Mengenal Ulap Sarut, Tradisi Berpakaian Masyarakat Dayak Benuaq yang Kaya Nilai Filosofis
Dalam seni ini, benang yang digunakan untuk membuat pakaian berasal dari serat daun nanas.
Ulap Sarut merupakan salah satu seni membuat pakaian yang dikembangkan masyarakat Dayak Benuaq. Dalam seni ini, benang yang digunakan untuk membuat pakaian berasal dari serat daun nanas.
Kerajinan Ulap Sarut tak hanya digemari oleh warga lokal. Para peminatnya juga datang dari berbagai negara mulai dari Thailand, Hongkong, dan Australia. Bagi mereka, pakaian ini cocok untuk mengikuti peribadatan di gereja atau kuil.
-
Apa makna kain Ulos bagi Suku Batak? Kain Ulos adalah kain khas kebanggaan suku Batak. Biasanya, suku Batak mengenakan ulos pada acara-acara kebesaran adat Batak.
-
Apa makna kain Ulos bagi orang Batak? Kain tenun Ulos menjadi sebuah simbol kerajinan tradisional dari Suku Batak yang sarat makna dan fungsional.
-
Kenapa kain Ulap Doyo populer? Kain tenun Ulap Doyo sudah sangat populer sejak lama. Kain ini memiliki berbagai macam motif dan corak yang begitu khas.
-
Mengapa orang Batak menganggap Ulos sakral? Sampai sekarang, orang Batak masih menjunjung tinggi Ulos yang dinilai sakral dan sarat makna.
-
Siapa yang pakai baju adat Dayak? Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah Suku Dayak Wanita Suku Dayak dikenal memiliki paras wajah yang cantik rupawan Tak ayal, para perempuan suku asal Kalimantan Barat ini kerap menyita perhatian publik
-
Dimana kain Ulap Doyo dibuat? Kain tenun Ulap Doyo ini merupakan kain buatan dari Suku Dayak Benuaq, Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai, Samarinda.
“Mereka bilang pakaian ini cocok sekali. Banyak pesanan dari mereka justru bikin kita kewalahan,” kata Bupati Kutai Barat saat itu, FX Yapan, saat ditemui Liputan6.com pada Agustus 2022 lalu.
Selain itu, setiap motif yang dibentuk pada kain ini memiliki nilai filosofis dan pesan moral tertentu.
Berikut selengkapnya:
Penuh Makna dan Nilai Filosofis
Ketua Dekranasda Kutai Barat, Yayuk Seri Rahayu, menjelaskan bahwa setiap motif pada Ulap Sarut memiliki makna. Ia mengatakan bahwa orang tua zaman dulu yang ingin menyampaikan sesuatu biasanya membuat suatu motif pada kain Ulap Sarut untuk menyampaikan pada orang-orang mengenai apa yang mereka rasakan dan mereka pikirkan.
Tokoh Adat Kutai Barat, Ruslan Gamas, menyampaikan bahwa makna yang terkandung dalam Ulap Sarut telah diceritakan oleh nenek moyang terdahulu. Walaupun ulap sarut sudah tidak ada sentuhannya, namun motif dan makna yang tersirat masih hidup sampai sekarang.
“Tidak semua orang sanggup menerjemahkan motif itu. Karena banyak hal yang dianggap tabu untuk disampaikan secara lisan bahkan sesuatu yang menjadi simbol rahasia. Hanya orang tertentu saja yang memahaminya, karena mitos masih kental pada saat itu,” kata Ruslan dikutip dari Liputan6.com.
Festival Sarut
Pada 12-14 Agustus 2024 lalu, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, menggelar acara Festival Sarut. Acara ini menyuguhkan kegiatan para pengrajin Ulap Sarut. Kegiatan ini jadi meriah karena antusiasme warga yang ingin menyaksikan cukup tinggi.
Bagi masyarakat Dayak Benuaq, Festival Sarut merupakan panggung kebanggaan. Hampir pada setiap pagelaran festival tahunan itu, mereka selalu berlomba-lomba untuk menyajikan wastra terbaik yang mereka punya.
Sementara bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, festival ini menjadi ajang untuk mengenalkan salah satu dari ragam wastra yang dimiliki Kutai Barat. Kehadiran Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi penyemangat sendiri agar Sarut makin dikenal luas.
“Ini adalah upaya dari pemerintah untuk menjaga, memelihara, mempromosikan, dan melestarikan kerajinan sarut,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Barat, Yuyun Diah Setyorini, dikutip dari Liputan6.com.
Pembinaan Terhadap Pengrajin Urap Sarut
Pembinaan perlu terus dilakukan agar warisan karya seni leluhur ini tetap terjaga dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Terkait pembinaan ini, Yuyun memastikan pihaknya akan konsiten melakukannya, terutama bagaimana agar produk ini bisa bersaing di tengah gempuran fashion modern. Di samping itu, upaya promosi agar pengrajin mendapat penghasilan dari kegiatan yang ditekuninya bisa terus berjalan berkesinambungan.
“Dekranasda Kutai Barat terus berusaha untuk membina dan memberi tempat sehingga dapat kita lestarikan. Kita juga bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mempromosikan Ulap Sarut serta melakukan pembinaan-pembinaan agar mereka bisa lebih kreatif dan menghasilkan kerajinan yang lebih baik lagi,” ujar Yayuk.