penanganan TBC di Indonesia, pemerintah telah menegaskan komitmen untuk mencapai eliminasi TBC pada 2030 sesuai dengan target Sustainable Development Goals.
Hal ini tentu ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Perpres No.67 Tahun 2021 tentang penanggulangan TBC yang menetapkan eliminasi TBC pada tahun 2030.
"Dengan harapan penurunan angka kejadian TBC menjadi 65/100ribu penduduk dan akibat kematian karena TBC 6/100ribu penduduk di indoensia," ujar Marolli.
Kemenkominfo bekerja sama dengan Kemenkes dalam program Temukan Obati sampai Sembuh (TOS). Tujuannya untuk menemukan, mendiagnosis, dan menyembuhkan serta menghentikan penularannya di masyarakat.
Kemenkominfo juga terus menyebarluaskan informasi dan edukasi terkait TBC kepada masyrakat melalui berbagai saluran komunikasi publik. Serta menyelenggarakan upaya perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan pengobatan TBC serta menyampaikan informasi layanan TBC sesuai standar.
"Hal ini dilakukan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan perubahan prilaku di masyarakat,"
tutupnya.
Sejalan dengan itu, Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Teuku Riefki Harsya mengatakan upaya edukasi TBC melalui ruang digital perlu masif dilakukan dengan menghadirkan informasi yang tepat, akurat dan dapat dipahami.
Menurut Riefky, melalui ruang digital, edukasi dan sosialisai informasi dapat dengan mudah dilakukan dan berlangsung secara masif dengan menjangkau khalayak ramai.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI tersebut juga mengatakan pihaknya akan terus mendukung dan mendorong program Kemenkominfo dalam meningkatkan pemahaman publik terkait TBC.
"Kami di Komisi I terus mendorong Kemenkominfo untuk fokus mengembangkan program-program peningkatan pemahaman dan wawasan anak bangsa, khususnya optimalisasi ruang digital dan kesehatan,"
tuturnya.
merdeka.com
Dalam kesempatan yang sama Dokter Spesialis Penyakit Dalam Iin Indah Pertiwi mengungkapkan, transmisi atau proses penularan penyakit TBC dengan berdekatan dengan orang yang terinfeksi melalui batuk, bersin ataupun berbicara.
"Itu yang harus kita waspadai, penularannya sangat mudah. 1 orang TBC dapat menularkan 10 sampai 14 orang di sekitarnya,"
katanya.
merdeka.com
Dia juga menjelaskan pencegahan penyakit TBC, pertama pastikan sirkulasi udara di rumah baik, kedua buatcahaya matahari masuk ke dalam rumah, ketiga kenakan masker dan lakukan etika batuk, keempat makan nutrisi seimbang, tinggi protein hewani dan lemak, kelima berobat rutin ke puskesmas/faskes, keenam berikan obat oencegahan tbc pada anggota keluarga.