Kisah di Balik Keindahan Batik Madura, Ada Pria Gagah Tampil Menawan Pakai Batik hingga Jadi Buah Bibir Warga
Batik yang memiliki keunikan tersendiri ini belum banyak dikenal masyarakat
Batik Madura merupakan salah satu jenis batik pesisir yang memiliki keindahan tersendiri, namun masih belum terlalu dikenal oleh masyarakat secara luas. Setiap wilayah di Madura yang menghasilkan batik memiliki ciri khas masing-masing, yang bisa dilihat dari corak, motif dan warnanya.
Mengutip Instagram @pemprovjatim, batik Tulis Madura erat kaitannya dengan keberadaan kerajaan di Pamelingan (kini Pamekasan) pada abad ke-16 hingga ke-17 masehi. Diawali ketika terjadi peperangan antara Raden Azhar dan Ke' Lesap.
Suatu hari, Raden Azhar menggunakan batik motif parang yang membuat penampilannya tampak gagah. Dirinya pun menjadi perbincangan masyarakat Pamekasan. Sejak saat itulah, batik mulai dikenal di Madura.
Mengutip situs journal.isi.ac.id, pada perkembangannya, sejarah batik Madura banyak dipengaruhi motif batik Yogyakarta dan Solo. Adanya kesamaan motif kain batik Madura dan Yogyakarta karena ada hubungan darah antara raja Mataram dengan para pembesar di Madura.
Kerajaan Bangkalan pada zaman raja Cakraningrat I adalah bawahan Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung. Pada berkembangannya, batik Madura memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda dengan batik di Jawa pada umumnya.
Seiring perkembangan zaman, batik di Madura mulai dikenal luas pada masa Adipati Sumenep, Arya Wiraraja. Saat itu, Arya Wiraraja memiliki hubungan baik dengan Raja Majapahit, Raden Wijaya.
Batik Pamekasan
Batik khas Kabupaten Pamekasan Jawa Timur memiliki ciri khas penggunaan warna tajam dan cerah. Batik Pamekasan banyak terinspirasi alam sekitar.
Motif-motif seperti Sekar Jagad, Mata Keteran, Leres, Terang Bulan Kenari, Beling Pecca, Kar Pote, dan masih banyak lagi. Pada bagian kosong batik, biasanya diisi motif serat kayu atau yang banyak dikenal dengan sebutan mo' ramo' (akar-akaran).
Beberapa motif batik Pamekasan yang telah didaftarkan hak patennya antara lain Keraben Sapeh, Sakereh, Kempeng Saladerih, Padih-kepa, dan Manik-manik.
Batik Bangkalan
Batik khas Bangkalan dibuat dengan teknik gentongan yakni dengan cara mencelupkan kain ke laruran pewarna yang berada di dalam gentong besar.
Teknik ini bertujuan untuk membuat warna meresap secara merata serta warna yang dihasilkan lebih cerah. Nama-nama motif Batik Bangkalan sangat khas dan berkaitan dengan gambar serta teknik pewarnaannya.
Beberapa motif yang terkenal yakni Ramo, Banjar Ramo, Rongterong, Perkaper, Rawon, Serta Kayu, dan Panca Warna. Batik Bangkalan terkenal dengan penggunaan warna-warna cerah dan beragam.
Mengutip Instagram @jatimpemprov, warna-warna cerah ini merupakan ciri khas batik pesisiran dan dari hasil teknik gentongan.
Batik Sampang dan Batik Sumenep
Batik khas Sampang dibuat menggunakan kain sutera dan katun. Biasanya didominasi warna kuning, merah, dan hijau. Beberapa motif yang telah didaftarkan hak patennya yakni motif Trunojoyo, Pendopo Sampang, dan motif Tang Bathek.
Sementara itu, motif yang dominan dalam Batik Sumenep ialah bunga, dedaunan, dan binatang darat. Kendati merupakan kawasan pesisir, batik Sumenep jarang menggambarkan biota laut.
Warna batik Sumenep cenderung kalem dan lembut, sekilas mirip dengan batik Solo dan Jogja. Ciri khas batik ini ialah penggunaan lebih dari dua warna. Minimal ada tiga warna dalam satu kain. Selain itu, batik Sumenep sering memadukan dua hingga tiga motif berbeda.