Batik Yogya sebagai pusaka dunia terancam hilang
Batik, kekinian, hanya diposisikan sebagai busana upacara. Artinya banyak yang memakai batik saat-saat tertentu saja.
Yogyakarta sejak berabad lalu memang terkenal sebagai daerah penghasil batik. Tugu, paska perang dunia menjadi tempat yang paling banyak menghasilkan batik. Adanya batik cetak kiriman dari Eropa pada masa itu tak bisa mengalahkan keindahan batik tulis asal Yogyakarta.
Namun dalam realitas kontemporer, batik dan industrinya khususnya di Yogyakarta mengalami kemunduran. Larasati Suliantoro Sulaeman, Ketua Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekarjagad, mengatakan bahwa ada sejumlah alasan yang melatarbelakanginya.
Pertama jelasnya, ada banyak motif di pasaran yang menyerupai batik. Padahal motif tersebut bukanlah batik yang sejak berabad lalu menjadi identitas Yogyakarta. Ia mencontohkan kain jarik printing yang banyak dijual di pasaran.
"Banyak jarik motif klasik yang dijual di pasaran, namun itu bukan batik. Penjual banyak membohongi pembeli. Yang dibeli itu printing, bukan batik," katanya pada wartawan, Kamis (02/10).
Larasati juga menjelaskan bahwa fenomena ini tidak hanya terjadi di pasar saja, melainkan telah mendunia. Banyak kalangan fashion yang mengklaim motif batik dan dijual dengan harga tinggi. Menurut Larasati, tekstil motif tersebut bukanlah batik. "Namanya euforia batik, dikasih warna dikit sudah dibilang batik, padahal bukan," tambahnya.
Alasan lainnya adalah makin sedikitnya pemakai batik di masyarakat. Batik, kekinian, hanya diposisikan sebagai busana upacara. Artinya banyak yang memakai batik saat-saat tertentu saja, seperti di kawinan, sunatan, dan lain sebagainya. Batik belum menjadi pakaian sehari-hari di masyarakat.
"Dibutuhkan kesadaran dari masyarakat untuk mulai mencintai dan melestarikan batik. Kalau terus-terusan printing, motif asli makin jarang, dan masyarakat jarang memakai batik, bisa-bisa batik sebagai pusaka dunia bisa dicabut. Kalau negara lain mulai mengembangkannya, bisa jadi mereka yang dibilang negara asal pusaka dunia," pungkasnya.