Belasan Hektare Lahan di Sumsel Terbakar dalam 2 Bulan Terakhir
Dalam waktu dua bulan terakhir, sudah ada 17 hektare lahan yang terbakar.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan memasuki musim kemarau tahun ini mulai terjadi. Dalam waktu dua bulan terakhir, sudah ada 17 hektare lahan yang terbakar.
Kabid Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengungkapkan, dua daerah yang mendominasi terjadi karhutla berada di Kabupaten Ogan Ilir sebanyak 8 hektare dan Musi Banyuasin (Muba) seluas 9 hektare. Karhutla terjadi di lahan kosong atau tidur dengan vegetasi semak belukar, gambut, dan rawa.
-
Di mana kebakaran hutan tersebut terjadi? Ia diduga membakar area hutan milik Perhutani seluas 5 hektare, setengah dari total luas hutan tersebut, yaitu 10 hektare.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Kenapa kebakaran hutan sering terjadi di musim kemarau, terutama di Sumatera dan Kalimantan? Kebakaran hutan menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari ketika musim kemarau datang, terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan. Bahkan sampai menimbulkan bencana kabut asap yang bisa sampai ke negara lain.
-
Kapan kebakaran hutan terjadi? Sebelumnya AR diburu polisi karena diduga membakar hutan milik Perhutani pada 21 Oktober lalu.
-
Kapan Hutan Pinus Pengger buka? Hutan Pinus Pengger buka setiap hari mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore.
-
Bagaimana masyarakat setempat menjaga kelestarian hutan di Kutai Timur? “Kita di sini juga hidup beriringan dengan adat. Cuma memang hukum adat itu tidak dominan di sini karena bukan hukum positif. Tapi hukum adat tetap kita hargai suatu norma-norma yang ada di kehidupan masyarakat kita,” papar Wakil Bupati Kutai Timur Kasmidi Bulang.
"Data yang masuk baru di Ogan Ilir lebih kurang 8 ha dan Muba ada 9 ha. Sementara data karhutla di daerah-daerah lain belum diterima," ungkap Ansori, Selasa (22/6).
Dikatakan, setiap karhutla berhasil dipadamkan tim satgas udara dan darat dalam kurun waktu tiga sampai lima jam kemudian. Ketersediaan air di sungai dan kanal memudahkan petugas dalam menjalankan misinya.
"Sejauh ini air masih tersedia, hanya medan yang sulit ditembus tim darat menjadi kendala saat pemadaman," kata dia.
Menurut dia, potensi karhutla masih sangat besar seiring datangnya musim kemarau dan puncaknya pada Agustus-September 2021. Intensitas hujan yang sudah jarang terjadi membuat lahan menjadi kering dan rentan terbakar, baik tanpa sengaja terlebih disengaja.
Potensi karhutla tersebut dibuktikan dengan meluasnya hotspot di provinsi itu. Berdasarkan catatan dari Lapan Modis, hotspot hingga 22 Juni 2021 sebanyak 154 titik. Jumlah ini naik drastis dibanding sepanjang bulan lalu di angka 139 titik.
Hotspot terbanyak tahun ini berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir berjumlah 98 titik, Banyuasin (63 titik), Penukal Abab Lematang Ilir (60 titik), Lahat (58 titik), Musi Banyuasin (52 titik), Musi Rawas (47 titik), Muara Enim (27 titik), dan Ogan Ilir (25 titik).
"Tim di lapangan terus memonitor kondisi di lapangan dan segera menangani jika terjadi kebakaran. Masyarakat juga diimbau tak lagi membuka lahan dengan membakar," pungkasnya.
Baca juga:
Cegah Karhutla, Kapolda Sumsel Minta Korporasi Perkebunan Urunan Gelar TMC
Hujan Buatan di Sumsel Selama 5 Hari Dinilai Cukup Berhasil
Pemda Diminta Segera Bentuk Satgas Antisipasi Karhutla di Riau
Masuk Musim Kemarau, 10 Daerah di Sumsel Berstatus Siaga Darurat Karhutla
Karhutla Terjadi di Tiga Wilayah Sumsel, 2 Heli Dikerahkan untuk Pemadaman